Dear pembaca...
Maaf atas kebingungan tentang cerita ini.
Karena banyak yg minta untuk ganti ke alur awal, akhirnya aku mutusin untuk tetep ke alur yg dulu.Jadi aku publish ulang yaaa.
Gomene~
:')
***
"Andre!"
Veena, seorang cewek cantik berambut ikal dengan poni manja yang menutupi sebagian dahi itu setengah berlari menghampiri Andre dan Radit yang sedang berjalan melewati koridor gedung IPS sekolahnya. Di belakangnya ada segerombolan cewek-cewek yang Radit yakini teman dari cewek yang kini sudah ada di depannya. Radit tahu persis apa yang cewek-cewek ini lakukan; bertaruh.
"Dre, jalan yuk!" Cewek itu tersenyum, memasang wajah setengah memohon ke arahnya.
Andre membalas senyuman itu. Di sebelahnya Radit mengernyit. Senyuman Andre terlalu hangat untuk seseorang yang sedang terpojok kena skakmat. Wajah Andre tenang, penuh simpati dan hal itu malah membuat Radit mual. Si bego!
"Ke mana, Veen?" Tanya Andre masih dengan senyumannya.
Si bego!
"Nonton batman vs superman kayaknya seru."
"Boleh."
Si bego!
"Oke deh. Besok pulang sekolah ya!" Andre mengangguk.
Gadis itu kegirangan dan langsung berlari ke arah teman-temannya.Si bego!
Radit hanya menatap prihatin melihat kejadian seperti tadi yang terus terulang di depan matanya. Andre terlampau baik atau mungkin terlalu bodoh tidak bisa menolak ajakan kencan setiap cewek di Trandana. Terkadang Radit kesal melihatnya. Kebaikan Andre sering disalahartikan, bahkan banyak yang mengambil keuntungan dari sana. Sekedar numpang eksis dan menaikan derajat sosial mereka di lingkungan Trandana, sekolahnya.
"Murahan banget lo." Ejek Radit.
Andre memutar bola matanya. "Rezeki nggak boleh ditolak, Nyet."
"Cih!" Si bego! "Udah sih berhenti nerima ajakan cewek-cewek itu. Lo buta apa gimana sih? Udah jelas kelihatan kalau mereka semua tuh cuma manfaatin lo aja! Stupid!" Radit masih melanjutkan ucapannya.
Andre lebih memilih melenggang pergi lebih dulu ketimbang menghadapi Radit ketika mode cerewet ala emak-emak-nya sedang on seperti sekarang ini. Andre tahu maksud Radit baik, namun cara yang dipakai Radit terkadang disalahartikan oleh orang banyak. Membuat ia menjadi makhluk paling untouchable di Trandana. Padahal di balik kata-kata kasar yang sering cowok itu lontarkan terselip banyak kepedulian di dalamnya. Namun untuk saat ini Andre sedang tidak bernapsu mendengarkan wejangan-wejangan dari mulut pahit Radit. Kupingnya panas dan ia yakin sebentar lagi akan mengeluarkan asap jika dipaksakan.
"LARI!!!!" Teriakan itu mengintrupsi Andre dan Radit untuk menoleh ke belakang. Dari belakang Vino berlari ke arah mereka. Wajahnya memerah. Cowok itu kalap, berlari kencang layaknya sedang ikut andil dalam turnamen olahraga tingkat dunia.
Mata Andre menyipit, di belakang Vino terlihat ada pak Soleh, satpam Trandana yang wajahnya sebelas dua belas dengan pak Raden di film unyil.
"LARI BEGO! LARI!" Vino menarik kedua cowok itu, memaksa mereka untuk ikut berlari bersamanya.
"Hey! Berhenti kamu! Anak bandel!" Teriak Pak Soleh. Setelah itu terjadilah kejar-kejaran di sepanjang koridor gedung IPS.
"Mampus gue! Mampus gue! Mampus gue!" Sambil berlari Vino terus merutuki kebodohannya karena tertangkap basah pacaran di ruang bahasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Ambrosia
Teen FictionIni tentang sebuah penerimaan, keikhlasan, dan keberanian untuk memulai sebuah awal yang baru. "Ambrosia hanya sebuah bunga, dan jawaban ketika cintaku terbalaskan."