AUTHOR POV
“Makasih sudah antar sampai ke bandara, Ai.”Sakura memeluk erat tubuh Aiko. “Kamu jaga diri baik-baik disini, ya.”
Aiko menepuk punggung sang kakak dengan halus. “Iya, Onee-chan juga hati-hati. Aiko titip salam untuk Mama dan Papa.”
Kedua saudari itu saling melepaskan pelukan lalu memberikan sebuah senyuman untuk sama lain. Sakura mengusap kepala Aiko dengan ringan sebelum berbalik meninggalkan sang adik sendirian disana. Aiko tersenyum tipis lalu memutar tubuh untuk kembali ke rumah dan bersiap ke kampus.
Namun, tanpa sengaja bahu Aiko menyenggol tubuh seseorang hingga keduanya hampir terjatuh. Secepat kilat, orang yang ditabrak Aiko memperbaiki letak sunglassesnya sebelum kembali berjalan seakan tak ada kejadian apapun.
Aiko mengedipkan kedua matanya dengan bingung. “Ah, tadi barusan ada apa?” tanya Aiko entah kepada siapa. Aiko memandang sejenak punggung perempuan yang tadi bertabrakan dengan bahunya lalu meninggalkan tempat itu juga.
***
Seorang pria berjas rapi membuka pintu mobil mewah didekatnya ketika seorang perempuan berjalan mendekat. Dengan gerakan anggun perempuan itu melepas sunglasses yang menutupi kedua mata indahnya. Sekarang terlihat jelas kecantikan yang perempuan itu miliki.
“Ah, sudah lama sekali aku tidak ke Indonesia. Tapi, keadaannya gini-gini saja, ya.” Perempuan itu memperhatikan sekitar dengan senyum tipis sebelum beralih kepada pria berjas di depannya. “Bagaimana keadaan rumah? Apa baik-baik saja?”
“Semua baik-baik saja, Nona Muda.” Pria itu menjawab dengan tegas namun sopan dan penuh rasa hormat kepada perempuan itu.
“Aku sudah bilang berapa kali sih? Panggil aku Rana saja.” Perempuan itu memutar bola mata dengan bosan. “Sebutan Nona Muda terdengar aneh ditelingaku.”
“Tapi─”
Rana mengangkat telunjuknya tepat dihadapan wajah pria berjas itu. “Sudahlah, jangan bantah perintahku! Atau kamu mau kulaporkan kepada Oma?”
“B-baiklah, Nona Rana. Maafkan saya.” Pria itu menundukkan tubuhnya sedikit. Rana hanya mendengus lalu memasuki mobil mewah tersebut.
Pria itu menutup pintu mobil dengan hati-hati sebelum bergegas ke kursi supir. Belum sampai lima detik pria itu duduk dengan nyaman ditempatnya, dari arah kursi penumpang dibelakang, Rana mengeluarkan suaranya.
“Oh iya, sudah kamu selidiki orang-orang itu?” tanya Rana dengan pandangan yang jatuh pada pemadangan dibalik kaca di sampingnya.
“Sudah, Nona.” Pria itu mulai menjalankan mobil tersebut. “Semua sudah saya selidiki sesuai keinginan Nona Rana.”
“Baguslah,” ucap Rana tersenyum puas. “Satu lagi, sebelum pulang aku mau singgah ke suatu tempat dulu.”
“Baik, Nona.”
***
RION POV
“Feb, lo harus tau kalau gue bahagia garis keras!” ucapku bersemangat kepada Febby yang tertawa didepanku. “Makan sepuasnya, hari ini gue yang traktir pokoknya!”
“Beneran? Gue minta bungkus juga gak apa-apa?” tanya Febby tersenyum miring. Aku mengangguk dan perempuan itu pun tertawa lagi. “Apaan sih, Yon. Dapat maaf dari gue itu gak seberharga menangin lotre kali, ah!”
“Gak, Feb. Ini lebih dari menangin lotre! Lo gak tau selama ini gue kangen banget sama lo─eh?” aku mengatupkan bibirku lalu membuang muka dengan cepat. Sial! Kenapa mukaku terasa panas sekali? Memangnya kenapa kalau aku kangen sama Febby? Ah, tiba-tiba kalimat itu terdengar memalukan dan degup jantungku agak kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
PainFinder
Ficção Adolescente[15+] PAIN SERIES #3 Karna, sekali kamu menemukan sisi tergelap dari perasaanmu, percayalah, kamu tidak akan pernah mau merasakan perasaan itu lagi. . . . "Akhirnya, aku menemukanmu!" . . . ...Jadi, kamu tidak percaya kalau aku mencintaimu?