Nikah, Yuk!

850 78 22
                                    

Assassination Classroom © Matsui Yuusei

[Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari fanfiksi ini]

"Pssst Irina~"

"Hm?"

"Tahu tidak, kabarnya, Karasuma-san menyukai seorang wanita dari Departemen Angkatan Darat loh."

Irina berhenti memoleskan bedak ke wajahnya. Diperhatikannya lawan bicaranya sekarang, kelihatannya ia serius walau bicara sambil mengetik laporan yang belum selesai ia kerjakan sejak pagi hingga sekarang menjelang siang.

"Yah... aku tak heran, sih. Gadis itu memang cantik, dia pintar pula. Banyak juga dari Departemen Pertahanan yang menyukainya. Dengar-dengar Karasuma-san jadi sering ke Departemen Angkatan Darat sekarang."

Oh tidak. Apa ini sebabnya Karasuma sering pulang terlambat? Sering melewatkan makan malam? Sering... sering... arrrggh! Tidak mungkin, kan?

Irina membatin dalam hati. Rasanya ia ingin cepat-cepat meninggalkan ruangannya sekarang dan menghambur ke ruangan Karasuma. Walaupun hasilnya akan sama; ia akan ditatap dengan wajah super stoic dan ditanya dengan begitu sarkastik.

"...ne~ lagipula kan kau sudah empat tahun tinggal dengannya. Memang tidak kepikiran untuk menikah~?" sang lawan bicara yang sedari tadi sibuk dengan laptopnya pun menutup benda elektronik itu disertai senyum merekah di wajah.

"Menikah? Dengan Karasuma? Ahaha... jangan bercanda..." Irina mengibaskan tangannya canggung.

Gadis itu jadi kepikiran sekarang.

###

Apa aku harus menikah dengan Karasuma?

Kalau menikah apa aku yang harus melamarnya?

Tapi 'kan aku perempuan, tidak mungkin bicara duluan.

Tapi kalau tidak bilang duluan, sampai kapan ia akan peka?

Karasuma 'kan super tidak peka.

Ah, bagaimana jika aku membuktikan dulu, apa benar Karasuma itu dekat dengan gadis dari Departemen Angkatan Darat?

Tapi kalau aku melihatnya langsung, aku belum tentu sanggup.

"Mooouu~! Karasumaaaaa~!" Irina mengacak-acak rambutnya sendiri sambil meringkuk di tempat tidurnya. Galau.

Cklek.

Pintu kamar dibuka tanpa izin oleh seseorang. Irina melongo sejenak sebelum melihat siapa yang datang.

"Oh. Kau baik-baik saja."

...dan sialnya orang yang datang adalah yang sedang digalaukan oleh wanita yang bisa membuat semua pria—kecuali Karasuma—bertekuk lutut. Irina bergeming ketika Karasuma berbalik dan menutup pintu.

"Karasumaaaa~! Ne, Karasuma!"

Cepat-cepat wanita itu menuju ke pintu dan mengejar pria yang dimaksud, memegang bahunya sambil memasang wajah memelas, "Karasuma~! Ayo menikah!"

Siku-siku simpang empat muncul di dahi Karasuma. Alih-alih terkejut atau heran, ia berbalik dan memeriksa dahi Irina dengan punggung tangannya.

"Demam, ya?"

"Uph—ne~ aku demam cintamu~" Irina mengedipkan sebelah matanya menggoda.

Tanpa ingin melanjutkan perdebatan itu, Karasuma berbalik seolah tidak peduli.

"Ah! Iya iya, aku serius~! Ne~ ayo menikah~! Ya? Ya?"

...wanita ini... menambah kusut benang pikirannya saja.

Nikah, Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang