CHAPTER 6

5.1K 416 10
                                    

"Iya Kak. Memangnya kapan aku pernah tidak datang? Kau jangan khawatir. Apa? Naruto? Dia tidak akan apa - apa. Oke, sampai jumpa''. Sasuke meletakan ponselnya ke atas meja, begitu selesai berbincang dengan kakaknya.

"Kakakmu?'' Tanya Naruto yang kini sedang asyik bergulingan di ranjang. 

"Hn''. Jawab Sasuke singkat, sambil merapikan keadaan kamar si pirang yang berantakan. Benar. Saat ini Sasuke tengah berada di apato yang ditinggali Naruto. Pagi - pagi sekali dia terpaksa datang ke tempat si pirang itu.

Sesungguhnya Sasuke ingin menikmati liburannya dengan tenang tanpa gangguan dari pemuda pirang yang sudah resmi menjadi kekasihnya sejak, mungkin dua bulan yang lalu, atau lebih, Sasuke bukanlah tipe orang romantis yang mengingat -ingat hari jadinya, tapi tadi pagi, Naruto menelfonnya, mengatakan kalau dia tidak enak badan dan merasa lemas. Terang saja tanpa memperdulikan yang lainnya, bahkan apato-nya yang masih berantakan Sasuke bergegas menemui si pirang itu. Takut terjadi apa - apa pada Naruto. Tapi setelah sampai, yang di dapatinya hanyalah Naruto yang mengaku sedang kelaparan, dan tanpa merasa berdosa meminta Sasuke memasak untuknya.

Jika tidak mengingat jika pemuda pirang itu adalah kekasihnya, ingin sekali Sasuke nencincang tubuh Naruto hingga kecil, memasaknya kemudian memberikannya pada gelandangan. Tapi untunglah itu tidak dilakukannya.

Dan disinilah sekarang dia, setelah memasak Sasuke juga membereskan tempat tinggal kekasihnya itu. Naruto benar - benar bukan orang yang rapi. Entahlah, sampai kapan Sasuke tahan dengan sifat joroknya. Setidaknya itu menurut Sasuke yang mengatakan Naruto jorok.

"Ada apa?'' Tanya Naruto lagi.

"Aku harus ke Osaka besok, sudah lama aku tidak pulang. Kakak menyuruhku untuk menjenguk ibu''. Jelas Sasuke.

"Ke Osaka? Haruskah kau pergi?''. Naruto memberengut tidak suka.

"Tentu saja aku harus pergi. Kau mau melarangku?''. Sasuke mendengus sinis.

Naruto menghela napas. Sifat mudah marah Sasuke ini memang sedikit menjengkelkan.

Dengan sigap Naruto menarik tangan Sasuke begitu Sasuke yang sejak tadi mondar - mandir, lewat di dekatnya.

Terang saja Sasuke langsung tertarik dan jatuh menindih tubuh Naruto yang masih tiduran di ranjang.

"Apa - apaan kau? Lepaskan!''. Sasuke coba berontak, tapi Naruto memeluk pinggangnya erat, menahan Sasuke untuk lepas darinya.

"Tidak akan kulepaskan, sampai kau mengijinkanku ikut''.

"Ckkk.... kau menyebalkan''. Sasuke coba melepaskan tangan yang memeluk pinggangnya.

Naruto tetap tidak melepaskannya malah kini dia berguling memutar tubuh hingga posisi mereka berubah. Kini Naruto yang menindih tubuh Sasuke. Sambil mencengkeram kedua tangan Sasuke di samping kepalanya Naruto menatap Sasuke intens. Sasuke sendiri memiringkan wajahnya, malu harus menatap Naruto dari jarak yang begitu dekat. Wajahnya terasa panas dan pastinya sudah memerah. 

"Boleh aku ikut?'' Napas hangat Naruto menyapu lehernya membuatnya menggeliat tidak nyaman. Perlahan Naruto menundukan wajahnya, mengendus leher putih di hadapannya. Menelusuri dengan hidung mancungnya, membuat si pemilik sedikit mendesah.

Mendengar desahan Sasuke juga geliatan tidak nyaman dari pria yang ditindihnya, membuat Naruto makin berani, seringai usil terpatri di wajahnya. Sepertinya sedikit menggoda Sasuke terdengar menyenangkan. Kini pria pirang itu mulai menjilat leher halus Sasuke. Posisi Sasuke yang memiringkan kepala memudahkan aksinya itu.

"Nn... Naruto,.. lepas.. berhenti''. Sasuke masih coba berontak, apalagi saat merasakan Naruto tidak hanya menjilat lehernya, kini Naruto mulai menghisap lehernya kuat, membuat desahannya makin keras terdengar. Sasuke yakin, lehernya pasti sudah berwarna merah sekarang.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang