Bab 6. Tidak bisa fokus

69 21 5
                                    


Raikan tidak fokus mendengarkan penjelasan guru. Dirinya bingung, mengapa tadi dia dengan mudahnya simpati dengan cewek bandel sejagat raya ini?

"Raikan," panggil Pak Beno, guru fisika.

Raikan langsung tersadar dari lamunannya ketika Pak Beno memanggil namanya. Dengan cepat, Raikan menyahuti panggilan Pak Beno.

"Em-- ada apa, Pak?" sahut Raikan.

"Kamu sedang tidak enak badan ya, Raikan?" tanya Pak Beno.

"Nggak, Pak. Saya baik-baik saja. Memangnya kenapa, Pak?"

"Oh, kalau kamu sedang baik-baik saja, tolong kamu jelasin materi yang baru saja saya sampaikan." ujar Pak Beno.

"Materi tadi apa, Pak?" tanya Raikan bingung.

Pak Beno menggelengkan kepalanya.

"Berarti kamu tidak baik-baik saja, Raikan. Kamu sudah budeg." ucap Pak Beno yang langsung membuat seisi kelas tertawa.

Wajah Raikan berubah menjadi merah seperti kepiting rebus. Dia malu setengah mati jika dijadikan bahan tertawaan.

"Pak, saya izin ke toilet." ucap Raikan sambil berjalan menuju keluar kelas.

Pak Beno hanya menganggukkan kepalanya.

Raikan lari terbirit-birit keluar kelas. Tujuan utama dia sebenarnya bukan ke toilet. Tapi dia hanya ingin membuat teman sekelasnya melupakan kejadian memalukan barusan.

Setelah sampai di tujuan, Raikan menghela napas lega. Kini Raikan sedang berada di tempat yang jarang didatangi guru, yaitu ruang UKS. Raikan merebahkan dirinya di atas ranjang yang ada di UKS.

"Ternyata bosen juga tiduran di UKS." gumam Raikan.

Raikan berdiri dari ranjang. Dia hendak kembali ke kelas. Tapi baru saja dia bergerak lima langkah, tiba-tiba datang seorang cewek.

"Kalo mau masuk ke ruangan itu ketuk pintu dulu." ucap Raikan.

"Gue kira disini nggak ada orang." sahut cewek itu.

Raikan memperhatikan gerak-gerik cewek itu dengan seksama. Setelah sekian menit memandang karya Tuhan yang indah, Raikan baru tersadar kalo cewek itu adalah ketua osis di sekolah ini. Dan menurut mitos, dia galak seperti singa betina yang terganggu saat ia sedang tidur.

Karena takut disemprot sama ketua osis, Raikan cepat-cepat pergi dari UKS.

"Oi cowok yang barusan disini!" panggil cewek itu.

Jantung Raikan serasa copot dari tempatnya. Apa yang dia takutkan akan terjadi sebentar lagi.

Dengan mental kawat, Raikan memberanikan diri untuk berbalik badan dan menyahuti panggilan ketua osis tadi.

"Uhm, ada apa lo manggil gue?" tanya Raikan hati-hati.

Ketua osis itu menatap wajah Raikan dengan geram. Seperti singa yang hendak menerkam mangsanya.

Mengetahui situasi seperti ini, dengan terpaksa Raikan mengakui kesalahannya.

"Iya-iya gue bolos. Gue khilap, Gue males di kelas karena dijadiin bahan ketawaan sama Pak Beno, Gue ga suka dijadiin bahan tertawaan mereka. Udah kalo mau marah, marah aja. Gue udah kebal." cerocos Raikan.

Cewek itu melongo mendengar cerocosan dari Raikan.

"Marahin cowok bandel kaya elo? Penting banget ya? Pede banget lu. Orang gue cuma mau bilang, itu ranjang dirapihin kaya tadinya. Bentar lagi bakalan ada yang make." ujar ketua osis itu.

"Kalo mau bilang kaya gitu wajahnya biasa aja dong, mbak." ucap Raikan sambil merapikan ranjang.

"Gue lagi kesel ya. Kalo lo ngomong lagi, gue bakal potong-potong mulut lo." ujar ketua osis itu.

Raikan menatap aneh ketua osis di depannya. Ya kali nyari obat atau kotak P3K sambil manjat-manjat kursi.

"Woi, lo kalo nyari apa-apa bisa kalem nggak? Jangan buru-buru entar malah nggak nemu." ucap Raikan.

"Diem lu. Daripada lu ngomong nggak jelas kaya gini, mendingan sana tolongin Zea di taman." ujar ketua osis itu.

"Emang Zea kenapa?" tanya Raikan.

"Maag dia kambuh." jawab ketua osis itu.

Tanpa mendengar penjelasan lebih lanjut dari ketua osis itu, Raikan segera berlari menuju ke taman.

Walaupun ia harus melewati kelasnya, Raikan tetap berlari dengan cepatnya. Dia hanya terfokus pada Zea yang sedang kesakitan di taman.

Ketika melewati kelasnya, Pak Beno kebetulan melihat Raikan yang sedang berlari. Pak Beno langsung berteriak, "RAIKAN!"

Dengan napas yang sedang menderu, Raikan menyahut, "Bodo amatlah, Pak. Bentar lagi juga pulang."

Raikan mengucapkan perkataan tadi sambil berlari dan melengos begitu saja tanpa memandang wajah Pak Beno lawan bicaranya.

Pak Beno kebingungan melihat tingkah Raikan yang sangat berbeda dari biasanya.

"Anak-anak, itu Raikan asli atau Raikan jadi-jadian?" tanya Pak Beno kepada seluruh siswa yang ada di kelas.

***

Sesampainya di taman, Raikan mencari Zea. Dia bolak-balik kesana-kemari tetapi tidak menemukan sosok Zea. Akhirnya dia kembali menuju ke ruang UKS.

Sesampainya di ruang UKS, Raikan tidak menemukan ketua osis tadi, apalagi Zea.

Disaat kebingungan melanda, speaker sekolah berbunyi dan memunculkan suara Pak Beno.

"Yang bernama Raikan Maheeswara Kenandra harap ke ruang BK, ditunggu Pak Beno. Terima kasih."

"Sial. Ini semua gara-gara ketua osis songong tadi sama Zea. Tunggu aja pembalasan gue." ujar Raikan kesal.

Raikan segera keluar dari ruang UKS dan berjalan menuju ke ruang BK.

***

1) Alohh, ketemu lagi XD. Ini bagiannya lailatuliz. Krisan dan pendapat aku terima. Jangan lupa, untuk tinggalkan vote kalian.

2) Aku tau, cerita ini emang bakal lama endingnya. Selain karna faktor jarang update juga, sih, ehe(: tapi kuharap kalian tetap setia menunggu jalan cerita ini sampai ending, huhu....

3) Btw, yang jago edit cover. Boleh dong, editin cover LIB *kedipgenit* lol wkwk.

4) Happy reading^^

Love Is BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang