...just gonna there and watch me burn but that's alright because I like the way you hurt...
"Baby, hari ini aku tidak bisa pulang cepat. Aku harus lembur & menghadiri meeting dengan beberapa client penting hingga malam."
"Iya, aku tahu. Kau hati-hati ya?"
"Iya. I Love You Avelyn."sambungan telepon itu terputus sebelum ku menjawab ucapan cinta Christian. Aku tersenyum getir dan merebahkan diri di kasur.'Aku tahu Christian, kau pergi dengan wanita itu bukan ? batinku menjerit, merasakan semua luka, pengkhianatan, kekecewaan, dan kesakitan. Aku hanya mampu menelan air mata dalam kebisuan. Membodohi diri, bahwa pria yang ku harapkan menjadi tameng di masa depan, tidak akan melakukan pengkhianatan. Tapi itu salah. Apa yang terpikirkan ketika keintiman dua pasang anak manusia itu menyatu di dalam bangunan menjulang tinggi yang bisa dibayar dengan lebel jutaan hanya dalam satu kali malam. Tapi aku bisa apa ?aku terlalu mencintainya.
Aku benar-benar ditantang menjalankan peran menjadi seorang istri. Bagaimana aku harus tersenyum jika Christian bersikap manja, bagaimana aku harus tersipu malu jika Christian ingin menciumku, dan bagaimana aku harus tertawa riang mendengar lelucon Christian. Dan saat pria itu selalu terbahak penuh suka cita, aku justru harus terhimpit beratnya batu cadas yang menyesakkan saluran pernafasan.
'Apakah kau bahagia bersama wanita itu Christian ? Tapi bagaimana denganku, hanya isak tangis di bawah bantal dalam pekatnya malam yang selalu menemaniku saat kau bersamanya. Apa kau tahu aku terluka di sini atas segala pengkhianatan ini. '
Air mata meleleh dalam keterbatasan untuk mengucapkan beberapa kalimat kesedihan. Ingin sekali terisak, dan meneriaki wanita itu dengan segala sumpah serapah dan cacian atas ketidak beruntunganku ini. Ini hanyalah sedikit balasan atas priaku yang dirampas paksa dari hari-hari bahagiaku.
Pertahanan yang mati-matian ku bangun akhirnya runtuh juga, aku menangis pilu. Membekab raungan isakan. Meratapi tiap kenangan manis yang berbuah asa, rela tak rela di rebut nasib.
Mataku yang akan terpejam kembali terbuka saat mendengar suara pintu terbuka dan tak lama sebuah tangan melingkar di perutku.
"Kau belum tidur Ave?" tanya Christian dan meletakkan dagunya di bahuku. Perlakuan manisnya sukses membuatku kepayang, selalu seperti ini. membuatku tak bisa lepas darinya.
Demi Tuhan Christian, haruskah aku membencimu, haruskah aku mengutuk semua pengkhianatanmu yang sukses menginjak hatiku ? Tidak... Aku hanya ingin menjadi bodoh ! Bodoh karena tak bisa membenci, bodoh karena tak bisa melepasmu, bodoh karena masih bisa tersenyum membanyangkan kenangan kecil silam.
"Akan. Tapi terbangun mendengar kau datang."
"Maaf."
"Kenapa pulang? Bukankah ada meeting penting katamu? "ia terdiam sejenak. Memikirkan jawaban yang akan ia berikan padaku.
"Ehm, meetingnya dibatalkan." jawab pria itu. 'Pasti wanita itu membatalkan kencannya bukan?' Aku hanya bisa tersenyum getir menahan air mata. Begitu menyesakkan menahan kekecewaan yang melingkupi ku. Lagi-lagi dia berbohong !
"Aku punya bunga untukmu Avelyn sayang." Christian memutar tubuhku untuk menghadapnya yang sedari tadi memunggunginya. Diberikannya setangkai mawar merah. Tapi kutemukan kepala pria yang masih bisa ku sebut kepemilikannya atas diriku menunduk lesu. Aku tidak menegur, ku biarkan dia berjibaku dengan pemikirannya sendiri, sama sepertiku.'Harusnya bunga ini untuk wanita itu
bukan?' lagi-lagi batinku menebak. Demi Tuhan Christian kau sudah membunuhku secara perlahan ! Tapi Aku Bisa ? Aku hanya mampu menelan air mata dalam kebisuan saat siluetmu tengah mendendangkan lagu lain. Suka tidak suka, inilah empedu pahit yang Christian coba jejalkan ke dalam kerongkonganku secara paksa.
"Terima kasih." hanya kata sederhana itu yang dapat ku ucapkan dan di balas kecupan di kening oleh Christian.
"Aku mencintamu." bariton priaku berubah menjadi serak. Sekilas sudut mataku menemukan gurat penyesalan dan patah hati yang tak terhindarkan dalam mata elang priaku yang hampir menghanyutkan rasa kasihan dan termaafkan untuk kelaknatannya. Hanya saja, jiwa ke dua dalam diriku menolaknya mentah-mentah. Kalimat indahnya tidak merubah apapun, karena itu hanyalah kata-kata yang ia ucapkan pada wanita jalang itu setiap detik. Bukan untukku. Jika bibir bisa berbohong maka hati tidak bisa. Tidak berdosakah Tuhan, sekali saja aku ingin menyebut wanita itu dengan panggilan tak terhormat atas segala luka yang dia suguhkan untuk kehidupanku. Menyakitkan memang, tapi lagi-lagi aku bisa apa ? Aku terlalu mencintainya. Melepaskan Christian, bagai meloloskan roh dari kungkungan yang memenjarakannya dalam tubuhku. Walaupun aku harus rela menjalani hidup dengan kebohongan dari priaku.
'Kau berhasil Christian ! Mengoyak paru-paruku menjadi cabikan tak berwujud dan hanya meninggalkan rasa ngilu.'
"Aku juga mencintaimu." hanya ucapan tolol itu yang keluar, yang hanya akan mencekik leherku, menyesakkan saluran pernafasan, kemudian membunuhku dengan perlahan-lahan.
Aku mendesah dengan nada rendah. Membayangkan siksaan neraka yang sudah menanti di depan mata. Christian, bagaimana bisa dia berwujud iblis dengan sayap-sayap runcing yang menguliti tubuhku secara perlahan. Membunuh cara kerja isi tempurung kepala setiap detiknya. Ini bukan lagi luka yang tak terselamatkan, tapi meregang nyawa dalam beribu purnama.
Pengarang : @_arfianaviana