Pengakuan

7 2 0
                                    

Kini, hari ini, jam ini, menit ini, detik ini, dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk kembai berkemo dan aku diantarkan oleh kim.
"Ufa, apa kamu siap buat kemo sekarang ?" tanya kim khawatir.

"Ya tentu siap dong kim. Aku udah biasa. Apalagi dengan diantar oleh sahabat terbaiku ini."jawabku senang tersenyum pada kim dengan mencubit pipinya yang selalu merona itu.

"Syukurlah, ahh.. Kamu itu bilang aja kalo senang dianterin sama aku. Aku kan ganteng keceh." ucap kim pede. Tapi memang betul sih, kim memang sangatlah ganteng. Hee

Sampailah kami di rumah sakit yang dituju. Aku segera masuk dan berkemo di dalam ruangan yang telah ditentukan
"Tolong do'akan ku kim. Tunggu aku yaa.." ucaku

"Siap ufa. Semangat ya. Iya siap aku nunggu kamu ufa." jawab kim tersenyum.

Beberapa jam aku menjalani kemo diruangannya, kim menungguku dan terus menunggu. Aku berharap dia tidak merasa bosan dan tidak merasakan kesepian. Aku harap dia tetap semangat untuk menantikanku keluar dari ruangan kemo itu.

Kemopun selesai
Aku mulai keluar meninggalkan ruangan kemo itu. Dan kulihat kim sedang berdiri tampak khawatir namun setelah melihatku kim melontarkan senyuman lega.
"Gimana ufa ? Udah?? Lancarkan ?? Kamu enggak apa apa kan ??" tanya kim nyerocos sembari memegang pundaku erat dan menggoyang goyangkannya.

"Aku harus jujur ya ?"

"Hah ? Kok kamu anehsih nanya gitu ? Iya kamu harus jujur lah ufaa.. Wajahmu mulai tidak enak dipandang, aku semakin mengkhawatirkanmu."

"Hehe. Baiklah, tapi jangan kaget. Nanti kamu jantungan. Jadi tadi menurut dokter Kankerku semakin parah, semestinya aku membaik kim. Aku udah rutin buat berkemo minun obat dan lain lain tapi kenapa kayak ginii hasilnya... Aku takut kalo ibu sama ayah sedih aku juga takut kamu sedih" ucapku menangis

"Hah ?? Sungguh ?? Kamu enggak bohongkan??" tanya kim kaget

"Beneran kim aku ga becandaa.. Emangnya muka aku ngeliatin kalo aku becanda gituh !?"

"Enggak sihh.. Yaudah ufa. Kamu jangan nangis, aku gamau kamu nangis kayak gini. Selama kita bareng bareng kamu gapernah nangis gitu.. Kamu pasti bisa ngelawan kanker mu itu. Ingat! Ada aku buat kamu." ucap kim tampak bersedih dan memelukku.
Pelukannya itu sangat membuatku tenang dan nyaman sekali. Oh Tuhan.. Tolong jangan sampai aku pergi meninggalkan kim saat ini. Aku masih ingin tetap bersamanya beberapa waktu lagi.

Kamipun pulang dan menemui ibu. Kami menceritakan semuanya pada ibu. Saat kim yang menceritakannya, ibu tampak sedih sekali dan lama lama menangis. Kim dan akupun mencoba untuk menanangkannya. Bagaimana tidak sedih ?? Dia adalah ibuku. Dia wanita yang melahirkan dan membesar kan ku sampai seperti ini. Selain tidak ingin meninggalkan kim. Akupun sangat tidak ingin meninggalkan ibu, termasuk ayah. Mereka benar benar sudah menyayangiku. Mereka sangat berarti bagiku. Oh Tuhan.. Aku menyayangi keluargaku. Aku tidak ingin meninggalkan mereka. Tolonglah, jangan ambil nyawaku dulu, aku masih ingin tetap bersama mereka.

Setelah ibu merasakan ketenangan, ibu menyuruhku untuk beristirahat dikamar dan seperti biasa diantarkan oleh kim.

Sampailah kami dikamarku yang berantakan dan sempit itu, namun aku merasa nyaman meski dalam keadaan yang berantakan seperti itu.
"Ufa. Aku masih enggak percaya sama apa yang kamu omongin tadi. Kamu serius ?" tanya kim tiba tiba sambil membantuku untuk duduk dikasur.

"Iya kim aku serius. Sudahlah lupakan, aku gamau mikirin soal itu. Bahas yang lain aja."

"Ah kamu.. Yaudahlah gimana kamu aja aku nurut aja sama si botak ini. Hahahha.." candaan kim dengan mencolek daguku bagaikan om om ganjen.

"Ih kim kamu ini, terus kalo aku botak kenapa ? Kamu gasuka ya ?" ucapku cemberut

"Ya! Aku enggak pernah bilang gitu sama kamu loh, itu kamu ya yang ngada ngada bukan aku."

"Terus menurut kamu, kalo aku botak kayak gini gimana ayo ?"

"Menurut ku? Haha kamu bercanda? Menurutku ?" sungguh aneh, kim tertawa dengan sok asik. "Hahhaahha.. Menurutku ? Oke kau sempurna, menurutku kau sangat berarti, menurutku kau bintang di hati, dan menurutku kau hidup dan mati. Jadi, jujur saja selama ini aku sangat mencintai dan menyayangi wanita botak yang selalu bersamaku sampai kini dan esok nanti." ucap kim dengan serius.
Oh Tuhan.

Deg deg
Apakah ini nyata ?? Apa arti dari perkataan kim itu tadi ?? Aku terengah mendengarnya.

"Kamu kenapa ufa ? Aku sekarang ini bener bener serius. Aku sayang sama kamu. Jujur, aku seneng bisa sama kamu." ucap kim memperjelas semuanya sembari memegang pundakku dan menatap mataku tajam.
Aku terdiam sejenak dan tiba-tiba..
.
.
.
.
Aku langsung memeluk kim dan menangis mendengar kata katanya itu. Aku tidak ingin melepaskan pelukan ini. Aku tidak ingin kehilangan seseorang yang aku peluk saat ini. Aku sangat menyayanginya. Oh Tuhan.. Jangan pisahkan aku dengannya.. Dia orang yang aku sayangii.. Aku tidak ingin jauh dengannya.
"Terima kasih kim. Jujur saja. Akupun sayang sama kamu aku gamau jauh jauh dari kamu. Aku selalu berdoa biar kita bisa terus bersama. Dan aku selalu berdoa biar kita enggak bisa dipisahin. Aku juga selalu berdoa kepada Tuhan buat jangan dulu ambil nyawa aku, aku masih pengen hidup sama kamu dan orang tua aku. Kalian orang yang aku sayangi. Tolong kim, jangan tinggalin aku. Tolong kim, jangan lepasin pelukan ini dan tolong kim, pertahanin aku." ucapku berbisik disebelah telinga kim sembari menangis.

"Aku tidak akan melepaskanmu apalagi ninggalin kamu. Aku sayang kamu. Saranghae saranghae saranghae saranghae saranghae." kim mempererat pelukan kita dan tidak lama kemudian tiba-tiba saja..
.
.
.
.
.

Cup

Kim mencium kening dan bibirku. Oh Tuhan, ini ciuman pertamaku. Semua ini terasa aneh tapi dapat membuatku nyaman dan aku benar benar merasakan kasih sayang yang sungguh sungguh kim berikan untukku. Aku harap ini adalah pertanda awal kami menjalankan hidup yang benar benar akan lebih dari sebelumnya.

"Kekuatan cinta dapat mempersatukan kita dalam keadaan apapun, dan dengan kekuatan cinta kita dapat merasakan hal-hal apapun. Suka duka, sedih ataupun senang. Maka, hiduplah dengan cinta. Sungguh cinta dapat mengekalkan keceriaan kita."

Sacrifice LivingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang