Prolog

102 5 0
                                    

"Pagi ma! Pa!" Sapa nanda seraya menuruni satu persatu anak tangga yang melingkar didalam rumah keluarga rahardian. Hening. Nanda hanya tersenyum menanggapinya sudah biasa dengan keadaan seperti ini. Makan dengan keadaan diam hanya alunan sendok dan garpu yang bersentuhan dengan piring kaca.

Gadis dengan surai panjang kecoklatan hanya tersenyum miris. Ia ingin sekali memiliki keluarga yang setiap harinya memberi senyuman hangat, hari harinya berwarna. Hanya angan angan saja baginya gadis itu bermimpi terlalu jauh. Mimpi yang tak bisa dicapai, katanya.

"Selamat pagi, mama! Papa! Kak nan!" Suara cempreng seorang gadis menelusup ke dalam indra pendengaran nanda. Gadis dengan kuncir kuda- amanda, tersenyum sumringah berjalan menuju meja makan dengan santai.

"Pagi sayang, ayo sini sarapan dulu" ucap mama dengan senyuman lembutnya.

Denanda yang cukup muak dengan keadaan seperti ini memilih pergi meninggalkan meja makan.

"Pa, ma, nanda pamit berangkat duluan." Pamit nanda dengan senyum yang dibuat seramah mungkin untuk menutupi rasa sakitnya. Nanda berjalan mendekati sang mama dan ingin mencium tangannya malah ditepis dengan cepat. Lagi lagi nanda tersenyum. Nanda yang sudah tau perlakuan selanjutnya yang dilakukan papanya memilih pergi dengan mengulum senyum seceria mungkin yang dimilikinya.

Lihat AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang