Gajah

858 60 19
                                    

"Dasar gendut."

"Kendall item."

"Yah, Kendall nggak bisa lompat, Kasihan deh."

 "Kendall gendut!!"

"Kendall gendut, item, ngga bisa lompat. Jangan temenin Kendall, ah."

Kendall hanya bisa terdiam di bangkunya, olokan itu masih terngiang di kepalanya, berputar bak kaset rusak, tidak bisa dihilangkan. Ia muak saat orang-orang memandangnya dengan pandangan meremehkan, bisik-bisik di belakangnya. Kendall benci hal itu.

Kendall tahu, tubuhnya besar, tidak seperti remaja wanita berumur tujuh belas tahun lainnya, ia tidak bisa memakai pakaian ketat, tidak bisa memakai rok ketat seperti teman-temannya, Kendall tahu. Tetapi ia mensyukuri beberapa hal, ia bisa menjaga tubuhnya dari orang-orang yang usil, atau apa pun.

Kendall berbeda, dan ia sadar akan hal itu.

***

"Kendall, nomor satu gue nggak ngerti, ajarin dong."

Kendall yang saat itu sedang mengerjakan soal ulangan Fisika menoleh, ia melihat ke arah teman sebangkunya, Shella, gadis cantik, dan bertubuh indah, idaman para lelaki, tidak seperti dirinya.

"Tapi ini kan ulangan Shell, kata Bu Ind—" Seketika itu Gita terdiam saat tangan mulus Shella membekap mulutnya. "Sshh... jangan berisik, Kend," ucapnya sambil berbisik pelan, Kendall hanya terdiam.

"Gue nggak mau tau, begitu lo selesai ngerjain, gue nyontek." Dan Kendall tahu, ia harus menuruti perkataan Shella.

------

Kendall menyantap makanan pesanannya dengan tenang, kepalanya menunduk menatap piring makanannya dari pada menatap teman-temannya yang jelas jelas sedang membicarakan dirinya.

"Permisi, gue boleh nggak duduk di sini?"

Kendall mendongak, ia terdiam saat melihat seorang laki-laki berparas rupawan berdiri di depan meja yang ia tempati sambil membawa sepiring makanan sama sepertinya. Ia tau siapa laki-laki itu, Harry. Cowo most wanted di sekolahnya, hampir semua perempuan single di sini meng-incar Harry, tetapi hanya ditanggapi senyuman oleh cowo itu.

"Boleh kok, kursi itu kan kosong," jawab Kendall pendek, Harry tersenyum lalu menarik bangku itu dan mendudukinya. Kendall kembali menatap makanannya, ia semakin ingin meninggalkan kantin, hampir semua siswi di sini memandangnya tajam.

"Lo Kendall kan, kelas sebelas dua?" tanya Harry. Kendall tidak mendongak, tetapi kepalanya mengangguk, beberapa suapan lagi, ia akan segera pergi dari tempat ini.

"Kenalin gue Harry, kelas sebelas tiga." Kendall mendongak, melihat tangan Harry menjulur di depannya, ia berdiri, ia tahu ini tidak sopan, tetapi, ia langsung meninggalkan Harry yang menatapnya dengan aneh. Tangan lelaki itu masih menjulur kedepan.

***
Kendall menyibukkan dirinya dengan membaca modul fisika, dari pada mendengar ocehan teman sekelasnya tentang dirinya yang mengabaikan Harry di kantin tadi.

"Kendall!!" Hampir saja modul di tangannya jatuh akibat dirinya yang terkejut, terlihat Shella yang menghampirinya dengan raut wajah kesal dan muka merah padam. "Lo tuh jadi cewe jangan sok jual mahal ya! Sok-sokan ngga mau nerima jabatannya Harry, huh." dumel Shella.

"Ya.. bukan gitu maksud aku Shell." ucap Kendall sambil menundukan kepalanya, ia takut Shella akan marah. Lihat saja, sepertinya chairmatenya itu sudah kesal tingkat matahari dengannya. "Tau ah, gue kesel sama lo!" geram Shella, cewe itu mengambil ranselnya lalu berjalan ke luar kelas sambil menhentak-hentakkan kakinya.

GajahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang