Aditya pov
Beberapa hari setelah ijab kabul, kami mulai pindah ke rumahku dan mempersiapkan resepsi. Sanak saudara mulai berdatangan. Salah seorang keponakan Lita merengek meminta tidur dengan Lita. Lita awalnya menolak, karena umurnya sudah 8 tahun. Lah, apa hubungannya? Dia takut diadukan pada ibunya bahwa dia dan aku tidak seranjang. Tapi Azzam terus merengek dan menangis. Lita pun luluh. Kami tidur bertiga di atas ranjang. Sebenarnya di kamarku ini tersedia sofa dimana aku biasa tidur bila ada Lita di ranjang. Demi kemaslahatan bersama Lita memintaku tidur di atas kasur.
Jujur saja aku berdebar. Entah mengapa. Aku sangat takut menyentuh Lita. Selama ini dia sangat menjaga auratnya. Bahkan kepadaku. Melihatnya tidur di hadapanku, kadang aku ingin membelai kepalanya yang selalu diisi ekspresi sedih, aku ingin menguatkannya. Tapi aku tak pernah berani menyentuh bahkan ujung jarinya.
Terima kasih ya Azzam, gara gara kamu om bisa lihat tantemu lebihmmm dekat, hehehe...eh? Ngomong apa aku ini? Ah sudahlah.
Aku masih menikmati wajah polos Lita. Pipinya yang tembam membuat wajahnya jadi bulat. Matanya yang terbuka biasanya sangat lebar, tapi kalau memejam begini ekspresinya tetap saja sama, polos tapi kuat. Dia juga tak pernah berdandan setahuku, hanya memakai krim lalu disapu bedak tipis lipstick pun tidak. Ia tidak cantik, hanya enak dilihat saja entah mengapa.
Aku tidak akan memaksa untuk menyentuhmu. Aku akan berdoa dan berusaha sebaik mungkin, sampai suatu saat dengan rela hati kamu akan memberikannya padaku, karena kepantasanku untuk mendapatkan itu darimu.
Keesokannya, hari h resepsi, aku dan Lita di-make up di kamarku, kamar yang sama. Mau tak mau dia membuka kerudungnya. Tadinya aku mencoba menahan pandanganku, tapi aku tersadar dia sudah istriku, sudah tak berdosa aku memandangnya. Dia pun tampak tak keberatan ku perhatikan, karena dia sempat melirikku dari kaca. Aku tak bosan memandang rambutnya yang sekitar 20 cm di bawah bahu dan tidak terlalu lurus namun hitam legam dan alami. Wajah polosnya tampak seperti anak SMA saja, padahal tahun depan seperempat abad.
Setelah di make up apalagi. Kedua orang tuaku nampak begitu bahagia melihatku dengannya yang seperti berjarak hampir 20 tahun. Postur Lita tinggi namun sangat kurus sedangkan aku sudahlah 180 cm cm berat badan hampir 90 pula. Lita nampak semakin imut saja berdiri di sisiku.
Gaun syari berwarna magenta lengkap dengan khimar, veil dan mahkota semakin membuat aku terpesona. Hampir hampir aku melarangnya keluar, takut membuat lelaki lain tak dapat menkaga pandangannya, seperti aku sekarang. Tapi itu tak mungkin kulakukan.
Resepsi ini tak mungkin sesederhana yang Lita harapkan. Sanak saudaraku hampir seluruhnya datang, ditambah saudaranya sendiri. Belum teman-teman kuliahku dulu, rekan kerjaku, kerabat dan kenalan orang tuaku. Tanpa sepengetahuan Lita, ibuku memesan 2000 porsi makanan.
***
Lita pov
Dekorasinya memang sederhana. Tapi pada hari h nya, tiba-tiba nampak sangat mewah dengan hidangan kelas atas. Aku memperhatikan ibu, sepertinya dia juga sama sepertiku, lelah padahal baru melihat awalnya saja namun mencoba untuk tersenyum dan menikmati.
Semeriah apapun, acara selesai saat adzan dzuhur seperti permintaanku. Aku sedikit lega, keluarga pak Aditya sepertinya sangat menerima aku di keluarganya. Termasuk ibuku. Walau kami bukan keluarga berada seperti mereka. Bisa dilihat, yang pakaiannya tidak nampak mahal, pasti saudaraku, tapi insya Allah keluarga pak Aditya sepertinya juga sangat welcome pada mereka, alhamdulillah.
Rumah tidak langsung sepi setelah acara selesai, ada saja kerabat yang datang walau hanya disuguhi sisa makanan yang ada. pukul sepuluh malam, baru rumah benar-benar sepi. Aku berniat membantu membereskan rumah tapi mereka melarangnya. Jadilah aku kembali ke kamar. Pak Aditya sudah tertidur rupanya, di kasur. Aku melihat ke arah sofa, kosong. Tadi sore Azzam langsung pulang, kalau kami sama-sama tidur di kasur, tak ada batasan lagi. Tapi kalau di sofa, emh, terlalu sempit, tak bisa pakai guling, aku bisa jatuh menggelinding. Akhirnya kususun dua guling itu diantara kami. Yah, walaupun sisa tempat jadi hanya sedikit, masih cukuplah untukku yang ramping ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Married!!
Fiksi UmumLita harus menikahi atasannya yang terkenal galak. Tak ada rasa cinta dari keduanya. Keadaan yang menyatukan mereka.