Eliza POV
Hangat. Yang pertama kali kurasakan saat membuka mataku adalah rasa nyaman dan hangat. Ada yang memelukku.
Anna.
Pantesan tidurku terasa nyaman dan aku merasa tenang.
Hal yang pertama kali ku lihat adalah wajahnya yang cute, bulu matanya yang lentik, hidungnya yang sempurna, lalu bibirnya yang sedikit terbuka dan kelihatan sexy.
Ya, aku menyukai semua tentangnya.
Sejak kapan? Aku tidak tahu.
Aku merasa ada sesuatu yang membuatku tertarik padanya. Dia manis, tinggi, punya lesung pipi yang nggemesin kalau tertawa. Dan aku merasa nyaman didekatnya. Perasaan ini tumbuh tak terkendali. Mataku selalu mencari sosoknya. Badanku dengan sendiri bergerak ke arahnya. Aku gila karena Anna.
Aku yang pemalu ini tiba-tiba menjadi seperti orang lain jika berada didekatnya. Aku ingin menjadi special di matanya meski itu membutuhkan keberanian yang luar biasa yang aku sendiri tidak yakin mampu. Aku sadar aku jatuh terlalu dalam. Untuknya.
Ini adalah malam terakhir kami menginap, aku tidak bisa menyembunyikan kesedihanku karena hari ini aku akan berpisah dengannya. No!
Kejadian kemarin di aula pun membuatku semakin sedih. Aku tahu aku ingin menyentuhnya, aku ingin terus menerus di dekatnya. Dan yang paling utama adalah aku ingin mencium bibirnya. Ahh, bibir Anna sangat menggiurkan dan menggoda untuk ku cium dan ku dominasi.
Lalu aku tersadar... dia mempunyai seorang kekasih.
Saat itu juga aku meninggalkannya sendirian di sana. Aku tidak kuasa menahan kesedihanku dan mengunci diri di kamar mandi. Air mataku jatuh menetes secara perlahan dan tak terelakkan lagi. Aku tahu aku hanya di anggap sebagai 'teman' baginya. Tidak akan lebih kan?
Teman. Kata itu membuatku sakit. Hatiku tidak akan pernah menerimanya. Rasanya seperti hancur berkeping-keping. Sesak.
Aku tidak bisa lagi menatap wajahnya malam itu. Aku kalut. Aku terjebak dalam emosi dan pikiranku sendiri. Aku lalu memutuskan untuk tidur cepat tadi malam dan menghindarinya. Aku bahkan tidak mengingat apa saja acara malam itu.
Tapi... pagi ini dia memelukku dengan erat. Apa aku harus merasa bahagia ataukah sedih?
Aku terlarut dalam lamunanku hingga tidak sadar Anna terbangun dan tersenyum kepadaku.
"Pagi Elz, kamu mikirin apa sih? Semalem juga kamu ga fokus, ada masalah ya? Katakan padaku", Anna berbicara dengan lirih agar tidak terdengar yang lain.
"Pagi juga. Ga ada Anna, aku baik-baik aja, swear", aku berbohong dan tidak berani menatap matanya.
Anna lalu menghela nafas. Aku lalu memutuskan untuk menatapnya kemudian. Untuk pertama kalinya sejak kejadian kemarin aku memberanikan diri menatapnya. Aku cuma tidak ingin dia merasa khawatir.
"Hmm, ya udah, kalau kamu ada masalah cerita ke aku ya? Kita kan teman", Anna tersenyum kepadaku memperlihatkan lesung pipinya.
Tidak, aku tidak tahan dengan senyumnya.
Aku lalu berpura-pura menggeliat. Anna melepaskan tangannya yang memeluk pinggangku dan menguap lalu mengucek-ngucek matanya sambil tersenyum. Oh my God, it's so cute. Jantungku berhenti sesaat.
Aku lalu berkata ingin mandi duluan, sementara Anna masih ingin bermalas-malasan sebentar. Aku harus mendinginkan pikiranku. Fuck!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Roses and Butterflies (On Editing)
Fiksi RemajaGxG story Anna x Eliza Very slow update!