Chapter 5

33 10 0
                                        


"Lihat dia Mam, aneh, dia sudah berubah. Berubah pula penampilannya. Dasar orang aneh. Padahal kalo ingin berubah itu nggak juga berubah penampilan juga. Orang aneh."

Biarlah orang berkata apa yang penting tidak membunuhku jadi ya sudah. Abaikan. Ini kulakukan demi diriku sendiri. Apa aku terlalu berlebihan hingga jadi seperti ini? Tapi aku merasa biasa saja. Ah sudah lupakan. Aku pergi ke sekolah dengan serba baru. Aku seperti terlahir kembali.

"HANAH!! Aku suka sama kamu!! Kamu harus jadi pacar aku!! Itu disuruh!"

Seketika langkahku terhenti. Suara itu membuatku malu setengah mati. Gila bukan main. Aldi, dia teman baruku dikelas 9 ini. Kenapa dia harus teriak-teriak sih? What? Pokoknya aku nggak sudi harus punya pacar kayak dia. Wait a minute? Disuruh? Apa maksudnya?

Sorak sorai di sekitarku buat aku baper setengah mati. Hush. Aku harus gimana sekarang..

"Iya Han kita-"

"Disuruh siapa? Terus kamu mau aja gitu? Nolak kek. Aku malu tau!" Bisikku tepat di depan telinganya dengan geram.

Aku seperti mau jatuh, aku berlari sempoyongan begini karena dia, Aldi. Dia menarik lenganku lalu berlari bersamanya ke suatu tempat. Entah apa yang sudah direncanakannya.

"Lepas!"

Sebuah mawar merah, itu yang diulurkan oleh dia dari belakang tubuhnya.

"Kamu harus jadi pacar aku."

"Tolong kamu jelasin semua ini Aldi!"

"Oh baiklah. Jadi gini, kemarin aku ketemu bu Ira sepulang sekolah. Terus aku curhat padanya. Hingga akhirnya dia menyuruhku untuk menjadikan kamu itu pacar aku."

"Jelasin yang bener ato aku pergi sekarang juga?!"

Aldi, dia itu orang paling menyebalkan di kelasku. Aku selalu berantem, cek-cok dengannya dari hal sepele sampe hal besar. Ditambah lagi aku harus satu kelompok belajar dengannya di pelajaran Bahasa Indonesia. Shit kan! Bentar, pelajaran itu kan gurunya Bu Ira. Apa ada hubungannya yah?

"Mungkin kamu udah mikir sendiri, tapi aku perjelas lagi yah. Karena aku sama kamu itu sering berantem mulu makanya bu Ira nyuruh aku buat aku jadi pacar kamu karena dengan seperti itu kita nggak akan berantem lagi. Itu perintah lho harus diturutin kalo nggak-"

"Selain itu?" Selaku.

"Aku juga suka sama kamu sih sebenarnya dari pertama kali kita saling kenal."

Seketika tubuhku lemas. Karena dia berbicara dengan suara halus nan serak khasnya. Itu pertanda dia tulus. Apa yang harus aku lakukan?

"Nggak!" Itu keputusan bulatku dengan tanpa pikir panjang lagi.

"Kamu nggak bisa nolak Hanah Ferizya. Kita kenalan dengan mudah tapi disini kamu tidak bisa mudah menolak permintaanku kali ini"

"Kasih aku waktu Aldi."

Hening

"Nggak bisa, pokoknya sekarang kamu udah jadi pacar aku."

Apa yang sudah terjadi sebenarnya.. Kenapa harus seperti ini caranya. Kenapa aku bisa diam karenanya, pelukannya, yang hangat. Ini tidak biasa terjadi.

First hug, first mean……… tapi itu bukan dari dia melainkan dari cowok lain, Aldi.



~*~

Kenapa harus digembor-gemborkan seperti ini sih. Ini buatku kesal dan malu setengah mati. Apa yang harus aku lakukan? Bahkan Tara saja sampe cengoh dengan hal ini, Tuhan. Tring, lampu bohlam tepat berada di ataa kepalaku, aku dapet ide bagus kayaknya.




~*~

"Aldi"

"Iya sayang?" Dih! Sayang?

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu."

"Ngomong aja, terbuka aja selama ada aku disini."

"Kita putus!"

"Kenapa putus? Bahkan belum sebulan hubungan kita-"

"Ini karenamu. Kamu yang mengawali hubungan ini dan aku yang mengakhiri hubungan ini. Adil!"

"HANAH! HANAH!"

Aku segera berlari meninggalkan dirinya, pergi meninggalkan dari tempat itu. Langkahku terhenti ketika ada seseorang disana. Tara. Ya, dia sedang sendirian di salah satu lorong lantai 1.

"Ohh! Jadi karena ini!"

BEKK! BUGH!

Suara hantaman itu membuat aku takut. Aku hanya bisa terdiam menitikkan air mataku yang tidak bisa berhenti mengalir di pipiku. Deras, lebih lagi. Tepat di depan mataku Aldi memberikan bogemannya dengan kepalan tangannya untuk menghajar Tara. Duh, Tara kenapa kamu diam saja sih? Tuhan, aku harus gimana sekarang?

"HEENTIKKAAANN!!"

Dia yang sedang akan menghantam wajah Aldi tepat diatas tubuh Aldi seketika terdiam. Tuhan, mengapa Kau selalu memberiku cobaan yang berat. Aku hanya bisa menangis sembari sekujur tubuhku yang semakin lemas.

"Apa yang kalian lakukan?! Ini sekolah bukan arena perkelahian?! Kalian berdua ikut ke ruang BK sekarang juga!"

Lagian mana ada arena perkelahian sih, si Bapak frustasi kayaknya. Duh, tampak bermasalah aku disini. Mereka berdua pergi meninggalkanku disini, sendirian.

"Apa maksudnya kalian berkelahi seperti ini?" Tanya pebimbing BK.

Diam

Mereka berdua terdiam. Kenapa mereka bisa diam disini sedangkan tadi mereka berada dalam hebatnya perkelahian.

Brakk! Suara pukulan pebimbing BK ke meja membuat mereka sedikit tersentak.

"Dialah penyebabnya." Celetuk Aldi sembari menunjuk wajah Tara dengan telunjuk yang mengarah ke batang hidung Tara.

"Tara, apa benar itu?" Tanya pebimbing BK.

Tara masih saja diam. Aku hanya bisa mengintip mereka di jendela ruang BK. Mengapa Tara diam aja sih..

Hening.

Lagian kenapa Tara diam aja waktu tadi dipukul sama Aldi. Apa maksudnya coba ah..

"Ya, Pak." Jawab Tara setelah keheningan tadi. WHATT??! Aku makin nggak ngerti aja. Apa maksudnya sih.. Maksud semua ini apa.. Sekarang aku harus gimana lagi..

"Nggak, pak! Bukan seperti itu kejadiannya!"



*Vote and comments yoo*



NijiAstuti

True HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang