Mataku terbuka, aku tidak tahu apa yang telah terjadi padaku, yang pasti terakhir aku merasakan mati rasa dan tiba-tiba saja gelap. Dan kini, kembali terang dan ada samar samar seorang pria berbicara.
"Ufa, ufa, ufa. Ini aku ini aku kim. Kamu inget aku ? Aku kangen sama kamu ufa. Syukurlah kamu sadarkan diri. Apakah kamu baik-baik ajah?"Suara itu, aku sangat mengenalinya. Kim ?
Aku memanggil manggil namanya.
"Kim ? Kim ? Kim ?" ucapku penuh lirih menangis."Ufa ?? Ufa jangan nangis gitu dong. Senyum ufa. Aku kangen kamu aku sayang kamu. Jangan banyak bicara dan jangan banyak gerak oke?"
Aku hanya dapat tersenyum kecil dengan lesunya, namun tetap saja mataku menutup karena merasa berat.
Beberapa menit kemudian, aku dapat benar benar membuka mata, walau memang masih terasa pusing.
"Ufa, ini ibu sama ayah. Ufa baik baik aja kan sayangkuu.." ucap ibu mengelus kepalaku.
Aku hanya bisa tersenyum saja dan mengangguk, karena memang masih sangat terasa lemas sekali. Sangat lemas.
Namun, tidak lama aku mulai dapat berbicara kembali walau memang kurang jelas.
"Ibu, ayah, kim. Ada apa ?""Kamu enggak suka nanya kayak gitu, yang penting kita bisa bareng bareng lagi ufa. Seharusnya dalam 4 hari yang lalu kita melaksanakan ujian bareng, tapi dengan keadaan kamu kayak gini kamu gabisa ikut ujian. Jadi, kamu harus nyusul. Tapi jangan khawatir, aku bakalan bantuin kamu buat ngisi oke ?" ucap kim menjelaskan padaku sembari mengelus kepalaku dan mendekatkan wajahnya ke wajahku.
"Ah, aku bingung sama apa yang terjadi sama aku sekarang. Kenapa tiba-tiba aku ada di ruangan ini yang enggak nyaman." ucapku kebingungan melemas.
"Udah ufa, gaboleh mikiran semuanya. Jangan banyak pikiran. Nanti kalo kamu udah sehat bener pasti bakalan tau." ucap ayah menenangkan.
"Iya. Aku tidur terlalu lama ya ? Soalnya gatau kenapa aku kangen." aku hanya tersenyum dan menutup mataku lagi karena memang merasakan pusing.
"Iya, kamu tidur lama banget fa. Lama banget, bener bener lamaaa banget. Lama banget ufa lamaaa.." ucap kim tiba-tiba menangis. Dan ibu yang mencoba menenangkannya.
"Kim? Kenapa ?" ucapku.
"Enggak. Aku gapapa aku cuma kangen kamu ajah. Aku bahagia kamu bangun. Kamu tidur terlalu lama fa. Aku disini ngejalanin hari-hari tanpa kamu, rasanya bener bener kayak yang mati. Aku hidup tapi hati aku mati fa. Aku sayang kamu." ucap kim menangis memelukku dalam tidur dan mencium keningku. "Aku sayang kamu ufa, aku sayang kamu. Kamu tenang aja ya, aku enggak akan ninggalin kamu, aku bakalan ada terus disini, disisi kamu selamanya. Sampe maut yang misahin kita. Aku sayang kamu."
"Kim ? Terima kasih kim. Aku juga sayang sama kamu. Aku mohon jangan pergi dari kehidupan aku. Aku bakalan pegang janji kamu ya ? Kamu jangan bohong. Kalo kamu bohong. Aku bakalan benci kamu. Aku bakalan benci kamu." ucapku ikut menangis terharu.
"Udah ufa, kamu jangan nangis ya. Silahkan kamu pegang janji aku, karena emang aku bakalan tepatin janji aku semuanya sama kamu. Aku janji." ucap kim mempererat pelukannya. "Akhirnya, kita sekarang bisa bersama lagi. Aku bahagia fa."
"Kembali, kami kembali bersama ? Kata kata itu mengagetkan. Namun, membahagiakan. Aku kaget. Karena memang tidak tahu apa yang telah terjadi pada kami selama itu."
"Janji. Aku harap janji mu padaku bukan hanya ekspestasi semata yang hanya untuk membahagiakan sesaat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice Living
DiversosMungkin aku memang tampak berbeda dari yang lain, yang dapat membuatku merasa iri dan tidak percaya diri dan bahkan ku dijauhi semua orang, mereka tidak menyukai apalagi sampai menemaniku. Dan mungkin karna aku berbeda dari mereka yang benar benar s...