Chapter 1 : Kenapa?

39 5 1
                                    

Dangerous Women - Ariana Grande
-something 'bout you makes me feel like a dangerous women-

"Mencintai orang yang enggak pasti itu nggak enak. Gajelas,cuman dikasih harapan. "

•••

"3...seluruh pilot sudah bersiap di tempat,siap 2...mesin telah dihidupkan,siap 1..."

Thomas menggerutu."kenapa kau matikan tv-nya? Itu acara yang penting Lex. Mereka pergi ke mars lalu tinggal disana selama ber--" kalimat Thomas berhenti ketika kakaknya menutup rapat mulut kecilnya.

Lexa segera mengambil handuk lalu meleparnya begitu saja ke arah Thomas."Cepat mandi lalu pergi ke sekolah. Sekarang orang pada pintar tidak bodoh seperti kau," Thomas hanya menggerutu kesal.

Sesaat setelah Thomas pergi ke kamar mandi,Lexa segera menghidupkan tv-nya kembali. Dalam hati ia penasaran. Siapa saja orang beruntung itu?

Lexa melamun."Hei! Tadi kau menyuruhku mematikan tv-nya sekarang kau malah menghidupkannya kembali. Dasar plin-plan," gerutu Thomas yang membuatnya tambah kesal pagi ini.

"Ah.. Tak apa lagian listrik sekarang murah bukan? Hanya bayar sekali setahun. Sayang kalo tidak dipakai," Jawab Lexa dengan seribu cengiran palsu.

•••

Matahari sudah berada di atas kepala. Panas terasa menjalar hingga seluruh tubuh. Memang terkenal daerah sekolah mereka cukup panas jika musim panas tiba."Alexa,gue ngomong daritadi denger nggak sih?"

"Uh-eh apaan tadi?" Tanya Lexa linglung. "Udah gue tebak lo bengong. Mikirin apaan sih? Cerita aja kali. Kaya lo gatau gue aja," cerocos Meo.

Romeo sahabat Alexa sejak 5 tahun silam. Tinggal satu daerah cottage dengan Alexa. Tempat tinggal mereka berbeda negara dengan sekolah. Cottage mereka berada di Australia dan sekolah mereka di Indonesia. "Kantin yuk,perut gue minta diisi," jawab Lexa mengalihkan pembicaraan tadi.

Berita tadi pagi membuat otak Lexa berat. Memikirkannya tiap saat membuatnya tak habis pikir. Selama belajar berlangsung ia tak bisa menerimanya masuk ke otak. Semua lewat bagai angin. Kan kasihan robot yang telah mengajarkannya. Walaupun robot tak pernah lelah.

Semua mata tertuju pada satu cewek yang sedang tertawa bersama sahabat cowoknya baru saja memasuki kantin. Maklum,Lexa dan Romeo sudah terkenal seantero sekolah. Pasalnya,mereka berdua terkenal pintar dan rajin dikalangan guru. Tambahan plusnya,Cantik dan ganteng. Mana coba cowok yang nggak mau?

"Cewek cantik tapi mainnya sama itu aja. Nih tempat masih kosong kok," panggil seorang anak cowok yang langsung mendorong teman sebangkunya.

Lexa langsung mendengus kesal. Bagaimana tidak,tiap hari mereka selalu saja digoda begitu. Menyebalkan. Berbeda dengan Romeo yang hanya diam merundukkan kepalanya.

Baru saja Romeo meletakkan bokognya diatas kursi trasparan,bel masuk berbunyi. Kekesalan Meo berkali lipat bertambah. "Mereka baru saja menistirahatkan otakku lalu dengan seenaknya menyuruhlu membakar otakku,dasar,"

Karena lelah,Lexa dan Romeo memutuskan menaiki roda berjalan yang hanya dipanggil dengan telepati. Disambungkan melalui jam yang khusus digunakan dikalangan sekolah. Sehingga cepat sampai tujuan.

Pelajaran yang berlangsung selama 2 jam terasa 5 jam bagi Lexa. Robot itu lambat sekali menerangkannya. Membuatnya bosan. Akhirnya 5 jam itu usai. Bel pulang terdengar suaranya hingga penjuru sekolah.

"Lex pulang yok," ajak Meo sambil menarik lengan Lexa."iya sebentar," jawab Lexa lemas. Mereka segera melepaskan jam sekolahnya lalu pulang menghirup udara segar.

Ketika Meo berlari dihalaman sambil menarik tangan Lexa,bruk. Lexa menabrk seseorang.

Lexa terjatuh dengan lutut menyentuh tanah dulu. Keluar cairan segar dari lututnya,darah. Romeo dan seorang laki-laki itu langsung menghampiri Lexa yang terkapar dengan memegang lutunya.

Laki-laki itu langsung menyambar lutut Lexa dengan sebuah sarung."Maaf tadi nabrak lo. Gue buru-buru nih sapu tangan buat bersihin tu luka. Makanya lo-nya hati-hati juga dong," pernyataan itu sontak membuat mata Lexa membulat. Meo yang menarik dia buat lari,bukan keinginan sendiri.

"Eh gue gausah pakai nih sapu tangan. Ambil aja," sesaat Lexa ingin memgembalikan sapu tangan itu,dia sudah lari menjauhi tempat Lexa. Tangan Meo gemeteran dan mukanya pucat."Dia siapa? Kenal aja nggak udah yuk besok temenin gue balikin nih," tunjuk Lexa ke sapu tangan.

"Eh bentar lo aja yang balikin ya,gue takut," bibir Meo mengembang menampakkan deretan giginya. Belum sempat Lexa menjawab,Romeo sudah menghilang."Kebiasaan banget tuh anak kalo lagi takut,"

•••

Lexa menaiki transportasi gantung. Setiap bulannya diisi dengan sebuah kartu yang dapat digunakan kemanapun saat menaiki transportasi ini. Kebiasaan rutin Lexa sesudah pulang sekolah,menjemput Thomas.

Thomas emang sudah berumur 13 tahun,tapi menurut Lexa Thomas masih kecil. Banyak rintangan yang dilewati Lexa saat mwnjemput Thomas hampir setiap hari."males gue kalo kawan-kawan Thomas goda mulu. Seram banget serius," kelur Lexa saat flyway sudah berhenti tepat diatas gedung sekolah Thomas.

Biasanya Thomas sudah menunggu Lexa di halte,tetapi kali ini Lexa tidak menemukannya. Terpaksa rintangan yang dilalui Lexa berkali lipat,mencari Thomas di seluruh penjuru sekolah.

"Pada ngeliat Thomas nggak?" Anak-anak hanya menggeleng tanda tak tahu keberadaan adiknya.

Hujan turun saat Lexa berhenti di lorong kelas dekat lapangan basket. Ia melihat-lihat kemana adiknya berada. Lexa memicingkan matanya saat melihat cowok itu. Cowok yang tertabrak oleh Lexa tadi di parkiran sekolah tadi.

Entah apa yang dipikirkan Lexa,kakinya terus berjalan mendekati cowok itu."tadi sapu tangannya,makasih ya. Besok gue kembaliin," lantas membuat cowok itu seketika berbalik badan. Kalimat itu begitu saja mengalir dari mulutnya.

"Eh kakak udah sampe aja,gue ngilang ya? Habis latihan basket. Biasa kan gue keren gitu," perkataan Tommy,adiknya membuatnya langsung mengerjapkan mata."lho,kakak kenal juga toh sama bang Rion? Nih kenalin adiknya yang ce-,"

"Eh orangnya nggak ada,kak,"gerutu Tommy.

"Eh iya,Lexa,Alexa Dhita Cavolla. Salam kenal," tangan Lexa langsung mengarah ke Arion."Gue tau. Temen-temen gue pada demen sama lo semua," tawa Tommy memecah keheningan. Waktu yang tepat saat Aggie datang mengahampiri abangnya.

"Uh eh hai Gie," Tommy salah tingkah.

●●●

Hola!
Second story:)
Hope u like it. Don't forget to vomments:))

*flyway : kayak transportasi umum di daerah mereka saat semuanya canggih.

Maybe and NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang