Keributan Ruang OSIS begitu terdengar hingga keluar, sedang ada rapat pemilihan Calon pengurus baru disana. Argumen demi argumen telah dilontarkan oleh setiap pihak, memperjuangkan orang yang dipercaya, menyuarakan yang menurutnya baik.
"Saya ga mau. Titik. Itu keputusan saya." Salah satu anggota menyuarakan pendapatnya, ketika dia mendengar sebuah nama yang akan dicalonkan.
"Saya juga." Suara anggota yang lain menyahut. Menyetujui hal yang sama. Sang Ketua MPK (Majelis Perwakilan Kelas) angkat bicara, "Tolong jelaskan pada saya, alasan kalian tidak setuju."
Semua mengeluarkan alasan yang sama.Dia ...
"Kenapa tiba-tiba inget kejadian itu lagi sih?" dumel seorang gadis yang sedang duduk dibangku kelasnya. Sudah waktunya istirahat, hanya beberapa anak saja yang berada di dalam kelas. Termasuk dirinya. Sedang melamun, menatap jendela kelas. Otaknya memutar kenangan pahit yang dulu sempat terjadi. Arah pandangnya mengitari setiap sudut kelas, lalu berhenti pada Agam yang sedang membaca buku.
Kabar bahwa nilai Agam menurun, sudah tersebar seantero sekolah. Kabar negatif pun mengekorinya. Cih, memangnya kapan kelas ini ada kabar positif? Umpat gadis itu dalam hati.
Merasa jenuh didalam kelas, dia beranjak keluar. Menuju taman, lalu duduk di bangku panjang yang berada tepat dibawah pohon flamboyan. Matahari sedang terik-teriknya memancarkan sinar, suasana teduh di bawah pohon seperti ini sangat menenangkan. Gadis ini mengingat-ngingat kejadian yang pernah terjadi padanya di sekolah.
Seorang gadis menghampiri kelasnya yang ramai akan kerumunan siswa, tubuhnya yang mungil memaksa masuk ke dalam sana. Jean, teman sekelasnya menangis histeris yang sedang mendapat ketenangan dari Bu Sinta. Gadis ini mengangkat alisnya bingung.
"Itu pencurinya, Bu." Teriak salah satu anak yang berada di samping Jean. Mendengar itu, sontak Bu Sinta langsung menatap ke arah gadis itu. Dan memanggilnya.
"Saya, bu?" Tanya nya memastikan. Bu Sinta mengangguk, "Iya, kamu. Siapa lagi yang berada disitu? Cepat kesini, Nella."perintahnya.
Nella segera menuruti perintah Bu Sinta dan menghampiri nya. Semua tatapan membunuh tertuju pada nya. Dia yang tidak tau apa-apa, hanya bisa diam.
"Ikut ibu ke ruang BK." Bu Sinta menarik tangan Nella, membawanya menuju ruang BK.
~
"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya."
"Seengganya gue ga nyesel waktu ga milih dia jadi Bendahara OSIS."
"Waktu ada berita itu, sempet ga percaya. Tapi ternyata, besoknya ada kasus kehilangan barang. Itu yang buat gue percaya."
"Mau bukan dia pelakunya sekalipun, gue tetep takut sama dia."
"Awalnya gue sama dia deket, tapi setelah ada kabar itu. Gue jadi sedikit jaga jarak."
"Gue mau temenan sama dia juga karena dia kaya, royal pula."
Matanya terpejam, air matanya jatuh begitu saja. Memori-memori itu berputar layaknya sebuah roll film, membuat Nella tak bisa menahan sesak. Dia terbelalak ketika ada yang menyumpal telinganya dengan earphone, lagu upbeat dengan lirik yang menyentuh berputar indah disana. Mengalir lembut pada telinganya.
Nella menoleh ke sampingnya, melihat seseorang yang duduk di sana. Grace. Ya, gadis tanpa ekspresi itu. Duduk di sampingnya dan menikmati lagu yang ia putar. Mengikuti irama yang melantun begitu indah, memperbaiki suasana hati Nella. Dia tersenyum pada Grace. Walaupun Grace menutup mata nya, tapi Grace tau kalau Nella memperhatikannya.
Terimakasih, Grace. Ucap Nella dalam hati.
***
"Dikabarkan bahwa Direktur Perusahaan Mebel Terbesar Di Indonesia, Brian Adam. Masuk Rumah Sakit karena kondisi badannya yang terus menurun. Dengan pengawalan ketat dari aparat polisi, Brian Adam di papah masuk ke dalam Rumah Sakit."
Gadis itu segera bangkit dan masuk ke dalam kamarnya. Bi Inem menatap anak majikannya dengan dahi yang mengkerut, bingung. Setelah melihat acara tv yang sempat ditonton, dia jadi tau alasan Nella masuk ke dalam kamar.
Nella duduk di kursi belajarnya, menatap pintu balkon yang terbuat dari kaca dengan gorden di sampingnya. Tanpa sengaja lengannya menyenggol sesuatu dan membuat barang itu pecah. Dia sempat terlonjak kaget, tapi setelah melihat barang apa yang pecah. Wajahnya kembali tenang, dia memungut pecahan kaca dari bingkai foto yang tidak sengaja ia senggol tadi. Melepas selembar foto yang ada di dalamnya dan membuang bingkai nya.
Dia menatap foto itu. Sebuah keluarga. Lengkap dengan Ayah, Ibu serta anak perempuannya. Mereka tampak tersenyum bahagia dengan latar foto berupa kebun teh. Hidupnya berubah ketika orang tua mereka memiliki urusan dengan badan hukum. Bukan sekedar urusan yang sepele. Dia tidak membenci itu semua. Hanya tidak percaya atas apa yang telah dilakukan kedua orang tua nya.
Dia tidak meminta hal seperti ini terjadi pada hidupnya. Dia tidak meminta hubungannya dengan ayah dan ibu nya memburuk. Dia juga tidak meminta kedua orang tuanya berurusan dengan polisi dan mendapat cap sebagai narapidana. Brunella Adriana. Gadis yang tidak tau menau tentang masalah orang tua nya dulu, sekarang ia telah mengerti, mengapa ia selalu dijuluki 'Pencuri'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side of Us
Teen FictionSebuah kisah dari anak-anak SMA. Dengan beberapa cerita yang berdasarkan kisah nyata yang ada pada lingkungan sekitar. Yang didasari pada sebuah pertanyaan. Bagaimana jika kamu yang berada diposisinya? Cobalah untuk menempatkan diri sebagai tokoh ut...