Prolog

27 4 0
                                    

"Jadi, Fara mau apa sekarang?"

Raka menatapku dengan sorot mata yang tak jelas maksudnya.

"Apa kurang jelas, Ka? Aku udah bilang, aku minta maaf. Aku ingin memperbaiki apa yang udah aku rusak. Harus berapa belas kali sih aku bilang gini ke kamu?"

Raka menundukan wajahnya. "Aku udah bilang apa mauku untuk yang kesekian kali. Apa begitu susah ya untuk menerima tawaranku?" Aku mulai merasakan air mata ku mengumpul di kelopak mataku. Aku berusaha untuk menahan nya. Namun, saat melihat Raka menggeleng, pertahananku runtuh.

Air itu langsung mengalir deras dari mataku membasahi dress hitam yang membalut tubuhku. Badanku bergetar hebat dan aku dapat merasakan hatiku yang seakan-akan diremuk dengan kejamnya. Aku terus menangis, tak perduli sudah berapa kali aku merasakan kesedihan yang sama, keperihan yang sama, dan penolakan yang sama.

Lalu, dia mulai lagi.

Tangannya yang hangat membekap tubuhku erat. Dia tak berkata apapun, hanya memelukku.

Aku semakin menangis. Aku curahkan semua kesedihan,keperihanku di tangisan itu. Tak perduli bahwa air mataku akan membasahi kemejanya.

Oh tuhan, bisakah kami hanya seperti ini selamanya? rasanya sangat aman dan nyaman.

Lalu, ia mengecup keningku,

entah bagaimana cara dia melakukan hal tersebut. Namun yang kutahu, itu seperti obat penenang. Seketika, aku mulai menenangkan diriku dan aku teringat akan sebuah pertanyaan.

Pertanyaan yang memang sudah sangat lama kupendam. Pertanyaan yang sudah kuyakini jawabannya, Namun aku ingin mendengar dia berkata langsung kepadaku. Walaupun aku tahu pasti, jawaban yang keluar dari mulutnya akan lebih menyakitkan dari semua kepedihan yang sudah kurasakan. Namun, siap tak siap, aku harus menanyakannya. Aku harus mendengar pertanyaan itu darinya.

Setelah kurasa keberanianku sudah berkumpul dan membuat pertahanan dihatiku, aku memberanikan diri bersuara dan..

"Raka, ada yang ingin kutanyakan.."

Unforgettable SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang