3. Karena Tak Selamanya First Love Itu Indah

142 7 2
                                    

Sesampainya di rumah, aku langsung masuk kamar dan beristirahat. Tiba-tiba HP ku berdering, tanda ada pesan masuk. Ku kira itu SMS dari kak Alan. Eh ternyata dari Nike, hahaha.....ngarep bin GR banget sih aku, yaaah maklum namanya juga lagi kasmaran, apapun yang sedang aku lakukan pasti selalu mengingatnya, kaya lagunya Evie Tamala gitu deh.

~Mau tidur teringat padamu...
~Mau makan teringat padamu...
~Mau apapun teringat padamu...
~Kekasihku...

Yaahh kira-kira seperti itulah perasaanku sekarang ini. "Oh Tuhan, apakah ini yang dinamakan JATUH CINTA ???" Gumamku. Ku baca SMS dari Nike, ternyata dia mengajak 2NRE kumpul di aula sekolah besok siang sepulang sekolah.

Terdengar HP ku berdering lagi, ternyata itu pesan dari Rafi.

"Ra, ada PR nggak?" Tanya Rafi.

"Ada, pelajaran IPA dari buku paket halaman 88, PG dan essay." Jawabku singkat.

"Oke, makasih Ra." Jawabnya.

"Iya sama-sama." Balasku.

Karena terlalu capek, akibat pertempuran tadi siang, malam ini aku tidak belajar dan langsung tidur. Aku merasa tenang karena semua tugasku telah aku selesaikan jauh-jauh hari.

Mentari pagi mulai memancarkan sinarnya ke dunia, burung-burung pun berkicau dan menari, udara pagi nan sejuk menghampiri ragaku yang masih terbalut rasa kantuk yang mendalam.

Dengan sejuta rasa malas, ku guyuran air ke seluruh tubuhku dan mempersiapkan diri berangkat sekolah untuk menuntut ilmu.

Pagi itu tidak seperti biasanya, iyaaa sejauh mata memandang, aku tidak melihat Kak Alan. Jangankan raganya, sekelebat bayangannya saja aku tidak bisa melihatnya. Terlintas dibenakku jangan-jangan hari ini kak Alan tidak masuk sekolah lagi. Karena tidak seperti biasanya dia menghilang tanpa kabar. Sudah 2 minggu ini kita lost contact.

"Kak Bella, emmm Kak Alan sakit ya?" Aku memberanikan diri bertanya kepada kak Bella.

"Cieeee yang nyariin, kenapa sedang dilanda rindu yang menggebu-gebu yaa?" Rayu Kak Bella sambil menyentilkan jarinya ke daguku.

"Apaan sih kak Bella, aku penasaran aja soalnya udah 2 minggu ini nggak ada kabar dari kak Alan, aku khawatir dia kenapa-napa." Ujarku menundukkan pandanganku kebawah.

"Emangnya Alan nggak ngomong ya sama kamu, kalau dia mau pindah sekolah?"
Ucapan kak Bella seperti petir yang tiba-tiba menyambarku di siang hari yang terik dengan sinar matahari.

"Apa kak, pindah? Kok Kak Alan nggak pamit sih sama aku". Jujur dari lubuk hati yang paling dalam aku sangat tidak menyangka semuanya akan berakhir secepat ini.

"Iya, sekarang dia masih ngurus-ngurus surat pindah sekolah." Jelas kak Bella.

"Emang kak Alan mau pindah kemana kak dan kenapa harus pindah sih? Emang disini nggak nyaman ya kak?" Entah mengapa butiran air kesedihan mulai membasahi pipiku yang tak tau harus berkata apa lagi.

"Katanya sih ke Padang, Sumatera Barat. Dia pindah juga karena ada alasannya, ayahnya pindah kerja, jadi terpaksa dia bersama keluarganya diboyong ke Sumatera." Rasanya tak sanggup lagi mendengar penjelasan kak Bella yang sangat menghujam hatiku seperti tertusuk pedang yang tajam.

"Makasih kak atas waktunya." Tanpa basa-basi kulangkahkan kakiku sembari mengusap tetesan air mata yang terus mengalir di pipi walaupun aku juga tak tau akan kemanakah ku bawa langkah kaki ini.

"Ra, Noura...." Panggil kak Bella yang tak ku hiraukan, karena perasaanku yang tak menentu.

Putik yang sedang berbunga, harum yang segar mewangi haruskah gugur ke bumi??? Hati yang sedang bahagia, cinta yang sedang bersemi haruskah berakhir kini??? Baru saja ku rengguh manis madu cinta, kini harus ku telan pahitnya empedu. Kalau harus berpisah mengapa kita ditakdirkan untuk berjumpa. Awal perjumpaan itu terasa bahagia, tapi kini kita berpisah dengan cara yang merana dan begitu menyiksa raga.

Cinta Setangkai Bunga DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang