13

39 4 0
                                    

"Vano peak!" Denia menundukkan kepalanya. Vano mengernyit bingung, ada apa dengan gadis yang didepannya ini?

"Lo kenapa De?"

"Pokoknya lo peak!" teriak Denia masih dalam posisi menunduk.

"Kok gue peak?" tanya Vano lagi.

"Lo peak! Kenapa baru bilang sekarang?!" pemuda itu menghembuskan nafas ringan lalu memeluk gadis didepannya ini.

"Gue baru siapnya sekarang De."

Denia terisak, "Kenapa saat gue udah milik orang, lo baru nembak gue?" ucap Denia disela tangisnya. Hati Vano mencelocos mendengar ucapan gadis berambut coklat itu.

"Kenapa lo nembak gue pas gue udah milik orang Van?! Kenapa?!" Vano terdiam seribu bahasa, ia tak tahu harus berkata apa.

"Padahal gue waktu itu suka sama lo dan gue nerima orang itu biar gue lupa sama lo tapi sialnya gue malah masih suka sampe sekarang.."

"S-siapa?" akhirnya pemuda itu bisa mengeluarkan suaranya.

"Angga, Van, maaf. Tapi dia baru nembak gue kemaren, kalo yang waktu kita berantem itu gue ga pacaran sama Angga, maaf banget Van, maaf." Suara Denia parau, ia sangat benci hal ini.

Vano mengerti posisi Denia.

"Udah De, jangan nangis," Vano mengusap air mata yang berada dipipi Denia, "kalo jodoh, gak bakal kemana, walaupun gue telat, kita tetep sahabatan kan?" Denia tersenyum lalu mengangguk kecil.

"Yaudah, ini udah mau jam pulang, lo dijemput Angga kan?" Denia kembali mengangguk, "yuk, gue anter ke gerbang."

•••

"Angga nya mana De?" tanya Vano saat mereka berdua berada di gerbang.

"Gak tau, mungkin ntar lagi nyampe,"

Tin! Tin!

"Nah itu dia Angga nya, gue pulang ya Van!" Denia melambaikan tangannya seraya tersenyum pada pemuda itu.

"Hati-hati De." Vano menaikkan sebelah tangannya.

Dengan cepat, mobil yang di tumpangi Denia menghilang dari pandangan Vano.

Vano mengehembuskan napas panjang dan berat.

"Gue telat ya De?" Vano tersenyum miris.

Ia kembali masuk ke dalam gerbang, menuju parkiran.

"Wei bro! Gimana?" Bintang menepuk pundak Vano dari belakang, membuat Bintang melihat iris coklat Vano yang sendu.

"Lo di tolak?" Vano menggeleng, "terus?"

"Denia, udah jadi pacar orang lain." Bintang menganga,

"Yang bener aja Van, siapa pacar Denia? Lebih ganteng dari lo? Lebih ganteng dari gue?" Vano menghela napas lagi.

"Angga."

"Hah? Siapa tuh?"

"Dia itu rekan Denia di tempat kerjanya, beda 2 tahun dari kita, dan jelas dia lebih ganteng dari kita." ucap Vano sambil mendongak, menatap langit biru di atasnya.

"Sabar ya kuy, gue selalu ada di samping lo. Eh gadeng, gue disamping Nanda aja," Bintang nyengir,

"UDAH PEGI LO SANA! BUKANNYA NGEBANTU MALAH TAMBAH BIKIN ENEG! SONO PACARAN LO SAMA NANDA! SAMPE LEBARAN MONYET AJA SEKALIAN! GUE SUMPAHIN PUTUS LO!" Bintang yang mendengar dirinya di maki oleh Vano hanya berlari seraya cekikikan tak jelas.

DeniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang