Part 3

10.6K 521 3
                                    


🐬🐬🐬

"Kirana, mama mau bicara sama kamu" sambil membuka pintu kamarku, mama masuk lalu duduk dipinggir ranjang putih.

"Iya ma, ada apa?" Kataku dengan wajah tak bersemangat.

Mama memandangku dengan curiga.

"Kamu gapapa nak? Apa ada masalah?" Tanya mama dengan wajah heran dan curiga.

Apakah kejadian tadi sampai berpengaruh dengaku? Uh, apa yang kau pikirkan Kirana!

"Engg,, Kirana gapapa nak. Cuma kecapean aja pulang sekolah tadi." Kataku sedikit tersenyum.

"Apa karena anak baru tadi? Gimana anak barunya? Pasti baik kan?"

Baik apaan,

Tukang sosor dibilang baik,

"Ugh ,,, mama apaan sih. Gausah bahas itu ya. Oh iya tadi mama mau bilang apa?" Ucapku mengalihkan pembicaraan.

Mamanya hanya terkekeh dan mengatakan apa yang menjadi tujuan ke kamar anak bungsunya.

🐬🐬🐬

Bersamaan ditempat lain seorang laki laki yang tak lain Dion sedang melamun bagaimana dia bisa menerjang cewek galak itu.

Dan tak biasanya ia melamun memikirkan masalah yang ia anggap sepele ini. Dan seorang Kirana berhasil meracuni pikirannya saat ini.

Dasar cewek galak! Seenaknya ganggu pikiran orang! Mana daritadi keluar masuk pikiran gue lagi. Masa tadi minum aja gue bayangin lo.

Lamunannya terhenti ketika mama tersayangnya masuk membawa segelas teh panas ke kamarnya.

"Dion, ini mama buatin teh panas. Mama liat kamu tadi kamu kayak gelisah gitu. Kamu nanti malam siap kan?" Kata mama yang membuatku reflek menoleh ke mama.

"Emang kita mau kemana ma?" Kata ku.

"Ish kamu ini. Makanya mama kalo bilang didengerin dong. Jangan ngelamun aja. Mama sama papa mau ke rumahnya temen mama sekalian reunian gitu." Kata mama panjang lebar dengan tangan masih memegang segelas teh.

Akupun langsung mengambil teh itu lalu meletakkannya di meja. Dan menggiring mamanya untuk duduk di ranjang putih.

"Emang mama bilangnya kapan, kok Dion nggak tau?" Tanya Dion.

"Tadi pas kamu pulang sekolah" dia baru ingat setelah minum sepulang sekolah dia langsung lari ke kamarnya. Karena pikirannya terusik oleh si Kirana itu.

"Oh iya ma Dion lupa" dion menggaruk tengkuknya tidak gatal.

"Yaudah nanti malam kamu siap siap gih! Mama tidak mau penolakan!" Mama pun keluar lalu menutup pintunya.

🐬🐬🐬

Dan malam itupun tiba. Keluarga Devano pun tiba di rumah yang tak lain adalah sahabat seperjuangannya dulu.

Semua orang tampak raut bahagia menyelimuti mereka. Berbeda dengan raut muka Dion yang menunjukkan ekspresi acuh tak acuh. Tetapi mamanya tetap memaksanya untuk tersenyum.

"Eh, bagaimana kabarnya. Ayo sini masuk." Yang tak lain adalah empunya rumah.

Kami pun masuk. Beberapa jamuan pun sudah tersedia di meja makan. Entah kenapa perasaannya saat ini tidak enak. Ada sesuatu yang tak beres.

Ketua OsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang