Perempuan Bertopi Merah

235 15 8
                                    

Infamy will be a girl  with a hat.


*


Di dunia ini, setiap kepala perempuan dihiasi bunga yang mengakar di tengkuk.

Seorang anak perempuan berumur lima tahun berlari-lari dengan kuncup kenanga di atas kepalanya. Suatu hari kuncup itu akan mekar sebagai pertanda kedewasaannya. Kenanga kuning akan menghiasi puncak kepalanya seperti mahkota. Kelak, ketika ia menikah dan memiliki suami, memiliki anak, si kenanga akan gugur. Mahkota kuning berjatuhan di kakinya seperti konfeti yang mengucapkan: selamat, kau sudah jadi wanita sekarang.

Di dunia ini, setiap perempuan memakai mahkota bunga yang tertanam dalam di kepala mereka bak parasit pada inang.

Perempuan-perempuan muda berparas cantik, dipoles bedak dan memakai lipstik yang sewarna dengan bunga di atas kepala mereka melakukan parade setiap hari. Bunga melati yang semerbak, peoni merah muda yang pemalu, mawar yang menggoda seperti merah gincu di bibirnya, semua mempertontonkan kesucian mereka.

Parasit di kepala mereka membuat mereka sombong. Siapa yang punya mahkota paling cantik, paling harum, paling mewah? Lihat aku, lihat aku. 

Di dunia yang seperti ini, seorang perempuan tidak ingin ikut parade seperti yang lain. Kepalanya selalu ditutupi sebuah topi merah dengan hiasan pita hitam. Ia berjalan dengan kepala tertunduk, memakai earphone di telinga. Tatapan orang adalah siraman air, gunjingan adalah pupuk untuk bunganya.

Pasalnya ia belum menikah. Ia tinggal seorang diri di pinggiran kota, menyewa sebuah kamar murah yang hanya menyediakan tempat tidur dan lemari kayu untuk pakaiannya. Ia belum menikah, lantas kenapa ia tidak pernah menunjukan bunganya? Pertanyaan mulai dari yang bernada heran hingga menghardik selalu terdengar setiap ia keluar rumah. 

Orang-orang mulai membuat teori tentang si perempuan dan topi merahnya.

Ia pelacur, bunganya sudah gugur sejak umurnya menginjak dua digit, kata wanita penjual arang sembari menyeka hitam di tangannya dengan celemek.

Tidak, tidak, ia diperkosa makanya ia jadi seperti itu, bisik loper koran sembari mengibaskan tabloid gosip. Kasihan.

Ya, Tuhan, tidak seperti itu, ia pernah menikah dan kekasihnya gugur di medan perang, kata tukang jagal sembari mengayun pisau ke leher ayam.


Si perempuan bertopi merah bukannya tidak mendengar apa yang orang katakan padanya. Earphone yang ia gunakan tidak pernah terhubung dengan walkman atau semacamnya. Ia mendengar. 

Dan ia bersedih.

Ia menatap bayangannya di cermin kamar mandi. Topi merahnya disampirkan di keran wastafel. Ia bukan pelacur, juga tidak diperkosa. Suami tidak punya, apalagi yang mati di medan perang. Yang ia punya adalah kebun bunga di kepalanya. Kemuning putih mengintip di balik teratai ungu, saliara merah-kuning mencolok di antara warna-warna muda bunga lainnya. 

Kebun bunganya paling indah, pernah ia tunjukan pada dunia. Kemudian orang-orang berkata bahwa ia sombong, angkuh karena memiliki banyak bunga.

Jadi ia membeli topi merah dengan pita hitam lalu memakainya setiap hari. Orang-orang berhenti memanggilnya sombong. Sekarang ia hanya kehinaan yang memakai topi merah.

Bunga Parasit & TopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang