Hai readers ... Langit pagi hari ini sangat cerah bukan? Btw, aku gadis hitam manis yang memiliki segudang prestasi bela diri. Wow... Aku tahu apa yang ada di otak kalian. Pasti kata "Keren! Hebat sekali!" bukan? Hahaha. Bagiku itu bukanlah hal luar biasa. Eitz... Jangan bilang aku sombong!
BRAAAAAAKKKK
"Tiara, jangan berisik! Nanti ketahuan Bu Irma."
"Maaf kak, aku tidak sengaja. Maaf ...," sahut adik kelasku yang terkenal dengan keramahannya.
Dari belakang pintu ruang musik, sekujur tubuh berbadan kekar dengan langkah tegap dan tinggi itu segera menyeretku pergi dari Tiara. Sementara sosok Bu Irma, guru BP teramat galak terlihat nyata di depan bola mataku. Tiara membalikkan tubuhnya untuk menghindari Bu Irma.
"Tiara!" tegas Bu Irma memanggil namanya sambil berdiri di depan ruang BP yang tak jauh letaknya dari ruang musik Tiara berdiri.
"Bu Irma?" gerutunya.
Jantungnya berdebar-debar sangat cepat dan segera menghampiri Bu Irma.
***
"Heh? Kamu masih punya PR dari aku," ucap Cakka, teman sekelasku yang telah menyelamatkan aku dari Bu Irma.
"Ekhm... PR apa lagi sih, Kka? Aku kan udah kerjain PR Kimia kamu."
"Dasar ion Ag plus! Kamu habis berantem lagi kan sama waktu? Itu PR yang aku kasih belum kamu jawab sekaligus prestasi bela dirimu yang segudang ngalahin waktu."
"Hmm.."
"Makanya kalau tidur jangan kemalaman. Jadi kan gak kesiangan."
"Iya-iya. Lha kamu juga ngapain jadi followers ku sekarang?"
"Aku lagi apes. Disuruh berangkat sekolah jalan kaki sama mas Elang. Udah gitu diturunin di tengah jalan."
"Deritamu, Kka. Eh kita gak salah ini? Ngumpet di perpustakaan pagi-pagi."
Aku dan Cakka pun duduk di bangku tempat biasa.
Oops!
O Em G
Sejenak suasana terasa hening. Kini dikejutkan dengan ocehan bawel Shilla yang juga merupakan teman sekelasku.
"Lho, Cakka ... Agni ... Kalian udah sampai duluan di perpustakaan?" ucap Shilla sambil bertanya-tanya dalam hatinya.
Kemudian disusul dengan langkah tegas Bu Irma. Seketika aku dan Cakka dengan refleks segera memamerkan senyum pepsoden ke arah Bu Irma.
Setelah lima menit mengamati gerak-gerik kami berdua tanpa rasa curiga, Bu Irma meninggalkan ruang perpustakaan. Teman-teman sekelas pun segera berdatangan.
"Kenapa Shill? Ada yang salah denganku?" ucapku dan Cakka bersamaan sambil menatap Shilla.
"Aduh... Aku bingung ah dengan kalian berdua," jawab Shilla sambil mencari novel kesayangannya yang akan di resensi.
"Oh ya Shill, kamu sedang cari buku apa?" tanya Cakka hati-hati kepada Shilla.
"Cari novel kesayanganku, Kka. Yang mau aku resensi." Shilla menjawab dengan muka sibuknya dan nada sedikit manja.
"Oh ternyata dapat tugas resensi novel dan Bu Anggi izin," ucapku dalam hati.
***
Jam istirahat telah berbunyi. Bu Nina telah mengakhiri mata pelajaran kedua, Biologi. Hari ini memang jadwalnya belajar di ruang perpustakaan. Lagi-lagi menyelematkan kembali.
"Kka, kantin yuk!" ajak Shilla menghampiri Cakka yang sedang merebahkan tubuhnya sejenak di atas meja.
"Gak ah Shill. Aku bawa bekal nih kesukaan kamu," celetuk Cakka dengan cuek sambil membuka bekalnya.
Sementara aku sibuk dengan rumus-rumus kimia yang aku persiapkan untuk mengalahkan Cakka. Selama ini Cakka selalu mengungguliku dalam semua bidang studi. Namun aku juga tak kalah dengannya.
Sejak kecil aku dan Cakka selalu bersaing ketat. Anehnya, kedudukan itu selalu bergantian dengannya.
"Shill, aku mau belajar dulu ya! Bentar lagikan ulangannya Pak Atom Dalton," ucap Cakka sesekali melirik aku sambil membuka buku catatannya yang kurang rapi.
"Yah, Cakka ... Aku suruh ngabisin bekal kamu sendirian nih? Gak asik ah! Bete bangetz!" keluh Shilla membawa bekal Cakka ke tempat duduknya.
"Rasanya seperti di samber petir deh. Kenapa kretek-kretek gini sih hatiku?" Shilla berdialog dalam hatinya. Lalu mencuri-curi pandang aku dan Cakka.
"Kka, kasihan tuh Shilla, kamu cuekkin," bisikku kepada Cakka.
"Terus? Aku sekarang harus nemenin Shilla makan?"
"Ya iyalah. Kan kamu udah bawain bekal buat Shilla. Lagian aku tahu, kamu pasti lapar juga kan. Sorry, aku lagi gak bawa bekal."
"Bilang aja. Kamu mau fokus ngapalin rumus-rumus kimia kan? Dasar ion Ag plus!" omel Cakka sambil menghampiri Shilla dan membawa bukunya.
"Akhirnya pengganggu konsentrasi pergi juga," ucapku lirih tanpa memperdulikan omelan Cakka.
"Shill, bagi dong bekalnya!" seru Cakka.
"Dasar cowok labil...," celetuk Shilla sambil membagi bekal tadi.
Shilla dan Cakka pun saling menyuapin satu sama lain. Mereka terlihat sangat mesra. Kerap sekali setiap momen mereka terlihat romantis seperti itu. Namun di satu sisi aku dan Cakka sering mendapat julukan Smart Best Couple dari teman-teman seorganisasi aku dan Cakka, yaitu OSIS dan Ganesha Voice.
TEK DUNG DET PREK TUT
Keesokkan harinya ...
"Ciyee, Cakka dan Shilla makin so sweet aja."
Entah, ada yang salah mungkin dengan hati dan telinga ku. Ketika banyak yang menggosipkan Cakka dan Shilla berpacaran ataupun meledek mereka yang tengah romantisnya.
Akhir-akhir ini sangat berbeda. Aneh! Mereka terlihat sangat romantis di depan umum dan tak seperti biasanya. Cakka terlihat sangat jarang berbincang ataupun cerita-cerita sejenak denganku.
"Agni, kamu sudah membuat laporan pratikum titrasi minggu kemarin belum?" tanya Andra, wakil ketua ekskul basketku dan menghampiri aku yang duduk tak jauh dari Cakka dan Shilla.
"Sudah. What happen?"
"Nyontek dong ion Ag plus!"
GLEK!
Hatiku mulai rapuh mendengar julukkan ion Ag plus. Kini sosok yang kerap sekali menjulukkiku tak mau lagi melontarkan julukkan itu. Aku ingin tahu apa yang ada di dalam otaknya? Bahkan hatinya seringkali ingin ku bedah? Apakah dia telah melupakan ataukah dia telah mengenangku?
Aku mulai menyukai hobi baruku, yaitu aku mulai menikmati kesibukkanku memendam rasa terhadapnya. Aku mulai bahagia ketika mengingat masa lalu kita. Bertengkar hingga berjam-jam, berdebat sampai larut malam hanya untuk memecahkan satu soal kimia, dan terakhir julukkan ion Ag plus, itu yang sangat membuatku sibuk untuk tidak menggubrisnya lagi.
"Aku mulai sangat terharu bahwa aku berhasil jatuh cinta dengan rasa sakit yang kau ciptakan," dialog dalam hatiku dan Cakka bersamaan ketika saling menatap satu sama lain secara samar.
Cinta dapat disibukkan. Namun air mata tak dapat di pendam. Mungkin ini suatu reaksi perjuangan cinta kita.
"Kka, hatimu untuk Agni tapi ragamu ada bersamaku," batin Shilla dengan menyibukkan diri, mencicipi makanan yang terhidangkan.
Ku mau kau tahu,
Hancurnya aku..
Saat tersadar,
Kau masih saja,
Berharap pada dia..
Yang dulu pernah hiasi..
Setiap harimu,
Tanpa pikirkan perasaanku..
Kau hanya berikanku,
Harapan semu..(Harapan Semu - Rash Band)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sibuk Memendam Rasa
Short StorySesibuk apa sih rasanya belajar sibuk? Sesibuk apakah rasa dipendam? Temukan jawabannya di cerpen miniku. Happy reading gyus! Salam karya Nathania Jingga #wattgalaxy