Author's POV
Matahari mulai bersinar, cahayanya menembus ke sebuah kamar dimana seorang gadis sedang tertidur. Ia membuka matanya perlahan dan duduk dipinggiran tempat tidurnya. Tiba-tiba seorang lelaki masuk ke kamarnya.
"TIFFANYYYYYY" ucap lelaki itu dengan setengah berteriak. Ia langsung duduk disebelah gadis yang bernama Tiffany itu.
"Hey! Pria bodoh! Berhenti bergerak seperti itu sebelum aku mengusirmu Zayn" ucap Tiffany dengan nada kesal
"Aku tidak akan berhenti sebelum kau beranjak dari tempat tidur mu itu" ucap pria yang bernama Zayn itu sambil menunjukkan Senyum termanisnya
"Baik-baik" jawab Tiffany dengan nada malas. "Aku akan mandi sebentar, tunggu disini" lanjutnya.
"Aku ingin ikut" goda zayn sambil memonyongkan bibirnya.
"Hey! Berhenti disitu sebelum aku memukul wajah sok polos mu itu" ucap Tiffany dengan wajah datar
"Haha, baiklah" Ucap Zayn lalu Ia merebahkan dirinya di tempat tidur milik Tiffany.
----------------------------------------
Setelah 20 menit berlalu, Tiffany keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Ia sudah mengenakan baju kaos berwarna Biru muda lalu dipadukan dengan celana jeanz hitam dan sepatu sneakers hitam.
"Mari kita pergi" ucap zayn.
"Kau terlihat sangat terburu-buru" ucap Tiffany sambil merapihkan rambutnya didepan kaca rias kamarnya.
"Kau lupa ini hari apa?" Tanya Zayn lalu menghampirinya "Aku akan melamar Perry hari ini. Dan kau berjanji untuk membantuku" lanjut Zayn dengan wajah yang berbinar-binar.
Aktifitas yang dilalukan Tiffany langsung berhenti. Ia baru ingat bahwa hari ini Zayn akan melamar pujaan hatinya, Perry.
"Ah iya aku mengingatnya" ucap Tiffany dan dibalas senyum oleh Zayn.
-------------------------------------
Zayn dan Tiffany pun menuju ke Taman dimana acara lamaran itu akan dilaksanakan. Tiffany pun pergi ke belakang panggung untuk memeriksa kelengkapannya.
"Hey John. Bagaimana alat2nya?" Tanya Tiffany.
"Ah, hey Tiff. Ah ada satu lampu yg masih kurang. tapi, aku tidak bisa menemukannya di gudang" ucap john sembari menundukkan kepalanya.
"Tak perlu khawatir John. aku akan membantumu" ucap Tiffany lalu pergi meninggalkan John dan menuju ke gudang.
Tiffany pun membuka pintu gudang itu, ia menyalakan lampu gudang itu.
'huft! lampunya remang-remang sekali' pikirnya.
Tiffany pun memasukki gudang itu dan mencoba mencari lampu yang dimaksud John.
Setelah beberapa saat Ia mencari lampu tersebut, akhirnya Ia pun menemukannya. Namun, lampu itu jauh dari jangkauannya.
'Lampu sialan' kutuknya dalam hati sembari mencoba untuk mengambil lampu tersebut.
Namun, tiba-tiba rak dimana lampu tersebut berdiam pun giyang dan siap untuk menerjang tubuh mungil Tiffany.
"Gawat, Tolong" Tiffany menutup matanya seakan-akan pasrah. Tiba-tiba ada yang menariknya dari belakang.
BRAAKKKKK
suara jatuhnya rak berat itu pun bergema di ruangan. Tiffany membuka matanya dan mendapati seorang pria memeluknya erat.
'Zayn? Ia menyelamatkanku?' pikirnya.
"Zayn?" ucap Tiffany.
"Sudah ku bilang, Jangan pergi ke gudang sendirian" ucap Zayn dengan nada serius.
"Hmm, maaf. Tapi, lampunya rusak" ucap Tiffany dengan nada bersalah.
"Sebuah lampu tidak akan membuat acara ini hancur" ucap Zayn dengan nada ramah. "Sekarang, ayo kita keluar" lanjut Zayn lalu keluar dari gudang sambil menggenggam tangan Tiffany.
'Andaikan aku bisa menghentikan waktu. Aku akan melakukannya saat ini juga' ucap Tiffany dalam hati.
------------------------------------------
"Tiffany, aku gugup" ucap Zayn dengan nada gugup. Dari ekspresinya saja semua orang tahu bahwa Ia sangat gugup.
"Kau lihat gadis itu?" ucap Tiffany sembari menunjuk ke arah seorang gadis yang tidak lain adalah Perry.
"Ia cantik" ucap Zayn.
"Kau ingat pertama kali kau bertemu dengannya? Setelah waktu berlalu, akhirnya kau akan melamarnya. Lakukan itu. Dengan penuh keyakinan" ucap Tiffany dengan senyum.
"Ya! Aku akan melakukannya! Terima Kasih Tiff" ucap Zayn, lalu Ia pun berjalan menuju panggung.
---------------------------------------
Tiffany's POV.
Ku langkahkan kakiku ke ruangan dimana Zayn beristirahat. Ku tempatkan kotak yang ku pegang sedari tadi di meja. Ku tempatkan sepucuk surat itu. Lalu, aku tinggalkan ruangan itu.
"Terima Kasih untuk semuanya Zayn"
------------------------------------------
Zayn's POV
Aku berhasil melakukannya!!!! Tiffany, mana manusia itu? Aku pun membuka pintu ruangan istirahatku, namun tidak ada tanda-tanda tentang dirinya. Yang ku dapati hanya satu kotak biru dengan sepucuk surat yg berdiam diatasnya.
Ku ambil surat itu dan ku baca.
"Untuk Sahabatku, Zayn.
Hey, buddy. Akhirnya kau melamarnya juga. Ku bilang juga apa kau pasti bisa melakukannya. Maaf aku tidak bisa melihatnya. Terlalu sakit untukku. Ya, mungkin kau bingung. Aku mencintaimu Zayn. Dan selalu mencintaimu. Aku tahu ini hanya one-side Love. Aku sahabatmu Zayn. Dan statusku sebagai sahabatmu tidak akan berubah. Aku tahu. But, I don't care. haha. aku akan pergi selama 3 Tahun ke Amerika untuk melanjutkan kuliahku. Baik-baik disana ya. I love you."
Dia pergi? Mengapa? Dia Mencintaiku? Ku pikir dia mencintai Niall. Kau bodoh Zayn. Kau bodoh. Kau membuat sahabatmu sendiri meninggalkanmu. Bodoh!
----------------------------------------
Done! Hoho, don't forget to like, vote and comment. Rencananya sih mau bikin sequel. Tapi, tergantung permintaan. hoho. thanks^^
KAMU SEDANG MEMBACA
A bestfriend will always be a Bestfriend
FanficI'm new here. Please bare with me~~^^