Warning !!
Rate : T semi M, +16
Kalo ga suka adegan yang Ekhem gitu, disarankan untuk kembali. Jangan racuni otak suci kalian Haha :v
Cahaya kemerah-merahan di upuk timur kembali mencuat, burung-burung pun bekicau ria menandakan hari sudah pagi. Dalam sebuah rumah yang bergaya klasik itu, terlihat seorang pria berambut blonde tengah berjalan membawa secangkir teh menuju ruang pribadinya.
CLEK
Pria itu pun perlahan menarik handle pintu, menghampiri wanita yang tengah tertidur pulas di ranjangnya. Ia menyimpan teh hangat tersebut di kabinet terdekat, lalu menundukan kepala mempersempit jarak diantara mereka. Ia mulai mengecup dahi, beralih ke kedua pipi, hidung macungnya, kemudian sampai di bibir ranum sang wanita. Mengesap perlahan benda lembut itu merasakan sensasi tak biasa, hingga tergoda untuk melakukan hal lebih. Naruto melumatnya sesaat, membuat wanita bersurai indigo itu terbangun dari mimpi indahnya.
"Nggh... Naruto-kunn" perlahan membuka mata menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya mentari yang menyelusup dari celah jendela.
"Nyenyak?" tanya Naruto, mendudukan diri di tepi ranjang sembari tersenyum lembut memandang sang istri.
Hinata yang belum sadar sepenuhnya, menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaan lelaki blonde itu.
"Gomen, aku bangun terlalu siang.Kemarin banyak hal yang ku tangani di kantor" ucap Hinata menyenderkan tubuhnya di sadaran ranjang, balik memperhatikan Naruto. Tampak jelas bahwa suaminya itu baru saja selesai mandi, dengan kimono yang masih melekat di tubuhnya.
"Tak apa, aku mengerti" mengelus surai indigo wanita itu yang terlihat lesu.
"Minumlah, ini akan sedikit membuat mu lebih rileks" lanjut Naruto menyodorkan secangkir teh yang dibawanya tadi.
"Arigatou Naruto-kun" meneguk perlahan teh hangat itu.
"Hari ini kau tetap ke kantor kan? bersiaplah segera, akan ku antarkan" ujar Naruto melangkah menuju lemari pakaian mereka.
"Hai" balas Hinata dengan senyuman manisnya, beranjak turun untuk mandi.
Memang rutinitas mereka setiap pagi selalu diawali dengan kehangatan seperti ini, walaupun usia pernikahan mereka sudah menginjak 3 tahun, hubungan mereka tetap romantis bahkan semakin lengket. Hanya hal-hal kecil yang dilakukannya, tetapi sangat begitu berarti.
.
.
.
.
.
.
"Sayang.. Saat kau pulang, langsung saja ke rumah Kaa-san. Sepertinya aku akan pulang agak larut, gomen" ucap Naruto yang kini telah berdiri di depan kantor tempat bekerja Hinata.
"Baiklah, tak apa. Ah, aku sudah tak sabar ingin segera bertemu Bolt. Baru setengah hari berpisah saja, aku sudah merindukannya" ucap Hinata tersenyum sembari melepaskan genggaman Naruto yang sejak tadi melekat bak prangko.
"Ya, aku juga sangat merindukan bocah nakal itu" memperlihatkan deretan gigi putihnya.
Di usia mereka yang terbilang masih muda, 25 tahun. Mereka telah memiliki seorang putra berusia 2 tahun, bernama Uzumaki Boruto (Bolt). Biasanya meraka bergantian membawa Bolt ke kantor, namun di kala sedang sangat sibuk, Bolt selalu menginap di rumah orangtua Naruto.
Naruto melirik jam tangannya yang sudah menujukan pukul 8 pagi. "Aku harus pergi, jangan bekerja terlalu keras, jika kau mulai lelah beristirahatlah sejenak" memeluk Hinata posesif.
"N-naruuto-kun, i-ini di kantor. Bagaimana jika orang lain melihat?" ungkap pemilik surai indigo itu merona.
"We a pair of husband and wife, so it doesn't matter right?" terkekeh geli melihat tingkah istrinya lalu berbisik lembut "I love you so much and don't forget your promise tonight, akan ku pastikan kau akan bergadang semalaman" goda Naruto menarik pinggang ramping sang istri pada tubuh kekarnya.
"A-aku tak berjan- Hmphhht... Ahn..Naruu..ahhn..." mencium sensual Hinata, mengulum bibir sexynya dengan gigitan-gigitan kecil menikmati benda lembut itu beberapa saat. Merasa sang istri mulai kehabisan oksigen, ia menjauh merapikan surai indigo yang berantakan akibat ulahnya. kemudian melangkah pergi seraya tertawa lepas menuju mobil sport merahnya. Hinata membeku memegangi jantungnya yang berdetak kencang, tak dapat berucap apapun melihat tubuh sempurna suaminya yang semakin menjauh. Tak diragukan lagi, paras cantik sang istri NH group itu pun memerah, semerah darah yang bergejolak di tubuhnya. Walaupun mereka sering melakukannya, wanita ini selalu tersipu jika membahas mengenai hal itu.
Ia mencoba menetralkan detak jantungnya, segera memasuki gedung. It's time to work, saat ini client merupakan prioritas utama baginya.
Hinata merupakan salah satu seorang pengacara terkenal di Jepang yang bekerja di perusahaan bidang jasa hukum, walaupun suaminya itu pemilik perusahaan NH Group yang tersebar di beberapa negara, ia tetap ingin berkarir. Lagi pula suaminya tak mempermasalahkan hal itu selama ia dapat membagi waktunya dengan keluarga. He always support anything her to do, membolehkan apapun selama hal itu positif dan tidak membahayakan dirinya.
A/N : Mina-san, ini ff udah lama nangkring di draft walaupun ceritanya absurd, serba-serbi kekurangan. Biar ga mubazir, jadi coba di publish sekarang :p
Continue or Remove?
Thanks for read ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love
Fanfiction"I don't need a PERFECT ONE... I just need someone who can make me feel that I'm the ONLY ONE" Sesuatu menjadi lebih berharga dan begitu berarti, ketika kita melakukannya dengan ketulusan. Seperti kisah kita yang takkan berakhir sampai kapanpun. K...