Chapter 2 ~ Aku telah kembali

236 22 10
                                    

Kembali lagi di "I'm going home" .
Chapter kali ini lebih panjang lho..
Ini story pure mine yaa, jadi murni dari pikiran Alff.
Okey,langsung aja..
Enjoy the story..

***

Matahari semakin memancarkan sinarnya, suasana panas di kota semakin membara membakar ubun-ubun di atas kepala.

Aktivitas di tengah kota mulai berkurang setelah sebagian orang lebih memilih untuk mengurung dirinya di rumah.

***
Awan putih bergerak perlahan mengitari luasnya langit biru membentuk formasi yang berubah-ubah.

Di bawah langit ditengah terik matahari, Yoona merebahkan tubuhnya di atas bukit yang jauh dari keramaian kota. Ia tidur di ataskan rerumputan hijau dan dibawah pohon rindang kenangan yang melindunginya dari terik matahari.

Ia selalu menyebut pohon itu sebagai pohon kenangan. Ya benar, memanglah ada sebuah memori yang tak terlupakan dari kata kenangan. Di tempat itulah ia dan anak kecil laki-laki yang dijodohkan dengannya saling bertukar sebuah kalung.

Kalung itu bukanlah kalung biasa. Kalung itu adalah kalung Militer yang diberikan oleh masing-masing orang tua anak itu. Di atas kepingan perak yang digunakan sebagai liontin itu terukir nama masing-masing anak tersebut.

Sebelum mereka mengetahui mereka akan berpisah, mereka telah bertukar kalung tersebut dengan janji bahwa mereka akan selalu saling mengingat.

"Kita akan saling mengingat ini,mengerti! " ungkap anak laki-laki itu. "Ehhmm" ucap yoona dengan menganggukan kepalanya.

Kenangan itu memang tak akan bisa dilupakannya bersama pohon ini.

Awan putih semakin bergerak cepat, perubahan pada bentuk awan itupun semakin cepat terjadi . Dari situlah Yoona mulai berkhayal lagi, ia membayangkan awan itu berubah menjadi bentuk raut wajah anak laki-laki itu.

Belasan tahun memanglah sudah berlalu, tapi ia masih bisa membayangkan raut wajah anak itu. Yoona memang masih bisa membayangkan raut wajah anak itu kala waktu ia masih kecil tapi bagaimana ia bisa membayangkan wajah anak itu ketika ia sudah beranjak dewasa menjadi seorang remaja. Itu memanglah tidak mungkin untuknya. Ia hanya masih bisa membayangkan raut wajah anak itu kala ia masih kecil.

Yoona mencoba mengulurkan tangannya ke langit, lalu ia mencoba meraih awan putih itu. Dari situlah ia berfikir bahwa tidak usah melakukan sesuatu yang tidak mungkin bisa dilakukan olehnya, Seperti mencoba membayangkan hal-hal yang tidak masuk akal.

Lalu ia melihat liontin kalung yang terukir nama anak itu dan menghadapkan liontin itu ke wajahnya, lalu ia mulai bertanya pada langit.

"Kira-kira bagaimana wajahnya sekarang ya??? "
"Apakah ia masih setampan dulu atau apakah dia sudah berubah??? "
"Apakah benar kehidupannya di Amerika sekarang membuatnya berubah???"
"Atau jangan-jangan dia sudah punya pacar?? " *yoona sontak berdiri.

"Ahhhhh,ada apa denganku ini ??? " *sambil memukul kepala.

*kring*kring*kring
Telefon berdering dari saku jaketnya. Lalu ia dengan cepat mengambilnya.

"Oohhh, Ayah menelfonku !"
Ia terkejut dan segera menerima paggilan Telefon itu.

"Ne,Appa. "
"Kau dimana? Segeralah pulang, kau ada latihan menembak Hari ini !"
* perintah Ayah yoona

"Ne,Appa. Aku akan segera pulang. "

"Bergegaslah !"

"Ne."

Lalu sambungan telefonnya pun terputus.
"Aiishhh,Ayah memanglah pengganggu." *yoona menggumam

Ia segera melangkahkan kakinya dan segera pulang ke rumah.

I'm Going HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang