Prolog

21 0 0
                                    

Deraan debu menyelimuti arwah, aroma api dicampur bubuk misiu, serta darah yang menodai bendera - bendera pasukan Oda mengelilingiku.
Aku hanya bisa terbaring lemah dan hanya bisa membuka sebelah mataku walau hanya setengah saja. Aku hanya melihat neraka bumi disana, wanita ditusuk, anak kecil dipenggal, dan para biksu dibakar. Aku ingin kabur dari neraka ini, tetapi kakiku tertancap anak panah pasukan Oda yang menembus tulang - tulang kering.

Tiba - tiba aku merasakan aura yang berbeda, aura yang dalam lebih dalam dari yang aku lihat saat ini, seperti aura membunuh binatang. Bola mataku seperti ditarik kearah Barat dan disana aku lihat, iblis dengan katana nya yang menunggu darah segar. Salah satu pasukan Oda itu mengahmpiriku berlari, aku berusaha berdiri dan pergi menuju hutan Ohakami dibelakang kuil. Aku berlari sampai anak panah itu seakan tidak ada lagi. 

Suasana dihutan ini begitu abstrak, langit tenang, daun bambu bergemerising seakan menangis, dan tanah lembap, pasukan Oda itu masih mengejar ku tapi sekarang hanya suara dedaunan yang aku dengar, mungkin hanya lima ratus meter sebelum aku. Ketika aku berlari aku melihat sebuah tumpukan dedaunan, dan aku teringat cerita kakekku sewaktu beliau masih aktif berperang, beliau menceritakan kalau ada tumpukan daun, disanalah kemenangan tiba. Ya kemenangan yang dimaksud kakek adalah ranjau musuh.

Aku berlari dan bersembunyi lima belas meter dari ranjau itu, dan bersembunyi dibalik pohon.
Selang beberapa detik, aku mendengar suara kaki kelaparan tadi. "Dia sudah dekat" dan benar saja lima detik dia sudah berada di area 100 cm sebelum ranjau. " Hai bocah keluarlah kamu, nanti paman akan berikan makanan yang banyak hahahahahahaha " Dia teriak lantang dengan menjulurkan lidah, sementara tangan kanannya memutar - mutar katana yang sedari tadi dia pegang.

Aku berusaha berfikir bagaimana cara membuat iblis keparat itu terkena ranjau itu, dan tiba - tiba aku melihat sebuah dua buah batu api, wahai dewa bumi dan langit terima kasih atas mukjizat mu, aku menggesekkan kedua batu itu dan berusaha mencabut anak panah yang menancap dikaku, sebelum itu mulutku aku sumbat dengan ikat kepala yang tadi aku lepas ketika aku berlari.

*Arrghh* Anak panah itu berhasil aku cabut, sekarang aku tinggal menunggu keparat itu jatuh kearah ranjau. *Krassk* SEKARANG, aku keluar dari tempat persembunyian, dan disaat yang bersamaan dia menoleh kearahku, tapi dia sudah terlambat karena aku berhasil melepaskan anak panah yang sudah aku gabungkan dengan api, dan seperti air api itu menjalar, mengguyur pasukan Oda tadi.

Aku terhuyung lemas, tubuhku tidak dapat bergerak lagi, akupun terbaring dan mataku tertutup lemah. Terakhir yang aku ingat adalah suara tapal kuda yang sangat keras menuju kearahku.

Hai readers, makasih sudah membaca
Ini cerita cerbung saya yang pertama, dan saya baru join wattpad sekitar kemarin

Kritik dan Saran kalian saya tunggu loh :) 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Scarlet Blood From KizunnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang