Chapter 13: Truth

2.2K 221 2
                                    

Kami keluar dari restaurant itu dan berpisah dijalan karena dia harus kembali bekerja, aku harap dia baik-baik saja disana karena dia bisa mati kapan saja, gak seperti diriku yang tak mungkin bisa mati. Menghela nafas untuk yang kesekian kalinya, aku berjalan menelusuri jalanan kota Tokyo yang cukup ramai lalu berbelok kesebuah gang sepi karena jalan ini lebih cepat sampai keapartemenku. Sampai aku melihat seorang pemuda bersurai hitam pendek baru saja keluar dari sebuah gang.

"Loh Kaneki-kun." Panggilku membuatnya langsung menoleh kearahku.

"Rose-san, sedang apa Rose-san disini?." Tanya Kaneki mendekat kearahku.

"Aku baru saja mau pulang, kalau Kaneki sendiri?."

"Sama denganmu."

"Oh ya bagaimana kalau kita pulang bersama saja?." Tawarku yang dijawab anggukan kepala darinya.

Sepanjang perjalanan kami mengobrol banyak hal, sampai aku merasakan ada beberapa Ghoul disekitar kami, 2 iie 4 orang. Huh aku lupa kalau jalanan ini juga cukup berbahaya dimalam hari, aku langsung berhenti berjalan, membuat Kaneki juga menghentikan langkah kakinya dan menatap pensaran padaku.

"Ada apa Rose-san?."

Seketikah seorang pria bersurai hitam pendek menyerang Kaneki dari belakang menggunakan kagune miliknya, aku yang menyadarinya segera menarik Kaneki menjauh, kalau tidak dia pasti sudah menjadi sasaran dari Ghoul itu.

"A-apa itu tadi?."

"Ghoul, ayo kita pergi dari sini." Ucapku menarik Kaneki pergi dari tempat itu, tentunya para Ghoul tadi mengejar kami dari belakang.

Sampai akhirnya aku melihat sebuah rumah kosong tak jauh dari tempat kami, langsung saja aku membawa Kaneki untuk masuk kedalam.

"Hah hampir saja."

"Tapi kita tidak bisa terus berada disini, kita harus mencari jalan keluar." Ucapku menatap sekeliling dan sialnya nih rumah cukup tertutup, paling hanya ada ventilasi kecil yang bahkan tak akan muat untukku juga jendela disamping pintu masuk.

"Ukh ini bencana."

"Haruskah kita meminta bantuan?."

"Sebaiknya jangan, tempat ini lumayan jauh dari Anteiku, meminta bantuanpun tak akan sempat." Jawabku duduk disamping Kaneki yang sejak tadi sudah duduk dibawah jendela.

"Sepertinya kita akan terjebak disini untuk beberapa saat, berharap saja mereka tidak menemukan kita."

"Ya semoga saja, ano Rose-san boleh aku bertanya sesuatu?."

"Tentu, apa itu?."

"Etto, tadi aku melihat Rose-san masuk dengan seorang pemuda dari CCG disebuah restaurant, a-ano siapa dia?." Tanya Kaneki membuat terkejut dengan pertanyaannya barusan.

"Kamu melihatnya?."

"Ha-hai."

"Begitu ya, dia itu adikku."

"Adik?."

"Emm, dia bekerja di CCG dan tadi aku bertemu dengannya karena ingin menyerahkan hadiah, kamu tau gak doll yang pernah aku berikan pada Hinachan?."

"Ah boneka itu, jadi itu sebenarnya untuk adik Rose-san?."

"Begitulah, dia menginginkan boneka seperti itu jadi aku berikan saja."

"Oh, tapi kenapa dia bergabung dengan CCG?."

"Kalau itu sih gara-gara para Ghoul membunuh orang tua kami hingga membuatnya dendam pada Ghoul, alhasil dia jadi masuk CCG karena ingin membasmi para Ghoul."

"E-eh orang tua Rose-san dibunuh Ghoul?."

"Ya, kejadiannya sudah lama sekali." Jawabku menatap sendu kearah depan.

"Apa Rose-san juga dendam dengan para Ghoul?."

"Hmm gak kok biasa saja, toh aku juga berteman dengan para Ghoul kan, lagian aku gak berpihak pada Ghoul maupun manusia."

"Kenapa?."

"Tidak ada alasan khusus, aku ingin berada dipihak netral saja." Jawabku tersenyum kearah Kaneki tepat saat seseorang menjebol pintu masuk juga jendela, ah shimatta.

"Yare yare, sepertinya kita mendapat dua mangsa." Ucap salah satu dari keempat Ghoul yang saat ini berdiri didepan kami, aku langsung memasang posisi siaga termasuk Kaneki.

"Tapi ketua, yang satu itu juga Ghoul."

"Hanya saja hawanya seperti manusia."

"Aku tak peduli, kita tangkap mereka berdua, aku sudah sangat lapar."

Salah satu dari mereka melancarkan Kagune pada kami berdua, aku sendiri langsung mendorong Kaneki menjauh sebelum Kagune itu sempat mengenai kami. Mereka terus mencoba menyerang kami yang tentu saja kami hindari, tapi kalau seperti ini terus kami gak akan bisa keluar dari situasi ini. Apa aku harus menggunakan kemampuanku?, tapi nanti Kaneki tau siapa diriku sebenarnya.

"Rose-san awas." Teriak Kaneki tepat saat Kagune yang berbentuk seperti ekor itu menembus perutku dari belakang, sial aku lengah.

"Woah wangi darahnya seperti bunga mawar, lihat-lihat ketua aku berhasil mendapatkan wanita ini." Ucap salah satu Ghoul yang tadi menyerangku sementara Kaneki nampak menatap nanar padaku dengan darah disekujur tubuhnya akibat terkena serangan, mereka juga berhasil menangkapnya.

"Bagus, sepertinya kita akan menjadikan wanita ini makanan kita dulu, sayang sekali kalau wajah secantik ini harus terluka." Ucap sang pemimpin sembari membelai pipiku, sedangkan aku sendiri hanya bisa memejamkan mataku lalu menyeringai kearah mereka.

"Memang siapa yang ingin menjadi makanan kalian." Ucapku membuka mataku yang saat ini sudah berubah menjadi merah menyalah lalu menyentuh Kagune yang menusuk perutku, membuat Kagune itu langsung membeku dan pecah berkeping-keping, tentunya hal ini membuat para Ghoul termasuk Kaneki kaget dan Ghoul yang menyerangku tadi kesakitan.

"A-apa yang kamu lakukan?."

"Kalian seharusnya tidak berbuat macam-macam padaku." Ucapku berlari dengan cepat kearah salah satu Ghoul itu dan membelanya dengan tangan kosong menjadi dua.

"Ka-kamu mo-monster."

"Monster kah, bukannya kalian yang monster ya." Jawabku sembari menjilati darah yang ada ditanganku.

"Bahkan rasa darah kalian begitu menjijikan." Lanjutku menunjuk kearah pria bersurai hitam dan seketikah tubuhnya terbakar oleh api yang aku ciptakan. Sekarang tinggal pimpinan mereka yang beringsut mundur menjauh dariku.

"Ja-jangan mendekat."

"Are kamu bilang ingin memakanku kan?, mana rasa percaya dirimu tadi?." Jawabku tersenyum kearahnya lalu menghilang dan kembali muncul dibelakangnya dengan sebuah death scythe ditanganku.

"Ternyata hanya omong kosong ya." Lanjutku membela kepala Ghoul itu menggunakan death scythe tadi. Hah gara-gara mereka aku jadi harus menampakan wujud asliku didepan Kaneki.

"Kamu tidak apa-apa Kaneki-kun?." Tanyaku mengerling kearah Kaneki yang nampak syok dengan apa yang baru saja dia lihat, ya aku gak kaget sih, soalnya ekspresi wajahnya hampir sama seperti Uta saat dirinya tau aku bukanlah manusia.

"Ro-Rose-san, ya-yang tadi i-itu."

"Ayo kita pergi dari sini, aku akan menjelaskannya dijalan." Jawabku menghilangkan death scythe ku dan berjalan keluar dari rumah itu diikuti Kaneki yang mengekor dibelakangku.

"Maaf kamu harus melihatnya tadi, tapi aku terpaksa melakukannya karena kita dalam keadaan terdesak." Ucapku berhenti melangkah, membuat Kaneki juga menghentikan langkahnya.

"Rose-san, sebenarnya kamu apa?." Tanya Kaneki. Aku tersenyum dan menoleh kearah Kaneki dengan iris mata yang sudah berubah menjadi merah menyala serta taring yang muncul digigiku.

"Aku adalah vampire."

Vampire X Ghoul (I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang