Ya, pagi yang indah. Tapi keindahannya hanya bertahan sebentar.Pagi ini aku masuk ke kelas. Suasana ramai seperti biasanya. Aku melihat segerombolan anak laki-laki sedang seru melihat sesuatu. Karena aku pendek, aku tidak bisa melihat apa yang sedang mereka lihat.
Eh,
Tau-taunya ternyata Peter sumbernya. Dia menyebarkan fotoku saat tidur. Aku cuma bisa bengong. Mau marah, cuma labil.
"We, kok bisa pas tidur motonya?" kata Troy, teman Peter.
"Iya kok bisa? Menang banyak nih ye, Pet." Ray ikut-ikutan.
"Kalian gak ngapa-ngapain kan?" Troy memang mengesalkan.Aku cuma diam. Lalu, Peter menoleh ke arahku.
"Eh. Hello, Lil! Lucu deh lo tadi malem!" Peter sambil menunjukkan fotoku saat tidur.
"Eh... Iya, morning," aku cuma bisa balas itu doang. Coba aku lebih berani, kusambar hapenya.Lalu, Karen masuk ke kelas dan memberi sapaan padaku, "Hei! Lil! Mornin, girl!"
Aku cuma berbalik badan dengan ekspresi kosong. Rasanya mau marah.
"Hey, what happend? Kenapa Lil?" Karen terus menamya padaku. Cuma aku gak bisa jawab. Aku mau marah, tapi aku takut bikin Peter tersinggung lagi untuk kedua kalinya.Karen langsung menoleh ke gerombolan Peter di belakangku.
"Pet? Itu apaan?" Karen main ambil hape Peter. "Loh? Kok bisa ada foto lo tidur disini, Lil?". Peter langsung menyela pembicaraan, "Jangan salah pemikiran, tadi malem dia ke rumah gue karena darurat. Kita gak aneh-aneh, ok?". Aku langsung lari ke toilet.
"Eh? Lil! Pet, lu sih!" Karen , menyusulku.
Di kamar mandi, aku cuma bisa marah marah. Karen melihatku dengan muka polos. "Udah puas marahnya, Lil?". "Udah." Sambil jongkok di lantai kamar mandi, Karen langsung mencubit pipiku dari belakang. "Isssh! Lil nakal! Kalo ada masalah cerota! Jangan lari!". Setelah itu, aku langsung cerita ke Karen kenapa aku marah.
Aku marah karena Peter menyebarluaskan fotoku saat tidur. Mungkin itu adalah kebiasaan disini. Aku masih belum terbiasa.
"Oalah Lil. Lu gak usah marah, ngomong baik-baik aja sambil bercanda. Gampang," saran Karen padaku. "Tetep aja, kalo marah sama Peter, ini ke 2 kalinya aku bikin dia tersinggung, " lanjutku. "Yah elah Lil. Masih mending foto lu yang aib cuma satu doang. Apakabar gue Lil, udah dijadiin satu album kali." Karen tertawa kecil. "Hah? Masa iya?" tanyaku balik. "Tapi itu semua kan bikin orang ketawa. Memang sih kita tersinggung, sekali-kali relakan aja muka jelek kita untuk disebar,HAHAHAHA. Yang penting sisi cantik lo masih ada." Ya ya, Karen cocok jadi psikolog.
"Udeh ayo keluar, udah mau bel masuk, Lil." Karen menarik tanganku keluar.
"Tunggu, kalo ketemu Peter mesti ngomong apa, Kar?" tanyaku.
"Udeeh! Biar gue yang nanti ngomong. "Eh, pas keluar.
Peter jongkok nutupin mukanya di depan toilet cewek. "
Oi, Pet!" Karen main tendang Peter. Jelas, Peter terbangun.
"Eh? Lil. Sorry banget tadi ya. Udah gue apus kok, gak kesebar lagi, jangan marah ya Lil. Ok?" Peter langsung memohon-mohon maaf.
"Iya Pet, udah gak marah lagi kok." jawabku.
"Yeessh, thank u dear Lil!!" Peter sangat gembira.
"Maen senang aja lu, Pet. Tadi dia marah besar loh..." Karen ikut-ikutan.
"Cuma, izin dulu doong kalau mau incar muka jelek gue..".
"Iya deh Lil. Sorry banget yaaa" Peter bersujud-sujud di depanku. Karen cuma bisa ketawa."Jangan baperan lagi ya, Lil. Ada masalah ngomong sama gue ya..." kata Karen.
"Baper itu apa?" tanyaku.
"Udeeh, lu nanti aja ngomong ya berdua. Pelajaran dulu nih!" Peter mendorongku dengan Karen agak kita berjalan lebih cepat.Waktu masuk ke kelas,
"WOI PET! GIMANA? JADI LO TEMBAK?" seru anak laki-laki sekelas.
"Hah? Siapa?". "Siapa ditembak?". "Pasti diterima tuh," satu kelas gadungnya minta ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PETER
RomanceWho's Peter? My saviour. From what? From my sadness. How could he save you? I can't tell all about it. - But he's the one who always covering me with happiness.