Bagian Sembilan

42 1 0
                                    

(Agham POV)

Saat istirahat, gue males banget mau jalan ke kantin karena sudah pasti banyak cewe yang ngedeketin gue. Bukannya gue ke-GR-an, tapi itu fakta.

"lo ga ke kantin Gham?" tanya Mario.

"gak lah. Lo aja. Males gue."

"kenapa? Males ngurusin yang tiba-tiba pingsan gara-gara ngeliat lo? Haha" jawab Mario sambil terbahak.

"sial! Gak lah gue lagi males aja." Jawab gue lalu melanjutkan permainan yang sempat terhenti karena teguran dari Mario.

"eh, lo gak naksir sama Tanaya yang duduk di meja samping lo?" tanyanya sambil duduk di bangku Tanaya.

"gak. Gue naksir sama sohibnya." Jawab gue santai sambil memainkan permainan di HP.

"Kirana? Anjir! Selera lo tinggi juga cuk!" jawabnya dengan mata terbelalak mendengar jawaban dari gue.

"emang kenapa? Kemaren gue dipasangin sama dia, dan gila! Dia seperti apa yang gue bayangin!" jawab gue excited.

"maksud lo?" tanya Mario sedikit bingung.

"dia cantik, tajir, tapi sumpah cuek abis! Dan dia gak suka jadi pusat perhatian. Ya lo tau lah cewe yang merhatiin gue banyak. Padahal sih cowo yang merhatiin dia juga banyak. Tapi entah dia pura-pura atau emang beneran gak engeh." Ujar gue penuh dengan semangat.

"ah dasar gila lo kalo udah jatuh cinta. Dulu sama Anggita lo juga gini." Balasan Mario membuat gue mengingat masa lalu saat dekat dengan Anggita dulu.

*flashback on*

"tuh cewe beneran deh! Emang dasar dianya yang cuek. Dan yang buat gue makin tertarik sama dia, dia ga engeh kalo gue sebenernya sering banget ngasih kode ke dia" ujar gue pada Mario.

"lo kenapa sih suka sama dia? Padahal ya, dia bukan tipe cewe yang popular di budas. Kenapa gak sama Ardiana aja yang jelas-jelas mgincer lo dari kelas 7?" jawab Mario.

"gak ah males. Gue gak mau jadian sama orang yang caper sama gue. Gue harus dapetin Anggita!" ucap gue penuh semangat. Selang beberapa bulan pendekatan dengan Anggita, akhirnya gue dan dia jadian.

"gue taken coy sama Anggita. Ternyata dia juga suka sama gue tapi dia pendem. Ah akhirnya.." ucap gue dengan perasaan senang. Namun, saat hari terakhir ujian kenaikan kelas, Anggita mengakhiri hubungan ini dengan alasan dia harus pindah ke Jayapura mengikuti bokapnya yang di pindah dinas. Semenjak itu, gue belum sama sekali mempunyai niatan untuk berpacaran. Sampai pada akhirnya, gue bertemu dengan Kirana.

*flashback off*

"woy! Kenapa jadi bengong gini lo? Gagal move on?" Mario membuyarkan lamunan gue tentang Anggita.

"hah? Engga. Eh udah sono lo ke kantin. Keburu bel gue yang di salahin lagi."

"yaudah gue cabut ke kantin ye. Mau nitip gak?"

"titip salam buat Kirana aja kalau ketemu." Ucap gue dengan penekanan bahwa gue beneran jatuh hati dengan cewe satu ini. Setelah Mario pergi, gue baru tersadar kalau Kirana berjanji untuk mengobrol dengan gue hari ini.

AghamLW : heh

KiranaLW : hah?

AghamLW : janji lo mana?

KiranaLW : apaan?

AghamLW : ktnya mau ngobrol sm gue. Pulang sklh jln yuk sklain ngobrol.

KiranaLW : gak bs gue. Udh ada janji.

AghamLW : sm cowo lo y?

KiranaLW : gk pny cowo gue.

AghamLW : trs janji sm syp?

KiranaLW : sm nyokap. Gue mau anter pesenan.

AghamLW : yaudah gue anter ya. Gpp kn?

KiranaLW : liat ntr ya.

Tak lama bel berbunyi bertepatan dengan Tanaya memasuki kelas.

"Nay, boleh nanya?" ucap gue memberanikan diri untuk bertanya pada Tanaya.

"iya? Apa?" jawabnya dengan suara seimut mungkin.

"but, wait. Suara lo gak usah sok imut gitu. Gue tau kok lo most wanted girl di sekolah, tapi jangan berfikir gue suka juga sama lo." Jawab gue dengan nada agak ketus.

"oke. Mau nanya apa?" suaranya berubah biasa.

"it's about your besties. Emang bener dia gak punya cowo?"

"oh. Iya. Dari dulu dia gak pernah pacaran. Soalnya masa lalu dia agak kelam gitu deh" jawan Tanaya dengan santai namun tatapannya berbeda dengan nada bicaranya.

"oh oke makasih ya." Jawab gue tanpa mau memperpanjang pembicaraan dengannya.

Lebih baik gue cari info langsung aja samaKirana daripada Tanaya ngebual cerita. Pekik gue dalam hati.

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang