Tentang Puisi

765 35 0
                                    

Foto-foto di dinding kamarku saling berbicara, pembicaraan yang pernah kita ucapkan. Ada tawa, tawa yang sangat indah, bukan tawa palsu yang kini aku lontarkan di hadapan setiap orang.

Hujan datang sebentar lalu segera bergegas pulang setelah menanggalkan kenangan pada tiap butirnya. Ah aku tak kuasa mengelak, memang hujan sudah bersahabat lama dengan kenangan. Tiba-tiba datang tanpa diminta, tanpa bisa ditolak, hanya menunggu saja ia pergi dengan sendirinya.

Puisiku adalah masa lalu dan masa depan. Tiap baitnya kuselipkan senyum dan amarahmu. Aku suka. Telah cukup lama aku tak melihat bibirmu melukiskan senyum karnaku, akupun cukup rindu mendengar amarahmu yang dulu selalu aku benci.

Puisi-puisi lahir pada waktu yang sepi. Rindu yang tak bisa terobati walau sekecil butiran nasi. Puisiku membangkitkan lalu menghempas tubuhku kembali dalam ruang sepi. Kau dan kesepian kini adalah pasangan yang mengisi penuh sajak dan alam bawah sadarku. Namun, aku cukup sadar bahwa aku merindukanmu.

-junidanjuli-

Tentang Hujan Sore TadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang