Part 15 - A Stranger

166 6 1
                                    

Apa aku sudah mati...?

Ayah... maafkan aku...

"Kau sudah sadar?"

Suara siapa itu? Samar-samar aku melihat sesosok anak laki-laki di atasku. Perlahan-lahan, aku mulai bisa merasakan tubuhku. Aku masih hidup.

Aku mundur sambil berusaha menahan diri supaya tidak menjerit. Siapa dia?!

"Jangan khawatir. Aku dipihakmu," ujarnya sambil tersenyum, senyuman tulus. Dia berambut pirang dan memakai perban di kepalanya.

Aku merasa lebih tenang sekarang, bahkan aku merasa familiar dengannya. Apa aku pernah melihat dia sebelumnya?

"Maaf aku menakutimu sebelumnya. Penampilanku pasti membuatmu takut," katanya lagi.

Aku pernah melihatnya sebelumnya. Dia adalah anak laki-laki dengan mata berlubang itu.

"Luka di matamu itu... apa karena ayahku?" tanyaku.

"Jangan khawatir tentang itu, itu hanya masa lalu," jawabnya dengan lembut, membuatku merasa makin sedih.

"Semuanya menderita karena ulah ayahku... Kau... juga membencinya, kan?" aku bertanya sambil menundukkan kepala.

"Karena kebencian kami kepada ayahmu, kami tidak bisa selamat," jawabnya, aku tidak sanggup melihatnya. Sangat sedih membayangkan ayahku banyak membuat orang menderita seperti itu.

"Jadi, aku kemari untuk menyelamatkanmu," katanya lagi, "ayo kita pergi dari sini."

Dia pun menarik tanganku untuk keluar dari sini, dengan hati-hati aku melepaskan tangannya.

"Aku tidak bisa..." kataku lemah, "aku harus menyelamatkan ayahku."

Aku memantapkan langkahku meninggalkannya untuk menyelamatkan ayahku.

"Jangan pergi!" teriaknya, "para monster-monster itu akan membunuhmu juga!"

"Tapi aku tidak bisa meninggalkan ayahku!"

Dia menghampiriku dan memegang erat tanganku, "Lupakan ayahmu!"

"Tidak! Aku akan menyelamatkanya!"

Dia tetap tidak melepaskan tangannya, malah dia menggenggam tanganku lebih kuat.

"Lepaskan!"

"Dengarkan aku!" ujarnya lagi, "Dia yang memintaku, dia..."

Aku terkejut begitu melihat anak laki-laki itu terjatuh di lantai setelah terkena lemparan pisau, membuatku juga ikut terjatuh ke belakang karena kaget.

Dengan sangat takut, aku melihat siapa yang melemparkan pisau itu.

"Nona!" suara itu adalah suara Maria. Dia buru-buru menghampiriku.

"Nona! Kau tidak apa-apa?" tanyanya dengan khawatir dan membantuku bangun.

Aku tidak menjawabnya karena aku masih shock melihat anak lelaki itu sudah tidak bergerak lagi. Apa dia mati?

"Maria..."

"Nona, kenapa kau tidak pergi dari sini?"

"Aku mau menyelamatkan ayah..."

"Serahkan dokter kepadaku, nona. Aku berjanji akan membawanya kembali. Jadi, tolong pergilah ke tempat yang aman, nona," katanya lalu berjalan mendahuluiku. Tidak, aku juga harus menyelamatkan ayahku.

"Maria! Biarkan aku ikut denganmu!" aku mengejarnya.

"Jika sampai sesuatu terjadi pada nona, dokter pasti sangat sedih. Apapun yang terjadi nanti..." dia berhenti bicara, jelas sekali Maria takut dan ragu.

Mad Father [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang