Part 8

58 3 0
                                    

Lala mengajakku pergi keluar sebentar. Aku tau tujuannya, pasti ia ingin merencanakan sesuatu. Tapi yasudahlah, ikuti saja dia.

Tibalah kami di taman.

"La, jessie sama didi gak ikut? Tumben banget" tanyaku

"Loh emang lo gatau rein? Jessie kan ikut bokapnya keluar kota makanya tadi dia ijin sekolah. Nah kalo didi, dia mesti nemenin nyokapnya belanja" lala menjelaskan

"Oh gitu ya, jadi ada apa ngajak gue kesini?" tanyaku lagi

"Hm, tentang rangga lah. Lo lupa?"

"Ohiya, apa nih ide lo?" aku bertanya tentang rencana selanjutnya. Lala membisikki telingaku, dan menjelaskan rencananya. Akupun meng-iya kan.

Selesai, kami pulang karna langit mulai mendung.

~~

Di sekolah

~~

Bel istirahat

"Buruan rein, lo taro di kolong mejanya. Ntar keburu yang lain liat" lala mendesakku untuk menaruh suratnya di tempat rangga duduk

"Sabar la, jangan bikin gue panik juga" aku terbawa oleh suasana kepanikan yang lala buat

"Yaudah ayo ke kelas, ntar juga dia baca" aku mengajaknya untuk kelas.
Untuk pertama kalinya aku berani ke ruangan kaka senior, dan itu benar-benar menakutkan.

Bel pulang sekolah

"Kira-kira gimana ya, dia baca nggak ya? Hm" lala mulai berpikir. Tangannya dikepal kecuali jari telunjuknya. Karna sudah tertempel di sisi keningnya

"Yakin ajasih la. Kalaupun dia gak baca, seenggaknya lo ada usaha. Meskipun bukan sepenuhnya usaha lo" sindirku.

"Hehe iyadeh rein cantik, the bestlah pokonya" lala menampakkan pada giginya.

"Oh iya rein, hari ini rangga latihan basket. Nonton yuk kalo udah pulang?" sambung lala.

"Hm" pikirku

"Ayodong rein, plis. Masa iya gue mohon lagi ke lo untuk kesekian kalinya" lagi-lagi lala mengeluarkan jurusnya

"Kan gue gapernah minta lo buat mohon sama gue. Hari ini, gue harus ke toko bunga. Kakek gue bakal ngasih kejutan ke nenek gue. Hari ini tanggal jadinya mereka, gue gak enak kalo gak ada diantara mereka" ujarku, menjelaskan

"Huh yaudahlah, lain kali ajadeh. Oke?" pintanya.

"Iya" ucapku, malas.

"Yuk ah balik" ajaknya.

"Ets ntar dulu deh. Kita lewat lapangan aja yuk, sekalian bisa liat rangga" tawarannya, lagi.

"Nggak ah la, lo aja. Ketemu di depan pagar ajadeh. Byee" aku meninggalkan lala. Jujur saja, aku males berurusan dengan perasaannya terhadap rangga. Aku tak mau ikut campur. Tapi bagaimanapun juga aku harus menjaga perasaannya karna dia sahabat baruku.

~~

"Rein, rein?" lala memanggilku dari jarak kejauhan, hingga suaranya samar-samar ditelingaku.
Akupun menoleh kebelakang. Lala menghampiriku dengan berlarian hingga dia terengah-engah.

"OMG rein. Rangga ganteng banget tadi. Sumpah cool banget dandanan-nya" omongannya lala mulai berlebihan.

"Hehe emang yah? Nggak ah. Biasa aja tuh, gak ada cool-coolnya pisan" sinisku.

"Yeh, lo sih gak liat"

"Yaudah yuk pulang, gue kan ada urusan" ajakku sambil menarik tangan lala.

~~

Aku kaget ketika rumah banyak sekali balon-balon dan hiasan di dinding yang kakek rangkai. Sungguh menakjubkan, luar biasa. Ternyata kakek ahli sekali dalam rias-merias.

"Rein, jangan lupa beli bunganya ya. Sayang sekali jika tak ada bunga di tengah-tengah kita" kakekku sibuk memikirkan sesuatu yang kurang. Padahal semuanya tertata rapi. Balon-balon menjalar di atap. Terdapat nama nenek yang terpajang disebuah pintu kamarnya. Foto-fotonya menggantung pada pohon besar . Lampu-lampu kecil dililiti ke badan pohon tsb. Sungguh, aku merasa gairah kakek kembali lagi seperti umur anak 19 tahun yang penuh romansa cinta. Idenya jenius, pasti nenek bahagia.

"Iya kek, tapi sehabis aku makan&ganti pakaian ya" aku nurut.

~~

Sampailah aku di toko bunga.

~~

"Permisi bu, ada mawar putih?" tanyaku pada pedagang toko.

"Habis dek, adanya mawar yang merah"

"Sebab, sempat ada yang beli banyak. Besok lagi aja kesininya?" sambung pedagangnya.

"Gak bisa bu, mawar putihnya buat sekarang. Kakekku ingin memberinya pada nenek" jawabku, sedikit menolak.

"Yasudah deh, mawar merahnya saja bu. Di buffet ya bu" akhirnya aku membelinya. Padahal kakek menyuruhku untuk membeli mawar putih, tapi apa adanya saja deh.

Aku berjalan ke arah pulang. Sendirian dengan membawa bunga yang akan di beri untuk nenek. Berharap sekali akan ada masanya aku menjadi seperti nenek. Bahagia bersama sampai tua nanti. Tapi ini angan-anganku saja. Siapa yang mau menemaniku? Hanya chris, dan dia tak disini.

Langkahku terhenti ketika Rangga ada di depanku. Jaraknya lumayan jauh sih, tapi aku tau itu dia. Badannya yg tinggi agak menunduk sambil membawa banyak bunga, sepertinya kerepotan.
Aku segera menyusulnya, agar kita sejajar bersama.

~~

>>Oke fix, besok author mau TO lagi. Yang ke-5, dan itu keren bingitzzzzz. Hahaha

Love Me If You Really Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang