That's Why I Did – 6
Jonathan terpaksa harus ke Australia karena memang ada hal penting yang harus diketahuinya. Beberapa bulan terakhir harga saham perusahaan yang dipegang oleh orang tuanya menurun, itu berarti keadaan perusahaan sedang tidak baik. Maka dari itu dia harus menyelesaikannya. Walaupun Jonathan baru berumur 20 tahun, namun orang tuanya sudah sepenuhnya percaya kalau Jonathan sudah bisa mengatur dan mengendalikan sendiri perusahaan keluarga tersebut. Terlebih Jonathan adalah anak tunggal dari keluarga Sindunata, satu-satunya orang yang akan melanjutkan bisnis keluarga.
Jonathan baru tiba di Indonesia setelah beberapa hari mengurus sebuah tugas yang diperintahkan oleh Papanya. Hal pertama yang ingin dilakukannya di Indonesia yaitu menemui Prim, wanitanya. Sudah beberapa bulan sejak kepindahan Primrose dan Jonathan sama sekali belum menemuinya. Dan juga beberapa hari ini dia tidak mendengar suara gadis itu walau dari telepon sekali pun karena memang dia tidak diperbolehkan oleh Papanya bukan karena tidak sempat. Karena baginya selalu ada waktu untuk sekedar menghubungi Primrose, kapan pun itu. Ahh.. rasanya dia sudah sangat ingin bertemu dengan Primrose, dia sudah sangat merindukannya dan ingin segera menemuinya.
Akhirnya dia berinisiatif menghubungi Gale, ada yang harus diketahuinya saat ini. Ada yang harus dilakukannya saat ini. Dia mengeluarkan ponselnya dan mencari nama Gale di halaman kontaknya.
Tutt. Tersambung.
***
Hari ini, meski seharusnya menjadi hari liburnya namun Prim tetap harus berangkat ke kampus karena persiapan acara pencarian bakat. Karena Gilang juga ikut terlibat dalam acara tersebut, alhasil Prim berangkat ke kampus juga dengan Gilang. Sepertinya Gilang memang diciptakan menjadi partner in crime selama Prim disini. Karena selalu pergi bersama Gilang, Prim tidak perlu mengeluarkan uang ongkos pergi ke kampus, juga tidak perlu menghabiskan tenaganya mencari taksi atau tukang ojek. Gilang selalu enggan menerima uang yang memang seharusnya Prim berikan, namun selalu diingatkannya kalau dia bukan tukang ojek, jadi Prim tidak perlu membayarnya.
Sampainya di kampus, sudah banyak teman panitia yang lebih dahulu datang mengingat acara pencarian bakat sudah H-2. Beberapa divisi sudah ada yang mulai bekerja, namun ada juga divisi yang masih sibuk rapat. Mungkin rapat apa pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini. Gilang sudah terlebih dahulu meninggalkannya untuk bergabung dengan teman satu divisi dengannya. Prim yang masih belum tahu dimana teman-temannya sibuk melihat orang yang hilir mudik.
"Prim,"
Prim menengokkan kepalanya ke arah panggilan dan mendapati Kak Rangga sedang membawa alat-alat dekorasi. Kak Rangga ini adalah koordinator divisi acara, divisinya. Prim langsung menghampirinya.
"Maaf kak telat, tadi nungguin Gilang dulu."
"Iya, gak papa. Santai aja, tapi tolong bantuin bawa ini dong, banyak banget. Ke panggung ya,"
Prim mengambil beberapa alat dekorasi dari tangan Kak Rangga, membantunya membawakan alat-alat itu menuju panggung. Tempat yang mereka gunakan untuk acara ini adalah Graha Mega Wisuda, gedung wisuda kampus. Mengingat akan banyaknya penonton nantinya, jadi tidak ada tempat yang cukup luas menampung seluruh mahasiswa selain gedung wisuda. Teman-teman yang lain sepertinya sedang menunggu di panggung untuk ikut membantu dekorasi panggung. Walau mereka divisi acara, namun untuk masalah kali ini mereka harus berkoordinasi dengan divisi PhDD untuk kelangsungan acara ini. Panggung harus didekorasi sedemikian rupa agar menarik perhatian mahasiswa yang lain.
Prim, Rena, Farhan dan Moza mendapatkan pekerjaan di bagian atas panggung. Bagian yang sangat krusial, bagian yang paling banyak menarik perhatian mahasiswa yang lain nanti. Prim dan Rena mengerjakan dekorasi di sudut kanan terlebih dahulu, sedangkan Farhan dan Moza dibantu dengan divisi PhDD memasang banner sebagai background di dinding panggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's Why I Did
Romance-That's Why I Did- Aku bisa melakukan apa yang kalian katakan tidak bisa. Kalian bilang aku tidak bisa melupakan Jonathan? Aku bisa! Aku bisa karena prinsipku itu. "Kau bilang bisa melakukan apapun? Coba kau patahkan prinsipmu itu. Aku rasa kau tida...