"Rangga"

16 0 2
                                    

     Apa yang ku katakan sejak satu tahun yang lalu rasanya begitu singkat, tanpa disengaja ataupun direncanakan terlebih dahulu. Aku memutuskan untuk berpisah dengan seseorang yang sudah cukup lama menyangkutkan hatinya pada hatiku. Namun hubungan selama satu tahun lebih itu, hatiku tak pernah menyangkut di hatinya, entah mengapa dan aku tak punya alasan yang kuat untuk memberi alasan pada hal itu. 
     "Apakah tugasmu selesai? Jika kau belum menyelesaikannya, tolong kerjakan dengan penuh semangat yang membara dan ingat selalu diriku!"Apakah maksud dari semua ini? Rangga mengatakannya sejak tadi pagi sebelum kelas sastra Bahasa Jerman dimulai. Dan saat itu aku hanya melototkan mataku dan pandanganku hanya tertuju pada matanya, saat itu juga aku kaku, pergerakkan badanku berhenti di detik ke sepuluh setelah ia melontarkan kalimat yang bertujuan untuk menyemangatiku. Aku bungkam, mulutku tak dapat melontarkan sepatah ataupun duapatah kata. Aku berada di alam bawah sadarku, aku kini terhipnotis oleh perkataan dan sorot pandangnya.
     09.00 WIB.       
    Kelas Sastra Jerman pun dimulai, dua pasang kaki ini melangkah menuju ruang sastra dan meninggalkan taman depan universitas. Semua buku kurapikan, tiga buku kudekap dan buku lainnya kumasukkan ke dalam tas yang berbahan dari kain jeans berwarna biru gelap. Earphone masih menempel dikedua telingaku, sayang jika dilepas, karena lagu "Mine"  beberapa detik lagi akan berakhir. 
Langkah kaki kupercepat, diperkirakan pertemuan kali ini aku akan sedikit terlambat.
"Aww!!!"
"Maaf! Biarkan aku merapikan semua ini"
"Tak apa, biarkan saja!"
"Rin... Kau selalu seperti ini."
"Rangga?! Hahah maaf, kukira kau bukan Rangga."
"Arin, kau selalu saja menggunakan earphone itu hingga fokusmu hilang."
"A..ku, se..la...lu fokus."
"Jika kau selalu fokus, manamungkin kau berjalan menuju ruang sastra dengan tatapan kosong hingga buku yang kau dekap berjatuhan begitu saja ketika aku tak sengaja menabrakmu."
"He..he...h.e, a..ku per..gi ya kelas sastra akan dimulai", sambil kudekap tiga buku itu.
"Silahkan."
    Lagi dan lagi. Setelah peristiwa itu terjadi entah mengapa sorot matanya seakan ingin menyampaikan sesuatu yang telah lama yang mungkin tak diungkapkannya.    

     Aku termenung sejak saat sore tadi,meikirkan peristiwa pagi tadi. Teh panas yang asapnya mengepul, kini hilang, yang menandakan bahwa teh panas ini menjadi teh dingin yang cukup kaku. Pengunjung kedai teh dekat rumahku ini sedikit demi sedikit kembali ke rumah mereka masing-masing karena waktu menunjukkan pukul 23.30 WIB, dan tigapuluh menit yang akan datang jarum jam pendek dan panjang saling bertemu di angka 12, yang menandakan berakhirnya hari ini dan mulainya hari baru yang dimulai dari nol. Setelah nol itu akan ada angka-angka yang berurutan dari satu hingga kembali ke dubelas. Angka-angka itu akan mengisahkan cerita yang abu-abu tentang Rangga.
Seseorang yang berpisah denganku satu tahun yang lalu dan entah mengapa kini hatiku yang menyangkut di hatinya. Aku tak tahan melihat sorot pandang matanya, karena, sorot pandang itu menyampaikan "mengapa kau meninggalkanku disaat hati ini menyangkut di hatimu, jantung ini memompa darah lebih cepat, nafas ini sesak karena pesonamu, dan raga ini yang ingin tetap tinggal di samping ragamu".  Aku bisa membaca fikiranmu ketika sorot matamu menyampaikan semuanya.

                                                                                                                                           

   

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 31, 2013 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

"Rangga"Where stories live. Discover now