Saitou masih belum sadarkan diri.
Cowok itu terbaring di atas ranjang dengan infus yang terpasang di pergelangan tangan kanan, juga slang oksigen yang dipasang di hidungnya. Pelipis dan lengannya diperban dan ada sedikit noda darah pada kedua tempat itu. Di samping tempat tidur, Sakura duduk sambil menunduk dan masih menangis. Tidak ada tanda-tanda cewek itu akan berhenti.
"Sakura, udahan dong nangisnya," pinta Sergio dengan nada memelas. Dia tidak pernah bisa dan tidak pernah suka jika melihat adiknya itu mengeluarkan air mata. "Saitou nggak akan kenapa-napa, kok. Kamu juga dengar apa kata dokter, kan?"
"Tapi... Kak Saitou belum buka mata juga," lirih Sakura. Cewek itu sibuk mengusap air matanya, namun buliran kristal itu tidak juga mau berhenti mengalir. Dadanya sesak bukan main melihat keadaan kakaknya saat ini. Karena dirinya, Saitou jadi berakhir di rumah sakit. "Kak Saitou begini karena aku, Kak."
"Sakura...." Kali ini, Salvador yang bersuara. Dia mendekati adiknya dan memutar kursi yang diduduki oleh Sakura agar menghadap ke arahnya. Kemudian, Salvador memegang kedua pundak Sakura dan tersenyum tipis. Diangkatnya dagu cewek itu agar tatapan mereka bertemu. Hati Salvador seakan teriris melihat adiknya menangis seperti ini. "Percaya sama aku, Saitou pasti baik-baik aja. Dia bukan cowok lemah, kok. Dan, ini semua bukan kesalahan kamu. Saitou cuma mau melindungi kamu, karena kamu adiknya yang paling dia sayangi melebihi nyawanya sendiri. Bukan hanya berlaku buat Saitou, tapi juga buat aku dan Sergio. Kita bertiga nggak mau kamu kenapa-napa, karena kamu harta yang paling berharga buat kita."
Sakura menatap Salvador dengan tatapan penuh penyesalan juga kesedihan. Wajah kakaknya itu terlihat buram karena terhalang oleh air matanya sendiri. Bukannya berhenti, air mata Sakura justru semakin deras mengalir akibat ucapan Salvador barusan. Isak tangisnya juga semakin terdengar, menyayat dan membuat iba.
Di sudut jendela, Langit melipat kedua tangannya di depan dada sambil melirik Sakura sekilas. Karena terpancing emosi akibat kalimat Sakura, Langit akhirnya mengucapkan juga rahasia itu. Rahasia mengenai perjodohan mereka sejak bayi. Perjodohan konyol karena kedua orangtua mereka bersahabat. Ketiga kakak Sakura yang memang sudah mengetahui semuanya sejak awal meminta kepada Langit untuk tidak menceritakan mengenai perjodohan itu pada Sakura, karena mereka sendiri yang akan memberitahu cewek itu.
Langit menarik napas panjang dan menatap ke luar jendela. Awan hitam mulai menggantung di langit. Sesekali, kilat akan terlihat dan gemuruh petir terdengar. Sebentar lagi, hujan pasti akan turun. Bersama dengan tangis Sakura yang belum juga berhenti, langit seolah ingin berbagi perasaan bersama cewek itu.
Lagi, Langit melirik Sakura. Sebenarnya, kalau mau jujur, dia juga ingin sekali menolak perjodohan konyol itu. Ketika kedua orangtuanya memutuskan untuk mengirimnya ke Jakarta, dengan alasan supaya Langit bisa mengenal calon tunangan dan calon istrinya lebih dekat lagi, cowok itu langsung kaget. Dia meminta penjelasan dan kedua orangtuanya pun menceritakan semuanya.
Adu argumen sudah dia lakukan, tapi kedua orangtuanya tetap memaksa. Akhirnya, Langit menyerah. Dia berkata akan mencoba mengenal anak dari sahabat kedua orangtuanya itu, dengan satu syarat. Kalau Langit merasa tidak cocok dan tidak sreg dengan pilihan orangtuanya, dia akan mundur dan menolak. Kedua orangtuanya mengiyakan saja, tapi Langit tahu bahwa itu hanya pura-pura. Pada akhirnya, mereka akan memaksanya lagi.
"Cengeng," gumam Langit pelan. Dia kembali menatap ke luar jendela dan menikmati rintik hujan yang mulai turun. Dia teringat lagi akan mimpi-mimpinya dulu. Sering, Langit memimpikan seorang cewek. Cewek yang tidak dikenalnya. Cewek itu tersenyum ke arahnya, tertawa dan melambai ke arahnya. Hanya tiga hal itu yang selalu cewek itu lakukan, sampai membuat Langit nyaris frustasi.
Pertama kali bertemu Sakura, Langit masih belum menyadari. Namun, ketika mereka berjabat tangan, Langit tersentak hebat. Seolah-olah, ada seseorang yang memberinya 'penglihatan' bahwa Sakura lah yang muncul di dalam mimpinya dulu. Kemudian, dia tiba-tiba saja bisa mengingat dengan jelas wajah cewek yang selalu hadir di mimpinya itu. Dan memang benar, cewek itu adalah Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Penuh Sakura (PROSES TERBIT)
Ficção AdolescenteHai, namaku Sakura Alouis Dirgantara. Kalian semua boleh memanggilku Sakura. Aku tidak sendirian di keluarga Dirgantara ini. Aku memiliki tiga kakak kandung. Yang pertama, Salvador Augusta Dirgantara. Dia sudah berumur dua puluh enam tahun dan beke...