That's Why I Did – 5
Entah sudah beberapa bulan Prim menetap di daerah ini sejak kepindahannya kemarin. Prim sudah mulai mengenal sedikit banyaknya tetangga disekitarnya, juga beberapa warga di kompleks.
Pak Mahmud, tukang sayur kompleks yang dia temui beberapa hari setelah tinggal disini. Prim untuk faktor keperluan biologis diwajibkan memasak sendiri. Hal ini memudahkannya karena tidak perlu berbelanja dan mencari pasar hingga ke ujung kompleks. Tidak banyak yang bisa dia masak, hanya membuat sambal dengan ayam atau telur yang di goreng. Pernah Prim coba membuka situs resep di salah satu blog, namun rasanya tidak akan sesempurna yang diharapkan.
Juga ada Bu Asri, penjual nasi goreng dan sop buah. Kadang kalau malam, makanan yang dia masak habis, Prim tinggal berjalan kaki ke warung Bu Asri. Walau makan di tempat seperti ini baru dia alami, namun Prim-terpaksa-cepat beradaptasi mengingat Reno akan melaporkan setiap kegiatan yang nya lakukan.
Mempunyai aktivitas baru, mengikuti kegiatan di kampus. Prim mendaftarkan diri menjadi salah satu anggota organisasi atau lembaga kemahasiswaan yang dikenal dengan sebutan BEM (Badan Eksenyatif Mahasiswa). Berbeda sekali dengan aktivitasnya kemarin yang home schooling.
Dengan menjadi anggota organisasi yang cukup fenomenal di kampus, juga seorang mahasiswa pindahan baru-baru ini, membuatnya cukup dikenal di kampus. Karena Prim juga berperan aktif dalam organisasi tersebut.
Prim sedang berada di kampus, tepatnya duduk di kursi di sebuah ruangan khusus tempat bernyampul anak-anak BEM. Tapi sekarang hanya ada beberapa mahasiswa yang terlihat sedang mampir mengerjakan tugas. Dalam beberapa minggu ke depan kampus akan mengadakan sebuah acara semacam pencarian bakat. Acara ini akan diikuti oleh seluruh jurusan yang ada di kampus. Jadi setiap jurusan wajib mengirimkan pesertanya.
"Prim, acara besok konsep sama temanya udah kelar?"
Prim menengokkan kepalanya ke sumber suara dan mendapati Gilang yang sedang sibuk dengan laptopnya. "Hmm," Prim hanya berdeham menanggapinya.
Gilang adalah salah satu anggota BEM dan juga berada satu department dengannya. Karena dari awal hanya Gilang yang Prim kenal di kampus ini, dimana satu jurusan yang kebetulan satu kelas dengannya juga mempunyai jadwal yang sama tentunya membuat Prim menjadi sedikit akrab dengannya. Terlebih Prim juga selalu berangkat bersamanya ke kampus.
"Argh!!!" Gilang berdeham keras sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Cowok yang duduk di lantai ini merasa tidak puas dengan hasil pekerjaannya. "Sejak awal aku megang divisi acara, kenapa dipilih jadi PhDD?!! Dikira aku punya bakat ngedesain apa?"
"Minta tolong desain sama orang gak bisa? Lagian kenapa diem aja pas ditunjuk jadi divisi PhDD, salah sendiri."
"Gak bisa, Prim. Mau minta desain sama orang itu mau bayar, sampe lebaran monyet juga gak akan cair anggarannya." Gerutu Gilang yang masih terlihat sangat sebal, "Aduh! Gimana ini kalo gak selesai, mana mereka udah minta posternya jadi coba lusa, gimana poster mau jadi desain aja belum ada?"
"Udah ihh ngeluh terus. Kalo emang lusa udah harus jadi mending minta langsung desain. Masalah uang desain mah gampang,"
Mata Gilang langsung melotot mendengar saran yang Prim lontarkan. Prim hanya mendengus geli, "Mau pake uang siapa bayar jasa desainnya, Prim?"
"Uang aku bisa, asal jangan sampe ada yang tahu makhluk-makhluk di kampus ini,"
"Gila kamu, aku kerjain sendiri aja deh. Gak ada jalan keluar cerita sama kamu mah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
That's Why I Did
Romance-That's Why I Did- Aku bisa melakukan apa yang kalian katakan tidak bisa. Kalian bilang aku tidak bisa melupakan Jonathan? Aku bisa! Aku bisa karena prinsipku itu. "Kau bilang bisa melakukan apapun? Coba kau patahkan prinsipmu itu. Aku rasa kau tida...