5. A Little Help

174 25 1
                                    

"Aaaaaaakk.."

Baik Richie maupun Anita sama-sama terkejut, seorang anak laki-laki kira-kira berumur 6 tahun terjatuh dari sepeda hingga terguling keselokan.

Anita segera menghampiri anak kecil itu didalam selokan, anak itu menangis. "Dek, kamu gak apa-apa? Ya ampun,"

Richie yang melihatnya dari seberang jalan sontak berlari menghampiri Anita dan ikut melihat kondisi anak tersebut.

Anita menoleh, dilihatnya Richie berada disampingnya. "Richie, tolongin anak itu, please. Gua gak bisa angkat dia keluar dari got." Anita memohon pada Richie sambil menunjuk-nunjuk anak kecil yang tengah menangis diselokan tepat dibawah kaki mereka.

"Tapi, tangan gua belum sembuh." Ucap Richie sambil memandang lengan kanannya yang masih terbalut gips.

"Terus, gimana? Dia kasian banget."

Richie menatap Anita sejenak, pandangan mereka bertemu. Kali ini Anita tidak menunduk, ia terang-terangan menatap langsung sepasang mata Richie yang tajam. Anita terlihat panik, mata gadis itu berbinar, mata yang sama saat ia melihat lengan Richie yang patah, mata yang terlihat terluka.

Richie terdiam beberapa detik, "Yaudah, gua tarik tangan dia, terus lu tahan gua dari atas, ya? Biar gua gak jatuh kebawah."

Anita mengangguk.

"Dek, sini tangannya, mau diangkat." Richie menggenggam tangan anak itu, tubuhnya setengah masuk kedalam selokan agar dapat menggapainya, Anita menahan bahu Richie agar tak jatuh kedalam selokan, perlahan Richie mengangkat anak itu dengan tangan kirinya hingga akhirnya keluar dari selokan.

"Ya ampun, baju kamu kotor banget. Gimana bisa jatuh, sih?" Tanya Anita pada anak yang baru saja berhasil dikeluarkan dari selokan itu sambil berjongkok dihadapannya.

Anak itu hanya menangis. "Dia gimana, nih? Kasian bajunya kotor." Ucap Anita pada Richie yang kini telah berdiri dibelakangnya.

Richie ikut berjongkok disebelah Anita, "Rumahnya dimana?" Tanya Richie pada anak itu.

Anak itu mengusap matanya, kemudian menunjukkan jarinya kearah timur, kearah komplek Wijaya.

"Hmm, yaudah kita anterin aja, gimana?"

Anita membulatkan matanya, ada apa ini? Ada apa dengan Richie? Dimana Richie yang dingin dan tak pernah menghiraukan keadaan sekitar? "Tapi, kan kita mau sekolah." Anita berdiri setelah tadi berjongkok.

"Bolos aja." Ucap Richie ikut berdiri.

"Hah? Bolos? Gak mau, ah"

"Terus, gimana? Mau ninggalin ini anak sendirian?" Jawab Richie seraya menunjuk anak yang masih mengusap-ngusap matanya dibawah mereka.

"Ih, bikin bingung, gimana, ya?" Anita memandang kearah langit sambil menyentuh dagunya sendiri seperti mempertimbangkan sesuatu. "Tapi, gua kan anak baru."

"Gapapa kali, sehari doang."

"Hmm, beneran gapapa?" Richie mengangguk. "Yaudah, deh."

~~~~~~

Sudah hampir setengah jam mereka berjalan, komplek Wijaya sudah terlewat sejak tadi, namun rumah anak tadi sepertinya masih jauh.

"Beneran lewat sini, dek? Kok, jauh banget?" Tanya Anita yang berjalan sambil menggandeng anak kecil tersebut.

Anak itu hanya menoleh keatas kearah Anita, kemudian mengangguk.

"Masih jauh emang?" Tanya Richie yang tengah mendorong sepeda anak itu dengan tangan kirinya.

Hot and Cold Richie (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang