15 - Threat

123 18 1
                                    

Ia adalah Alice, dan entah mengapa, sekarang identitasnya berubah menjadi Bayard.

Alice bahkan tidak tahu seorang Knave of Heart memiliki seekor anjing—pemuda itu tidak terlihat seperti jenis orang yang dapat menanggung beban hidup makhluk lain—namun Alice lebih heran lagi dengan gadis di hadapannya yang bisa-bisanya mengira Alice adalah anjing.

Ah, namun mengingat White Rabbit, March Hare, dan Chesire Cat yang notabene adalah seorang manusia, Alice lumayan mengerti mengapa gadis beriris peridot itu menganggap bahwa Bayard juga seorang manusia. Satu hal lagi yang perlu dipertanyakan adalah, mengapa gadis di hadapannya dengan segera mengasosiasikan Alice dengan Bayard; Alice bahkan tidak memiliki telinga anjing dan ekornya. Entah apakah Alice perlu tersinggung atau tidak.

Tetapi tak apa. Lebih baik dipanggil sebagai seorang anjing daripada ditusuk sampai mati.

"Aku sungguh tidak menyangka dapat bertemu denganmu, Bayard. Selama aku di istana Queen of Heart, satu-satunya orang yang bersama Knave of Heart adalah Alice yang berambut biru muda itu. Hemm, aku lupa namanya, sesuatu yang diawali dengan kata merah."

Alice tersentak mendengarnya.

Lagi-lagi kalimat itu. Alice, Alice, Alice, Alice, dan lebih banyak Alice.

Bukankah barusan gadis ini juga memperkenalkan dirinya sebagai seorang Alice?

Sesuatu di dalam kepala Alice berdenyut, namun gadis itu bertahan.

"Agak aneh memang, padahal rambutnya biru muda, tetapi namanya berawal dari kata merah. March Hare bilang sense nama Knave memang agak rusak, tetapi sepertinya ia berkata demikian karena titel seorang Knight jauh lebih tinggi daripada titel seorang kelinci, kan?" gadis itu tertawa pelan, suaranya kelewat familiar, dan Alice tergoda untuk bertanya.

Bertanya tentang Alice, Alice, dan Alice. Tentang mengapa gadis itu sangat familiar. Tentang mengapa ia berbicara seolah Knave memiliki kuasa untuk menamai pemuda berambut biru itu—Alice berambut biru yang dinamai dari kata merah. Tentang apa yang tak Alice ingat.

Tentang Wonderland, dan tentang mengapa semua orang ingin membunuhnya.

Namun kali ini, ia bukan Alice, jadi ia terdiam.

"Nah, sudah selesai. Apa yang kau lakukan hingga luka-luka seperti ini, Bayard? Apakah kau jatuh dari pohon atau semacamnya?" gadis itu melepaskan tangannya dari lengan Alice dan membiarkan lengan pakaiannya yang kepanjangan jatuh merosot menutupi perban yang baru saja menutup luka Alice. Bau antiseptik memenuhi udara malam di tengah Wonderland, dan Alice hampir bertanya darimana gadis itu memiliki obat lengkap untuk mengobatinya.

"Ah ya, bisa dibilang demikian," ia tidak sepenuhnya berbohong, Alice jatuh dari lantai tiga.

"Kau harus hati-hati. Queen of Heart tidak suka darah di karpetnya, biarpun darah tidak akan terlihat dari banyaknya warna merah yang ia miliki," gadis itu kembali tertawa dan duduk tegak untuk mengobati luka di leher Alice yang sudah menutup, tetapi Alice lebih cepat.

"Ah, aku tidak suka leherku disentuh," kata Alice, agak terlalu cepat. Sebelah tangan memegangi lehernya dengan gestur protektif. Toh hanya luka gores, tidak dalam, dan biarpun mengeluarkan darah, luka itu sudah menutup, jadi Alice tidak akan mati dari luka tersebut.

"Benarkah? Yah, kau bukan kucing seperti Chesire, jadi baiklah. Biarpun aku ragu Chesire akan membiarkan seseorang menyentuh lehernya juga. Bagaimana jika kau tutup sendiri lukanya? Biarpun hanya luka gores, sewaktu-waktu bisa terbuka lagi," gadis itu menyodorkan perban yang semula hendak ia gunakan untuk menutup luka di leher Alice.

Project AliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang