"Kenapa?"
"Gua.. Ini.. kemarin.."
"Oh, sini." Potong Richie dan segera mengambil sweater miliknya setelah melihat Anita membawanya.
Anita masih terdiam dihadapan Richie, menatap Richie yang tengah fokus pada buku komiknya.
Richie mendongakkan wajahnya, menatap Anita yang posisinya lebih tinggi dikarenakan dirinya yang duduk dan Anita yang berdiri. "Apa lagi?" Tanyanya
Suara Richie yang berat membuat jantung Anita berdebar-debar tak karuan. "Hmm.. Gua cuma mau bilang makasih udah nganterin gua kemarin." Ucap Anita ragu-ragu.
"Hmmm." Richie hanya berdehem kemudian kembali fokus pada buku komiknya. "Udah, sana pergi." Tambahnya lagi tanpa menoleh pada Anita.
Anita yang takut segera kembali ketempat duduknya.
"Gitu banget, sih, dia." Bisik Hani pada Anita yang telah duduk disebelahnya. "Sapu tangannya gak lu balikin?"
"Gua takut dia mikir aneh-aneh, nanti aja."
~~~~~~
Pelajaran pertama dikelas XI-C hari ini adalah Seni. Setelah menjelaskan panjang lebar mengenai teknik melukis kain, Pak Hanif --Guru Seni-- , akhirnya memberikan tugas pada murid-muridnya.
"Oke, sekarang tugas kalian adalah melukis kain menggunakan teknik semprot. Sekarang kalian semua silahkan keruang seni dan ambil alat-alatnya disana. Inget, jangan berebut, masing-masing ambil satu aja." Ucap Pak Hanif pada murid-muridnya.
"Iya, pak." Jawab murid-murid serentak.
~~~~~~
Tak seperti yang Pak Hanif minta, sesampainya diruang seni murid-murid kelas XI-C tetap saja berebut saat mengambil alat-alat tersebut. Beberapa siswa sampai terjatuh akibat saling dorong. Seperti biasa para siswi yang lebay sampai berteriak-teriak menggunakan suara falseto mereka. Walaupun pada akhirnya semua tetap kebagian.
"Gila, itu si Ahmad sampe benjol gitu jidatnya. Hahaha," Ucap Hani sambil tertawa terbahak-bahak.
"Eh, Ahmad. Itu apaan dikepala lu? Jerawat gede amat. Hahaha," Lanjut Dinda disusul tawa Sinta dan Anita yang melihat Ahmad sedang meringis kesakitan karena kepalanya terbentur meja tadi.
"Apa, sih? Berisik amat." Richie yang sedang memperhatikan mereka mendengus kesal.
Mereka berempat masih asik bercanda disudut ruang seni. Mereka tak menyadari sebuah lemari besar yang berada dibelakang Anita bergoyang pertanda akan jatuh.
"Anita awas!" Seru Sinta yang menyadari hal itu.
Richie yang berdiri tak jauh dari Anita spontan berlari melindungi Anita, mendekapnya erat hingga lemari tersebut jatuh menimpanya. Dengan posisi terbaring, Richie yang masih mendekap erat Anita meringis kesakitan. Anita yang berada dalam dekapan Richie terkejut bukan main, Richie baru saja melindunginya dari lemari besar dan berat yang hingga saat ini masih menimpa Richie.
~~~~~~
Richie terbaring diranjang rumah sakit. Pihak sekolah melarikannya kerumah sakit lantaran lengan kanannya patah akibat tertimpa lemari tadi.
Hari sudah malam, lengan kanan Richie baru saja selesai di Gips. Saat ini, Richie tengah beristirahat dibilik rumah sakit ditemani Tantenya, Anna.
"Masih sakit, Richard?" Tanya Anna pada Richie yang masih terbaring diranjangnya
"Ya, iyalah." Jawab Richie dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot and Cold Richie (revisi)
Ficção AdolescenteAda kehangatan yang terselubung dibalik tebalnya bongkahan es. Dia sendirian, dia kesepian, mencoba bertahan dalam diam. Dia rapuh, mencoba sembuh tanpa penawar. Cinta datang, cinta menolong, cintalah sang tabib penyembuh, cintalah penawarnya.