Thomas PoV:
Bagiku, terkadang sungguh menyusahkan menjadi seorang pelajar, karena selain adanya kewajiban untuk belajar dan mengerjakan setumpuk tugas yang bisa dibilang tidak manusiawi, biasanya kamu perlu mengisi kuisioner tertentu, memberi laporan ke orang tua mengenai sejumlah biaya sekolah yang dibutuhkan, menginformasikan mereka untuk menghadiri sebuah rapat yang diselenggarakan oleh pihak sekolah, dan lain-lain.
Aku masih terpikirkan akan Mersie. Rasanya berat untuk meninggalkannya sendirian di ruangan musik. Itupun benar-benar terpaksa kulakukan karena ada hal penting yang mana aku dan teman-temanku harus berurusan dengan guru. Sesampainya aku di kantor guru, kukira guru tersebut akan membicarakan hal penting ini pada kami sekitar sepuluh atau lima belas menit dan setelah itu kami dapat diizinkan kembali ke kelas. Rupanya, kami tetap berada di sana dalam durasi yang jauh lebih lama dari yang kuperkirakan, yaitu 2,5 jam.
Kalian mau tebak apa yang kulakukan di sana bersama dengan teman-temanku yakni Dylan Mandavle, Will Pabitty, dan Samuel Wollees? Kami perlu mengerjakan sesuatu ibarat persoalan fisika atau kimia dalam ajang Olimpiade Internasional Sains. Mengapa aku bilang seperti itu? Karena, kami disarankan mengurus segala sesuatu berhubungan administrasi sekaligus hingga lengkap, yakni di antaranya melakukan sesi pemotretan untuk kartu pelajar, mengerjakan psikotes, mengisi sebentar kuesioner kejujuran, memutuskan ekstrakurikuler apa saja yang kuminati selama hari Rabu hingga Jumat, serta diberikan penjelasan mengenai peraturan sekolah dan ketentuan sistem pembelajaran. Kami berempat juga menerima barang keperluan sekolah yang baru datang menyusul berupa beberapa seragam sekolah dan buku cetak pelajaran.
Marilah kuceritakan singkat sedikit kisah dibalik persahabatan kami. Mereka bertiga setia bersahabatan denganku hingga tak mampu merelakanku pindah ke sekolah baru di ibu kota negara kami ini dan tentunya harus berpisah jauh dari mereka. Akhirnya, mereka ikut pindah sekolah bersama dengan seisi anggota keluargaku yang bertekad pindah ke London. Awalnya, orangtua mereka semua melanggar. Mereka juga sungguh tak kalah bersikeras. Sebuah kebetulan bahwa ternyata orang tua dari ketiga sahabatku adalah teman lama kedua orang tuaku. Setelah pertimbangan yang cukup matang, keinginan mereka dimuluskan. Mereka sanggup memercayai kedua orang tuaku untuk menitipkan anak-anak mereka tinggal bersama dengan keluargaku selama kami menyelesaikan pendidikan SMA yang hanya tinggal dua tahun saja. Karena itu, mereka bertiga tinggal serumah denganku juga. Rumahku yang cukup luas dimuati sebanyak 7 orang di dalamnya. Kehadiran tambahan ketiga bocah tersebut menghadirkan keramaian di rumahku. Begitulah ceritanya.
Setelah semua urusanku dengan pihak sekolah selesai, kami bertiga segera berbaur ke kantin, karena kebetulan jam istirahat telah berlangsung semenjak lima menit yang lalu. Waktu istirahat yang tersisa bagi kami tinggal lima belas menit saja.
Aku duduk di samping Samuel dan ikut menemaninya, sementara Dylan dan Will sedang mengantri untuk memesan makanan. Mataku tak berhenti-hentinya mencari sosok gadis yang sedang kudekati, yaitu Mersie. Samuel begitu risih melihat gerakan kepalaku yang tak bisa diam.
"Bro, kenapa dengan kepala lu sih? Kagak bisa diam amat! Mending makanan lu itu buruan dimakan aja deh. Kalau enggak, nanti lama kelamaan gue comot juga!" ucapnya sembari memandangi makananku yang masih tampak hangat di atas meja.
"Ya udah, comot aja! Gue gak keberatan," aku mempersilakannya untuk mencicipi makananku, "Gue lagi nyari-nyari keberadaan seseorang sih...," ungkapku.
Sepasang mataku masih sibuk melirik-lirik ke seluruh kantin.
"Samperin aja orangnya. Ya kali nyari orang tapi cuman diam di tempat doang," ucapnya sambil menyuapkan ke dalam mulut sesendok pesanan sup sayurku yang telah jadi.
"Justru dari tadi dia kagak kelihatan, cuy! Makanya, gue agak cemas nih," ujarku.
Aku menyalakan smartphone untuk memeriksa jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknowingly Beloved Unbeloveds / UBU (TBS fanfic) [REWRITE]
FanfictionOld Title: '(Senior) High School Season of This Age (SHSSOTA)' Yes, this is a rewrite and a come-back! Mengisahkan cerita seorang gadis remaja yang duduk di bangku SMA di UK tentang keanehan mimpinya. Apakah itu merupakan sebuah petunjuk atau bukan...