DIGO
Jam istirahat sekolah telah tiba. Aku melangkah santai mengekor Sisi menuju kantin sekolah, sambil memainkan nintendo DS yang membuatku tak bisa memalingkan wajahku dari layarnya. Aku terus saja melangkah mengikutinya sampai-sampai aku tidak tahu bahwa Sisi menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba membuat aku menabraknya cukup keras.
"BRUKKK!!!", aku menubruk Sisi yang terpental karena aku menabraknya. Aku refleks mengulurkan tanganku menarik tubuhnya yang oleng, dan membantunya berdiri tegak kembali.
"Aduuuuh, Digoo!", omel Sisi seperti yang kuduga.
"Biasa aja dong! Tuh nintendo gue jatoh aja gue ngga teriak-teriak.", balasku sambil menunduk menggapai nintendo DS ku yang sukses mendarat di lantai koridor.
"Lagian nabrak-nabrak. Sakit tauu..", rajuk Sisi manja.
"Iya.. Iya.. Maaf.. Lagian lo berhenti juga mendadak sih.", jawabku sambil menghampiri kembaranku yang kini mengerucutkan bibirnya itu.
"Itu.. Itu..", ucap Sisi sambil menunjuk ke arah kantin sekolah.
Aku menoleh mencari-cari apa yang sedari tadi ditunjuk oleh kembaranku itu. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling kantin sekolah. Tak lama kemudian, Sisi yang tidak sabar menungguku yang masih mencari-cari akhirnya menggapai kedua pipiku dan menggerakkan wajahku menoleh sedikit ke kanan. Aku mengernyitkan dahiku sekilas sebelum menemukan apa yang dimaksud Sisi sejak tadi.
"Udah liat?", tanya Sisi.
"Udah.", sahutku kembali menatap nintendo DS ku.
"Emang apaan?", tanya Sisi lagi.
"Mala 'kan?", jawabku tanpa menoleh ke arahnya.
"Yaudah, sanaaa! Katanya mau PDKT.", sahut Sisi sambil menyenggol lenganku.
"Harus sekarang?", tanyaku asal.
"Iya, sekarang dong. Itu dia lagi sendiri. Pas banget ini momennya! Sanaa.. Sanaa..", ucap Sisi lagi sambil mendorong punggungku beberapa langkah menuju kantin sebelum dia melangkah meninggalkan aku di pintu kantin.
Aku menoleh ketika merasakan Sisi tak lagi mendorong tubuhku. Aku menatap wajah kembaranku yang bawel itu tersenyum sumringah menatapku.
"Sanaaa.. Sanaaa...", bisiknya sambil melambaikan tangannya ke arahku.
Aku menghela napas panjang, lantas melangkah menuju kantin. Beberapa teman sempat menyapaku, tak sedikit diantara mereka yang menanyakan mengapa aku sendirian di kantin dan tidak bersama Sisi. Tak lama kemudian aku tiba di meja yang tidak terlalu ramai. Hanya ada seorang gadis di sana. Itu Mala. Dia sedang duduk sambil menikmati jus mangganya sambil membaca sebuah buku.
"Hai 'La!", aku menempati kursi kosong di depan Mala dan menyapanya seperti permintaan Sisi.
"Eh, Digo. Hai juga.", jawab Mala yang tampak sedikit terkejut tapi tetap tersenyum.
"Baca buku apa 'La?", tanyaku membuka pembicaraan.
"Ini, novel Divergent. Udah nonton sih filmnya, tapi beda aja pas baca. Lebih seru baca menurut gue.", jawab Mala sambil tersenyum.
"Masa sih? Klo gue suka filmnya, soalnya kalo di novelnya cuma ada tulisan, ngga ada mukanya Shailene Woodley. Hahaha.", sahutku lantas tertawa.
"Hahahaha. Jadi lo nonton gara-gara Shailene doang?", tanya Mala setelah tawanya mereda.
"Bisa dibilang begitu. Kemarin juga gue diajak nonton Allegiant sama Sisi. Karena yang main Shailene, ya gue ikut. Tapi kayanya Sisi juga baca novelnya deh, meskipun biasanya yang dia baca itu buku sastra sih.", jelasku disambut anggukan Mala.
YOU ARE READING
TWINS
FanfictionThe Way I Need Soulmate Dara Prisisilly Russell: "Digo! Stop it! Itu bukan mainan! Mana kuas make up gue yang lo bawa-bawa kemaren?" Jaka Aliandigo Russell: "What? Kuas make up? Oh, itu. I think I left it in my toolbox." Dara Prisisilly Russell: "Wh...