Untuk: kamu, yang katanya benci pelajaran Kimia Organik
Dari: saya
Senin, 22 Februari 2016
Halo, Tuan.
Ini surat pertama saya buat kamu. Maksudnya, ini surat pertama yang benar-benar saya tujukan buat kamu. Walaupun sudah banyak kata-kata yang saya rangkai di kepala saya, tapi ini tetap surat pertama saya buat kamu.
Kamu bilang kamu gak suka baca buku pelajaran. Apalagi baca novel. Apalagi baca surat. Makanya saya gak pernah langsung mengirim surat ini ke kamu. Karena kemungkinan besar kamu gak akan baca, jadi dikirim atau tidak, sama saja, kan?
Tuan,
Ada banyak hal yang mau saya sampaikan ke kamu. Saya harap kamu gak keberatan, ya. Karena, jujur, saya gak pintar menulis. Apalagi menulis buku pelajaran. Apalagi menulis novel. Apalagi menulis surat. Jadi, tolong dimaklumi kalau surat-surat saya tidak akan sebaik novel karya Ernest Hemingway. Karena kamu pasti gak tahu siapa itu Ernest Hemingway, jadi, mungkin tulisan saya bisa menandingi karya beliau. Betul tidak?
Ya sudahlah. Kok saya jadi bahas itu. Maaf, Tuan, di surat ini, saya gak mau banyak menulis. Saya mau cerita saja. Boleh kan?
Tuan,
Saya ingat waktu kamu bilang kamu punya penyakit asma. Tapi kamu gak perlu membawa inhaler setiap hari di dalam tasmu seperti saya. Jadi kamu berspekulasi kalau asma saya pasti lebih parah dari kamu. Memang benar, sih. Tapi gak separah itu kok. Percaya sama saya. Saya bukan perempuan lemah.
Tapi hari itu, waktu asma saya kambuh, kamu ada disana. Dan kamu tanya ke saya, apa saya bawa inhaler di tas?
Tuan, tahu tidak? Kalau lagi kambuh, bernafas saja susah, apalagi menjawab pertanyaan kamu.
Jadi, saya langsung ambil inhaler di tas saya dan kamu bilang kamu senang karena saya gak lupa untuk selalu bawa inhaler. Saya senang karena ternyata kamu memperhatikan. Tapi, sekali lagi, Tuan. Saya bukan perempuan lemah. Saya tahu apa yang saya lakukan. Saya tahu apa yang harus selalu saya ingat.
Jadi, saya juga masih ingat waktu saya bilang ke kamu kalau saya suka menonton serial detektif di TV. Kamu bilang kamu gak pernah mengerti alur ceritanya, tapi ternyata kamu bilang kamu sudah tonton semua episodenya. Saya senang karena ternyata kamu penasaran. Saya juga senang karena dari serial itu, saya jadi punya banyak bahan obrolan sama kamu. Dan, seakan mengerti, kamu juga jadi lebih sering ngobrol sama saya. Dan, jujur, saya senang. Kamu tahu tidak, berapa kali saya harus menarik nafas, dan bersusah payah untuk mengontrol pernafasan saya, selagi ngobrol sama kamu?
Tuan,
Mungkin inhaler yang saya bawa setiap hari bukan hanya untuk digunakan kalau asma saya sedang kambuh.
Mungkin itu bisa digunakan saat kamu sedang sama saya, dan saya seperti kehilangan kemampuan untuk bernafas.
Tidak apa, Tuan.
Saya benci kalau asma saya kambuh. Saya benci sakit. Tapi saya tidak benci kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anonymous Love Letter
Short StoryHalo, Tuan. Saya harap kamu tidak bosan sama saya, dan surat-surat saya. Tertanda, Saya, yang selalu memperhatikanmu yang sedang praktik di laboratorium Mikrobiologi.