"Bi!" suara serak yang ku kenal dan sentuhan di pundak membuatku tersadar dari lamunan sepotong wajah. Ketika kumenoleh kearah sumber suara, tampak pasangan unik Amburaja-Baruni, tersenyum kearahku. Unik. Hanya itu ciri yang bisa kuberikan untuk pasangan ini. Amburaja adalah sepupuku dan Baruni, istrinya yang dulu dipacarinya semenjak wanita itu duduk di kelas satu sma. Lihat saja sekarang mereka berdua menjemputku bukan dengan membawa mobil, tapi mengendarai motor sport sendiri-sendiri. Beberapa menit yang lalu aku memang menghubungi Raja, begitu aku memanggil sepupu laki-laki semata wayang yang kupunya, untuk menjemputku setelah tidak berhasil menghubungi Gangga. Aku tak perlu menanyakan alasan mereka kenapa tidak membawa mobil. Runi, sang istri tercinta adalah pecinta motor. Menurut cerita Raja, sewaktu sma Runi suka kelayapan di jalan sampe larut malam. Bahkan sekarang saat punya dua putra-pun dia kadang-kadang suka keluar malam-malam untuk ngebut di jalanan. Tapi dibelakangnya Raja pasti mengikuti dengan setia. Unik khan? Atau...aneh? Sudahlah! Yang penting sekarang aku bisa pulang dan mengganti celanaku yang sudah terasa berat karena air berlumpur.
Raja melepas jaket kemudian memberikannya padaku. Helm yang bertengger di kepalanya juga berpindah ke kepalaku. Setelah Runi berhasil mengorek keterangan dariku bagaimana aku bisa datang dari arah barat dan basah kuyup serta kucel begini, barulah aku dizinkan menyentuh motor Raja.
"Langsung pulang? Gak menginap di rumah kita? Kan lebih deket." Melihatku hanya menggeleng Runi langsung melingkarkan kedua lengannya ke pinggang suaminya. Raja menyalakan motor dan melaju pelan setelah melambaikan tangannya ke arahku. Kunyalakan motor Raja dan segera tancap gas mendahului mereka. Aku ingin segera berganti pakaian dan mengisi perut.
Rumah kudapati kosong. Hanya ada Bu Parwi yang sedang beres-beres di dapur. Kata Bu Parwi seluruh penghuni rumah pergi ke Payangan menghadiri pesta pernikahan kenalan Ayah, menginap disana sampai besok. Baiklah! Rumah dalam keadaan sepi jadi aku langsung istirahat di kamar setelah menandaskan makan malam yang disiapkan oleh Bu Parwi.
Pagi-pagi aku sudah di rumah Raja tentunya untuk mengembalikan motornya. Tapi tujuan utamaku sebenarnya adalah menagih jawaban mereka atas tawaran yang kuajukan dua minggu lalu lewat telfon. Aku tau ini pasti akan melalui sedikit perdebatan yang tentunya akan sedikit merusak suasana pagi di rumah sepupuku. Karena aku dan semua orang tau Amburaja Sakti adalah suami paling posesif sedunia. Mau tau kenapa kedatanganku akan mengusik sifat posesif sepupuku itu? Mari simak pembicaraan kami.
"Jadi kamu serius mau mempekerjakan istriku di sarang daun muda?"
"Hanya sementara, Raja. Sampai aku menemukan orang yang tepat." Aku mencoba membujuk Raja agar mengizinkan istrinya 'menunggui' cabang baru kecil-kecilan yang akan kubuka beberapa kilo dari rumah, menampung anak-anak pengangguran yang hobi kotak-katik motor di sekitar tempat tinggalku. Aku lahir dan besar disini, harus ingat masyarakat sekitar. Yaa...semacam kacang jangan lupa pabriknya-lah.
"Berapa lama?" suara Raja melunak.
"Sampai aku menemukan orang yang tepat, yang bisa aku percaya. Tapi kalau Runi mau terus, baguslah," ucapku senang tak peduli tatapan membunuh Raja mendengar kalimat terakhirku.
"Runi harus jaga anak-anak."
"Ayolah, Raja. Kita sudah membahasnya dua minggu lalu."
"Tapi aku tetap merasa tak nyaman. Mereka semua laki-laki nantinya khan?" aku menahan tawa melihat ekspresinya.
"Tidak semua. Tapi mereka anak-anak muda bukan daun muda seperti katamu."
"Lagipula aku tak suka daun muda. Aku hanya suka pria dewasa. Dan itu kamu, Raja." Runi muncul dari lorong dapur dengan muka cemberut.
"Tuh kamu denger sendiri!" Aku heran dengan Raja, masih saja berperilaku kekanak-kanakan padahal Runi telah sah menjadi istrinya dan memberikanmya dua orang putra rasanya tak mungkin Runi lari lagi. Raja seorang pria pencemburu. Itulah mengapa mereka sering ribut. Kalau mereka berantem seluruh dunia akan turut terguncang. Tapi dibalik itu mereka adalah pasangan paling mesra yang pernah kutemukan.
"Om Abiiii...!" Dua bocah tampan berlarian kearahku. Mereka berebut untuk duduk di pangkuanku.
"Apa kabar boys?" tanganku terentang menyambut dua hasil perkembang-biakan Raja-Runi, dan merekapun memposisikan diri di kedua pahaku.
"Nena merusak mobil baruku!" Satya memberenggut kesal menunjukkan sebuah mobil-mobilan jeep wrangler yang bannya terlepas.
"Dia duluan,Om! Sepatuku diwarnai" Tresna, yang dipanggil Nena oleh sang adik tidak mau kalah. Aku tak bisa menahan tawaku melihat sepasang sepatu bola berwarna putih yang terlihat aneh oleh coretan warna-warni crayon.
"Tresna-Satya, ayo sarapan dulu. Mainannya disimpan dulu ya...,"Runi bangkit dari duduknya menyita sepatu dan mobil dari tangan mereka.
"Siap bos!" Mereka menyahut kompak dan berjalan berangkulan menuju meja makan. Dasar anak kecil! Barusan bertengkar sekarang sudah bisa saling rangkul begitu. Sama persis seperti orang tuanya.
"Sarapan dulu,Bi" Raja menggidikkan bahunya kemudian menyusul mereka .
Di meja makan ternyata anak-anak itu tampak saling bertukar isi piring mereka. Sedikit ribut tapi ada Raja yang dengan sabar melerai. Runi hanya geleng-geleng kepala.
"Kenapa bukan Gangga aja sih?" Duh Raja! Kok belum rela juga sih?
"Dia fokus di Tulamben dan Pemuteran. Sementara aku di Denpasar dan sibuk untuk proyek di Lembongan. Sudahlah! Relakan saja." Kukedipkan sebelah mata pada Raja.
"Aku butuh waktu mempertimbangkannya lagi."
"Ja, kita udah sepakat,kan?" Runi bersuara rendah di ujung meja dengan dengan kilat tajam di matanya. Sepertinya aku akan menjadi saksi hidup perdebatan mereka.
Aku menunduk menyantap sarapanku tak peduli pasangan di depanku sedang berdebat dengan mesra. Berdebat dengan mesra! Lihat saja Runi melompat ke pangkuan suaminya dan dengan sigap Raja menyambut dengan lengan kekar yang membelit pinggang istrinya. Tapi coba lihat ekspresi wajah mereka. Yang satu melotot tak puas dan yang satunya dengan wajah sekeras batu sembari meneriakkan alasan-alasan tak masuk akal. Ha..ha..aku benar-benar pengacau untuk pagi mereka. Tapi aku tak akan mengaku berdosa. Tidak ada perbuatan jahat yang telah kulakukan. Aku hanya menawarkan pekerjaan untuk istrinya yang sangat kutau sudah bosan jadi pengangguran. Si suami saja menyikapi secara berlebihan.
Setelah menurunkan anak-anak di sekolah mereka, Raja mengantarku ke tempat dimana dia menjemputku kemarin. Aku mengendalikan bibirku agar tidak membentuk senyum terlalu lebar ketika dia memberitauku kalau dia menerima tawaranku untuk istrinya. Tidak sia-sia aku menjadi pengacau di pagi hari. Dan sekarang malah aku tidak bisa menahan tawaku melihat wajah tampan sepupuku ditekuk sedemikian rupa.
"Kau menertawakan aku."
"Tidak. Iya. Ekspresi wajahmu berlebihan."
"Suami mana yang rela melepas istrinya ke sarang penyamun."
"Mereka hanya pemuda sembilan belas atau dua puluh tahun tidak akan menarik perhatian Runi. Dia suka pria dewasa. Seharusnya kau percaya pada Runi. Ada apa sih di kepalamu?"
"Kau membuatku kesal,Abimanyu."
"Otak remaja di tubuh pria dewasa. Amburaja Sakti suami dengan dua anak."
"Cepat turun sebelum aku berubah pikiran."
"Ayah labil." Aku beringsut turun dari mobil Raja. Dia mengacungkan tinjunya ketika aku mengucapkan terimakasih setelah pintu mobil kututup, aku hanya membalasnya dengan senyum lebar.
Aku kembali menyusup di sela-sela perumahan warga untuk mendapatkan mobil yang kutitipkan kemarin. Aku akan melalui jalur barat lagi. Mungkin aku tidak akan bekerja karna sudah terlalu siang. Mungkin hanya aku yang bersantai di hari Senin, padahal di tahun-tahun sebelumnya aku bekerja tujuh hari seminggu. Lembur di hari Sabtu, tidak libur di hari Minggu.
@
mau lihat kemesraan lain saat Raja-Runi saat berantem? mampir yoook di OH MY...(another side story)
& mksh banyak untuk yang mau mampir