Part 10

58 1 0
                                    

Kami turun untuk segera pulang. Tetapi, lala berusaha bisa ngobrol dengan cowok idamannya.Dan kini, mereka sedang ngobrol.

Lala menghampiri aku yang sendirian, sebab jessie sudah di jemput oleh papanya.

"Cie, udah ada peningkatan. Hm jangan-jangan udah jadian nih? Pajak dong" aku menyenggol badannya lala. Kami berdua senyum-senyum tidak jelas.

"Hm, apa sih rein. Jelas-jelas gue cuma nanya tentang eskul basket" jelasnya.

"Loh emang kenapa?Tertarik masuk eskul itu ya? Oiya, lo kan udah punya classmusic. Buat apa lo daftar lagi?Wah supaya dekat dengan rangga ya?Ngaku, hayoooo" ledekku.

"Iya rein, hehe. Tapi kan kita gak boleh pilih 2 eskul, jadi nyesel gini masuk classmusic. Huh" keluhnya.

"Gak perlu nyesel la, lo itu bakat banget jadi pianis. Jari lo tuh kalo udah nyentuh piano, beeehhh" ledekku.

"Jari gue kenapa rein? Cantengan?"

Kamipun tidak sadar sama apa yang kami bicarakan, pembahasannya tidak berujung. Sampai kami sudah sampai di rumah masing-masing.

~~

3bulan.

~~

9bulan.

~~

13bulan.

~~

Berlalu~

Sudah lebih satu tahun aku disini. Rindu ibu, juga chris. Waktu ku lalui dengan terpaan keikhlasan, mengguyur ketegaran diatas kerinduan yang mendalam. Tak ada di dasar hati yang menghitam atas semuanya. Sekali lagi, ku ikhlaskan.

Tok tok tok.

Masuklah nenek ke kamarku.

"Kenapa nek? Nenek butuh sesuatu?" tanyaku.

"Tidak" jawabnya.

"Kamu kangen sama ibumu?" sambungnya lagi.

"Hm tidak terlalu. Ada yang lebih aku rindukan selain ibu" ujarku.

"Siapa?" tanyanya

"Sahabatku" jawabku.

"Kamu rindu padanya? Sangat-kah?" tanyanya lagi.

"Iya nek, bahkan aku belum mengabarinya sejak keberangkatanku dulu. Ibu terlalu memaksa, dan tidak pernah mau mendengarkan" jawabku kesal.

"Ibumu terlalu sayang padamu, tak ada yang lebih penting dari kebahagiaan seorang anak" ujarnya.

"Begitukah? Bagaimana bisa aku percaya?" tanyaku, tidak percaya dengan ucapan nenek.

"Ada saatnya kamu akan mengerti. Kamu ingin kesana?" nenek menatapku dengan serius.

"Sangat, tapi ibu belum mengizinkan" jawabku, sedih.

"Bersiap-siaplah rein, nanti malam kamu bisa berangkat" jawaban nenek mengejutkan. Benar-benar kaget dengan apa yang barusan nenek lontarkan, tapi aku bahagia.

"Benarkah? Nenek tak perlu berbohong agar aku bisa bahagia" ucapku.

"Tidak, nenek serius. Bergegaslah persiapkan semuanya. Ibumu sudah mengizinkan, tapi dia belum bisa pulang dari urusannya. Maafkan dirinya, rein" nenek memperjelas.

"Tidak apa-apa nek, aku sudah terbiasa sendiri. Makasih nek. Rein sayang nenek" aku sangat bersemangat untuk kepulanganku. Aku sibuk mempersiapkan segalanya. Aku tak sabar bertemu chris, yeah chris.

~~

~~

"Aku pamit nek, jaga diri nenek baik-baik. Pasti aku merindukan nenek setiap saat. Terima kasih untuk sayangnya yang nenek dan kakek berikan. Maaf juga selama ini belum ada yang bisa rein balas. Sekali lagi makasih" aku memeluk nenek, air mata yang bening itu jatuh dari matanya.

"Iya sayang kamu juga, hati-hati di perjalanan nanti. Biar kakek anter kamu sampai pelabuhan ya" tawarnya.

"Gak usah, rein bisa sendiri kok. Selamat tinggal ya nenek dan kakekku terhebat. Assalamu'alaikum" aku pergi membawa langkahku. Sesaat ku balikkan badanku melihat mereka yang sudah samar terlihat.

~~

~~

~~

2hari perjalanan pulang. Warna jingga ditelan bumi, dan kini aku sudah sampai. Di depanku ada rumah besar yang ditinggal oleh penghuninya. Lantainya dihujani dedaunan yang kering. Ketika mau masuk, pasti disambut oleh seekor laba-laba beserta sarangnya. Wajar, karna tak terurus.

"Huh, akhirnya bersih lagi. Oh iya chris gimana ya? Kangen deh" ucapku, malu.

"Bikin surprise ah nanti malem. Pasti seru" ideku.

~~

~~

Waktu kejutannya pun tiba.

*Ting nong* aku memencet bel rumahnya.

Pintunya dibuka, aku mengumpat. Aku meninggalkan selembar kertas bertulis "KANGEN" . Aku mengintip dari tempat persembunyianku. Syukurlah, chris yang membaca.  Aku melihatnya yang sedang melongo ke segala arah mencari siapa yang menulis kertas itu. Dia kembali masuk.
Aku memencet bel nya lagi. Aku langsung ngumpat. Lagi-lagi dia keluar. Kali ini aku tulis "KANGEN CHRIS BANGET". Chris kembali heran, dia tetap mencari pelakunya.
Untuk ketiga kalinya, aku memencet belnya. Ketika aku menulis, tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang sambil membisik pelan di telinga kananku "GUE JUGA KANGEN BANGET" aku menoleh, ternyata chris. Chris langsung menjitak keningku.

"Bego" ucapnya, sambil senyum.

"Sakit tau. Lo mah kasar" gumamku.

"Kemana aja lo? Gue kangen elo. Ilang gitu aja kaya tukang gorengan" tanyanya.

"Sorry sorry" pintaku.

Love Me If You Really Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang