Chapter 19

6.5K 395 35
                                    

3 hari

1 minggu

2 minggu

3 minggu

1 bulan

Prilly sudah satu bulan berada dirumah sakit tapi tak juga sadar. Ya, dia di vonis koma dan tak tahu kapan akan sadar. Pihak rumah sakit juga menjadi sedikit kesusahan untuk melakukan tes ataupun pemeriksaan yang lebih lanjut jika kondisi pasien seperti itu.

Ali juga terlihat lebih kacau dari biasanya, tak jarang juga cowok itu ikut balap liar, katanya sih untuk mengurangi beban pikiran lewat gas motor yang saling bersahut sahutan dengan lawannya.

Kaia maupun mamanya sudah mengetahui kondisi Prilly yang membuat Ali berubah drastis seperti ini, tapi dilarang juga tak akan didengarkan. Ali seperti kembali ke sifatnya yang dulu, cuek, acuh, dan keras kepala. Ini karena pengaruh Prilly. Tapi tetap saja cinta tak bisa disalahkan.

Sedikit info, Kaia juga sudah kembali ke luar nrgeri untuk melanjutkan kuliahnya. Tante Resi juga sibuk dengan perusahaannya yang berkembang pesat. Meskipun begitu ia masih memperhatikan anak lelakinya itu, tak mau kejadian yang dulu terulang kembali mengingat keluarganya baru saja haronis. Tak jarang juga Tante Resi menasehati Ali untuk lebih kuat menghadapi masalah yang sedang menimpanya.

BRUMM!!!

Deru suara motor yang memecah keheningan malam ini terdengar menggema bahkan memekikan telinga. Ali terlihat serius jika sudah duduk diatas motor ninja warna merahnya. Melihat dan mendengarkan aba-aba lalu melepas laju motornya dengan kecepatan tinggi.

Selang beberapa waktu kemudian Ali dan seorang lawannya sudah mendekati finish, dengan kecepatan yang makin ditambah dan sedikit salip menyalip tapi akhirnya Ali yang berhasil sampai pada finish lebih dulu. Yap, Ali sedang balap motor sekarang.

Teriakan dan tepuk tangan dari beberapa orang yang mengelilingi sekitaran jalan itu menyambut datangnya Ali sebagai pemenang dalam balap motor kali ini. Bobby, lawan Ali terlihat memasang wajah sedikit aneh pasalnya dia sangat terkenal sulit untuk dikalahkan karena kemampuannya membawa motor yang bisa diakui hebat. Tapi seorang Aliando Daffa Syarief bisa mengalahkannya. Amazing!

"Keren lo bro." Bobby menyalami Ali sambil ber-tos ala cowok gitulah :v

"Thanks," jawabnya singkat, "yaudah gue mau ke RS dulu." Ali memakai helmnya kembali dan meninggalkan tempat itu menuju rumah sakit tempat Prilly dirawat.

--SWM--

Malam ini kamar rawat Prilly terlihat sepi karena tidak ada yang menjaga gadis mungil itu. Ali langsung saja berjalan ke arahnya dan menunduk mencium kening Prilly, lalu mencium matanya yang sudah lama terpejam. Ali duduk seperti biasa, di kursi samping ranjang Prilly.

Tangan kiri Ali menggenggam jemari Prilly sedangkan tangan kanannya mengelus pucuk kepala gadisnya itu lembut.

"Kalau kamu pikir aku lelaki yang kuat, kamu salah besar. Aku rapuh saat kamu gak ada disamping aku, Prill. Lihat kondisi kamu kaya gini aja aku benar-benar rapuh." Ali berkata sambil menatap wajah tenang Prilly yang tak kunjung membuka matanya, "aku mohon kamu bangun sekarang, aku akan selalu ada disamping kamu. Aku kangen kamu. Itu akan selalu!" lanjutnya dengan mengecup dinding tangan Prilly.

Tak ada respon sama sekali. Ali memandangi selang infus yang tertancap ditangan mungil Prilly, dengan tatapan terlukanya Ali berpaling melihat wajah Prilly.

"Kamu gak bosen apa dapat asupan cuma dari infus gitu terus? Makin kurusan jadinya." Ali mencoba bercanda untuk sekedar menguatkan dirinya sendiri.

Stay With Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang