Chapter 4

1K 53 4
                                    

"Tolong, dia sedang mengamuk sekarang!" Rion muncul seakan-akan ia baru saja diserang.

"Apa maksudmu? Itu tidak mungkin." Kilah Profesor tak percaya.

"Tapi ini kenyataannya."

Profesor bergegas. "Tunjukkan dimana dia sekarang!"

"Dia pergi kerumah Paman Han."

Semua orang mulai mencurigai Rion. Termasuk Profesor Adller. "Bagaimana bisa kau tahu Digo pergi ke rumah Paman Han?"tanyanya.

Rion gelagapan. "Aku.. Aku melihatnya saat perjalan menuju kemari." Bohong Rion.

"Baiklah. Kita segera pergi menyusul." Seru Perwira.

"Sebaiknya kau membawa senjata sungguhan bukan hanya berisi obat bius." Saran Rion.

Digo berjalan menuju rumah Paman Han ia tampak bingung mencari sesuatu. Saat tiba dirumah Paman Han, Digo berjalan melewati tubuh Paman Han yang terkapar di halaman.Lalu ia melepas paksa pintu rumah dan masuk ke dalam tanpa menghiraukan Bibi Han yang menatap kebingungan.

Digo mulai mencari-cari gitar Sisi. Ia mengobrak-abrik seisi rumah dan mendorong Bibi Han yang berusaha menghentikannya. Lalu ia bergerak menuju salah satu kamar tidur. Gadis yang sedang tertidur lelap itu berteriak saat menyadari kehadiran Digo. Tapi, Digo tak memperdulikannya.

Semua orang yang telah tiba di halaman rumah Paman Han terkejut mendengar teriakan si gadis. Sebenarnya Digo tidak melakukan apapun. Ia hanya memperlihatkan gambar gitar pada gadis itu lalu berjalan mendekatinya. Tapi, si gadis ketakutan dan melemparkan barang-barang pada Digo.

Ia membuka lemari pakaian dan mengacak-acaknya hingga pakaian di dalamnya berhamburan keluar.. Gadis itu berusaha menghalanginya dengan memeganginya.Digo menepis gadis itu. Karena tenaganya terlalu kuat, gadis itu terlempar hingga menjebol dinding kamar.

"Digo!!" teriak Perwira Agam. "Digo!Angkat tanganmu dan menyerahlah!"

Bibi han dan gadis itu segera dibawa ke tempat aman. Tinggal Digo yang berdiri di depan rumah Paman Han dengan lampu tersorot padanya. Sisi melihat Digo lalu berjalan menghampirinya. Digo berjalan menghampiri Sisi. Semua orang mengkhawatirkan Sisi.

"Tidak apa-apa aku hanya ingin berbicara dengan Digo." Kata Sisi

Senjata telah diarahkan pada Digo.

"Jangan. Kumohon jangan.Sisi bisa terkena senjata itu." Pinta Ibu.

"Sudah tembak saja dia!!!"teriak Rion.

"Diam dan tutup mulutmu!" Seru Profesor.

Sementara itu Sisi sudah dekat dengan Digo. Digo menunjukkan gambar gitar pada Sisi.

"Gitar itu tidak ada disini. Ada apa?Apa yang terjadi?" Sisi mengulurkan tangan. "Kemarilah. Hentikan itu."

Digo mengulurkan tangannya. Sedikit lagi jari mereka bertautan. Tiba-tiba terdengar rentetan senjata. Ternyata Rion telah merebut senapan dari penjaga.

Lalu ia mengarahkan senjatanya pada Digo. "Apa katamu? Sisi menyingkirlah aku akan membunuhnya."

"Turunkan senjatanya!" seru Sisi.

"Aku bilang menyingkir!"

"Tolong hentikan. Aku akan bicara dengannya."

"Tidak. Itu tidak perlu. Cepat menyingkir.!"

Seorang perwira lain berjaga-jaga di balik pohon. Siap untuk menembakkan senjatanya jika terjadi sesuatu. Perwira Agam berteriak agar Rion mundur. Tapi Rion tidak ingin rencana menghancurkan Digo gagal.

A Werewolf BoyWhere stories live. Discover now