Chapter 2 : Polaris Star

609 76 9
                                    

New York, 2110...

Sejak Lily terus melihat mimpi itu, dia semakin terobsesi dengan dua hal yaitu Pantai dan Bintang. Gadis yang dilihat dalam mimpinya, yang dia yakini adalah dia sendiri selalu terlihat berdiri di tepi pantai sesaat sebelum dia terbang ke langit dan bersatu dengan kumpulan bintang.

Lily terus mencari informasi di internet tentang adanya Hujan Bintang dan gambar-gambar pantai yang mirip dengan yang dia lihat dalam mimpinya.

"Hujan Meteor Perseids? Untuk apa kau mencari tahu tentang Hujan Meteor PERSEIDS?" tanya Jessica pada Lily saat gadis itu sibuk mencari tahu tentang Hujan Meteor yang terjadi di bumi selama jangka waktu 200 tahun terakhir.

"Dapat. Hujan Meteor PERSEIDS memang pernah terjadi di New York seratus tahun yang lalu, tepatnya pada 24 Agustus 2010. Puncak Hujan Meteor itu terjadi di New York tepatnya di Brighton Beach." baca Lily keras-keras karena terlalu bersemangat.

"Hujan Meteor PERSEIDS adalah hujan Bintang yang berasal dari Langit Utara, tepatnya berasal dari Meteorit-meteorit yang berada di antara Bintang PERSEUS dan POLARIS di Langit utara." lanjut Lily membaca Artikelnya dan melihat foto pantai dalam artikel tersebut.

"Di sini! Aku pernah melihat pantai ini dalam mimpiku!" teriaknya senang.

"Kau ini bicara apa?" tanya Jessica bingung.

"Pantai tempat terjadinya Hujan Meteor Perseids ini sama persis dengan mimpiku. Saat itu aku berdiri di tepi pantai lalu tiba-tiba sebuah cahaya menyinariku dan perlahan akupun mulai terbang ke Langit. Sekarang aku semakin yakin bahwa kehidupan kedua itu benar-benar ada. Dan pria itu, pria dalam mimpiku, aku harus menemukannya." seru Liliana Richardson bersemangat.

"Kurasa dia memang sudah gila." gumam Jessica, lalu terlintas dalam pikirannya sebuah ide brilliant.

"Lily, apa sabtu ini kau ada waktu?" tanya Jessica tersenyum penuh arti.

"Kenapa?" tanya Lily curiga.

"Ikut denganku ke suatu tempat." ajak Jessica mencurigakan. Awalnya Lily menolak, tapi karena Jessica terus memaksa, akhirnya Lily terpaksa menyetujuinya.

========

"Kau mau bawa aku ke mana Lex?" tanya Alvan pada adiknya dengan nada bosan.

"Nanti kau juga akan tahu. Ayolah! Aku akan membantumu menemukan gadis dalam lukisanmu." bujuk Alex, sebuah rencana terlintas dalam otaknya. Alvan terdiam, dia terlihat tertarik.

"Benarkah? Kau tahu dia ada di mana?" tanya Alvan bersemangat.

"Aku tidak tahu, tapi aku yakin orang itu tahu." jawab Alex yakin lalu menekan bel pintu rumah itu. Sedetik kemudian seorang pria muda bertubuh jangkung muncul dari dalam rumah itu sambil tersenyum.

"Alvan Davidson, seratus tahun tidak bertemu. Apa kabar?" tanya si Pemilik rumah dengan ramah seraya mempersilakan tamunya masuk.

"Kau mengenalku?" tanya Alvan bingung.

Pria itu tersenyum. "Namaku Henry Mac'fadden, di kehidupan sebelumnya aku adalah temanmu, kau sudah kuanggap seperti kakakku sendiri. Aku sudah tahu kalau kalian pasti akan datang kemari mencariku suatu hari nanti dan kurasa sekaranglah saatnya. Kau pasti datang kemari karena ingin menanyakan tentang gadis dalam lukisanmu kan?" tebaknya sambil menyuguhkan teh untuk tamunya.

"Jadi kau benar-benar seorang Peramal?" tanya Alex kagum.

"Mereka menyebutku begitu. Aku memiliki VISI, sebuah kemampuan untuk melihat masa lalu dan masa depan. Walau jujur saja, aku tidak menyukainya." gerutu Henry.

"Aha. Aku tahu kehidupan kedua itu memang ada. Lalu seperti apa aku di masa lalu?" tanya Alex dengan ekspresi kagum.

"Kau sangat menyebalkan, manja, cengeng dan suka sekali mengajakku bertengkar. Walau harus kuakui kau adalah adik yang baik dan sayang pada kakakmu. Aku ingat bagaimana kau menangis histeris saat Alvan meninggal." jawab Henry mengenang.

"Hei! Aku tidak manja! Kau mau kuhajar?" protes Alex kesal.

"Tapi, bagaimana Alvan meninggal? Benarkah kau sangat mengenal kami di kehidupan sebelumnya?" tanya Alex lagi.

"Sudah kubilang kan tadi? Kita semua saling mengenal di masa lalu. Albert juga." jawab Henry santai.

"Alvan meninggal dalam kecelakaan mobil saat akan menghindari dua orang anak yang akan menyeberang jalan. Tapi kurasa itu yang terbaik untuknya mengingat Alvan memang sudah tidak ingin hidup lagi sejak gadis itu meninggal." jawab Henry dengan santai tapi ada nada sedih dalam suaranya.

Alvan terkejut. "Kau juga tahu soal gadis itu?" tanyanya tidak percaya.

"Tidak! Gadis itu sudah meninggal saat aku mengenal kalian. Tapi aku pernah mendengar soal gadis itu karena kau yang menceritakannya, Alvan." ujar Henry pada Alvan.

"Kalau begitu kau tidak bisa membantuku kan?" tanya Alvan kecewa.

"Aku tidak pernah bilang aku bisa membantumu." jawab Henry santai.

"Kalau begitu tidak ada gunanya kita di sini. Ayo pergi, Alex!" ajak Alvan yang kecewa.

Tapi sebelum mereka pergi, Henry sempat berkata.

"Kau tidak butuh bantuanku untuk bertemu gadis itu, karena kau sudah tahu dengan pasti di mana bisa menemukannya." jawab Henry, memberikan petunjuk. Alvan memandangnya heran.

"Pantai itu?" tanya Alvan mencoba menebak. Henry tersenyum.

Brighton Beach, New York 2110...

Alvan berdiri di tepi Pantai sambil memandang ke laut lepas. Dia tidak tahu kenapa dia bisa ada di sini, tapi perasaannya yang menuntunnya untuk datang ke sini. Saat dia sedang berjalan di tepi pantai itulah dia melihat seorang gadis terjatuh ke laut, tanpa pikir panjang lagi Alvan melompat menolongnya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Alvan cemas saat dia sudah membawa gadis itu ke tepi. Gadis itu terbatuk kemudian perlahan tersadar, dia ingat dia pernah mendengar suara itu sebelumnya.

Perlahan kenangan itu mulai muncul. "Itu adalah Bintangku. POLARIS. Bintang yang cantik di langit utara. Bintang itu melambangkan keinginan dan harapan yang kuat untuk mencapai sesuatu." tiba-tiba dia mengingat kenangan itu.

"POLARIS. Bintang yang melambangkan Harapan." gumam Lily.

Mendengar nama Polaris disebut, Alvan terkejut. "POLARIS? Apa maksudmu?" tanyanya bingung.

Sekejap Lily tersadar. "Bukan apa-apa. Lupakan saja. Terima kasih telah menolongku. Aku hanya sedang bingung itu sebabnya aku terpeleset dan jatuh." jawabnya lemah saat Alvan membantunya berdiri.

Pertama kali memandang mata gadis itu, Alvan merasakan sesuatu yang istimewa, sebuah perasaan rindu yang sangat kuat. "Boleh aku mengantarmu pulang?" tanyanya tiba-tiba.

To be continued...

Note : BAGI YANG INGIN BERTANYA "KAPAN LANJUT?",  TOLONG BIASAKAN MEMBACA AUTHOR NOTE LEBIH DULU, ya !!!

Terima kasih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Polaris In My Heart (Sekuel Of : Fly Me To Polaris) - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang