Chapter 7

61 6 0
                                    

Luke Robert Hemmings

Semua orang tidak akan mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya, termasuk siapa orang yang akan mendampingi kita dikemudian hari.

Di sini lah aku sekarang, berada di atap gedung kantor milik Ayahku. Semua ini terasa aneh dan sungguh berbelit-belit. Firasatku mengatakan bahwa diantara kami berempat akan ada masalah, masalah percintaan. Terdengar konyol tapi, kali ini aku serius.

drrt.. drrtt..

Handphone-ku bergetar. Dengan segera aku mengeluarkan benda pipih itu dari saku celanaku.

Calum Hood is calling..

Tulisan itu tertera di layar handphone-ku dan aku mengangkatnya.

"Hai, Cal! Ada apa?" sapaku langsung. Tidak ada jawaban sama sekali. "Cal?" panggilku sekali lagi. Namun, kembali aku tidak mendengar adanya jawaban.

Tak lama setelah itu, sambungan telepon diputus oleh Calum.

Sebenarnya apa tujuan ia meneleponku?

Calum Thomas Hood

Kenapa bisa aku menelepon Luke? Padahal yang ingin aku telepon adalah Chrissy.

Sejak kemarin, sejak aku menceritakan siapa yang aku suka, Chrissy menjadi lebih pendiam. Ia masih menjawab semua pesanku tapi, ia menjawabnya dengan kata-kata yang singkat, padat dan jelas. Apakah dia cemburu kalau aku menyukai Nalla? Tapi itu tidak mungkin. Mana mungkin ia menyukaiku yang jelas-jelas ia baru "mengenalku" beberapa hari yang lalu akibat insiden minuman tumpah? Ia jelas-jelas menyukai Ashton.

Sungguh tidak masuk di akal. Lalu, apa yang membuat Chrissy seperti ini?

Mungkin aku harus memikirkannya nanti karena sekarang aku sedang bersama Nalla. Aku diajak olehnya ke tempat futsal untuk menyaksikan ia bersama teman-teman sekolahnya mengadakan pertandingan persahabatan dengan sekolah lain.

Aku tidak tahu mengapa ia membawaku ke sini. Tapi, yang jelas ia bersikap perhatian sekali kepadaku. Apa dia menyukaiku?

Oh Calum, kau terlalu percaya diri. Barusan saja kau menerka-nerka jika Chrissy menyukaimu. Sekarang, kau menereka-nerka bahwa Nalla menyukaiku.

Ponselku berdering menyatakan ada seseorang yang meneleponku. Ya, Michael yang meneleponku.

"Kau kemana saja, idiot?" ucap Michael secara langsung dari seberang telefon. "Oh, hai Michael!" balasku dengan nada sarkas.

"Jawab pertanyaanku, Hood." aku bergidik ngeri karena ia sudah mulai menekan pada kata HOOD di akhir kalimat. "Aku sedang ada di tempat futsal bersama Nalla. Ia mengajakku." jawabku santai.

"Ohh" jawabnya. Hanya OH, kah?

"Lalu apa tujuanmu meneleponku?" tanyaku dengan nada kebingungan sekaligus.. kesal? "Chrissy mencarimu, idiot. Kau tidak membacanya dari 3 jam yang lalu bahkan tidak membalasnya." jelas Michael.

Lalu, apa urusannya denganku? Mengapa Chrissy tidak meneleponku langsung?

"Dia ada perlu apa?" ujarku kali ini. "Entahlah. Ia hanya mengatakan 'tolong telefon Calum karena aku sudah mengiriminya pesan 3 jam yang lalu tapi, tidak dibalas. Aku telepon juga tidak dijawab.' Apakah kau terlalu asik memandangi Nalla?" aku hanya memutarkan bola mataku. "Thanks, Mike." dengan begitu aku langsung menutup sambungan telepon.

Tidak terasa, Nalla sudah ada berada di sampingku. Ia mengambil handuk putih dan memindahkan tas yang ada di sebelahku agar bisa duduk. Ia menyeka keringat yang begitu bercucuran.

"Bagaimana pertandingannya?" ucapku membuka pembicaraan. "Kau tidak melihtanya?" ia bertanya padaku kembali.

Emm memang, sih aku hanya memerhatikan dibagian awal saja. Selebihnya? Aku menjawab telepon dari Michael.

"Tadi Michael meneleponku. Jadi, aku tidak melihatmu dibagian akhir." jawabku sambil terkekeh. Ia tersenyum ke arahku, "Oh, si rambut merah itu." ia tertawa.

Aku kira dia akan marah.

"Berapa skor sementara?" aku mencoba mencari topik pembicaraan. Senyum yang dimiliki Nalla semakin mengembang, "3-1. Sekolahku unggul!"

Luke Robert Hemmings

Aku bahkan tidak pernah berpikir sejauh ini. Mengingat di antara kami berempat menyukai anak dari One Direction.

Masih diposisi yang sama, aku mengambil benda pipih berwarna silver ini dan mencari kontak seseorang. Aku harap, ia dapat memberikan solusi yang setidaknya membantu masalahku.. 30%?

"Hey, Ashton! Can you help me?"  sapaku begitu Ashton mengangkat teleponnya. "Help what?" jawabnya dari seberang telepon.

Duh, aku harus menjawab apa, ya?

"Kau tahu, kan aku menyukai siapa?" tanyaku. "Chrissy..?" jawabnya.

Aku mengangguk.

"Luke, kau masih di sana?" tiba-tiba Ashton memanggilku.

Aku menepuk dahiku sendiri. Kalau aku menangguk, mana Ashton bisa melihat?

"Ah ya, maaf. Ash, aku tidak tahu, semenjak kejadian itu, aku makin tidak move on darinya." jawabku. "Kalau kau masih mencintainya, perjuangkanlah. Tak peduli berapa lama kau menunggu kalau dia ternyata untukmu, kenapa tidak?"

Aku hanya mendengarkan apa yang diucapkan Ashton. Dia memang yang paling bijak.

"Oke thanks, Ash."


Nge-stuck banget ttg jalan ceritanya beneran. Gue sendiri juga pusing liat castnya WAKAKAK

vomments yakk walaupun gue tau ni chapter buruk bgt

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

To CalumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang