15. Sebutir ingatan.

2.6K 157 2
                                    

Typo Everywhere.

***

Musim hujan beberapa tahun lalu, Adrian memutuskanku. Saat hujan deras menguyur kotaku, Adrian malah memuturkanku.

Hujan adalah saksi bisu. Kalau saat itu aku sempat berfikir. Takdirku bukannya dirinya.

Musim panas sesudahnya, aku bertemu dengan Naufal. Naufal adalah saudara sepupu Adrian.

Dan setelah itu, aku berpacaran dengannya, aku sempat berfikir bahwa Naufal adalah takdirku.

Tapi takdir kembali berkata lain, awal musim hujan. Naufal meninggal dunia.

***

"Kak Leny, ini kaya gini?" tanya Hazel padaku yang sedang menonton televisi.

"Bukan kaya gitu," jawabku merebut bukunya, "kaya gini nih."

Hazel hanya mengangguk, ia langsung merebut bukunya kembali, "jadi kak, kak Adrian kok dari kemarin ngga pulang?"

Aku tersentak. Bener juga ya, dari kemarin Adrian belum pulang ke rumah.

"Kak Leny itu udah jadi istrinya kak Adrian. Masih ngerasa gadis ya?"

"Kampret, aku tahu lah, kalau Hellenya itu istrinya Adrian." ucap aku bangga, "dia pergi ke London selama 4 hari. Lusa juga pulang."

"Kalian memang pada sibuk semua ya." gumam Hazel.

Aku tersenyum singkat dan mengacak rambutnya. Ya memang, setelah menikah kami tidak santai-santai saja di rumah. Tugas kantor Adrian nambah merajalela, dan lagi, desain bajuku nambah banyak.

***

"Nyonya Leny, ada rapat di kantor Fuusa tentang baju yang akan dipakai di acara pesta Fuusa jam 11."

Aku hanya mengiyakan saja. Rena asistenku di butik Relya berjalan di belakangku sambil terus menjelaskan pertemuanku dengan bos bos besar. Membuat telingaku panas mendengarnya.

"Rena tolong hubungi butik Karin yang akan bekerja sama dengan butik Relya kalau aku membatalkan pertemuan hari ini." ucapku sambil membuka pintu kaca butik.

"Tapi kalau Nyonya membatalkannya butik Kar-"

"Baiklah kalau begitu suruh Relya yang menghadirinya. Aku tidak akan sempat." pintaku sambil masuk ke dalam mobil.

Kaca mobil itu aku buka, "aku akan jalan-jalan sebentar."

"Baiklah, hati-hati."

Mobil putih melatik milikku pergi meninggalkan butik, dapat aku lihat dari kaca spion kalau Rena masih mengawasiku. Ia baru pergi saat aku hilang di tikungan.

Aku dapat bernafas lega karena jalanan ibu kota lancar. Lebih baik sekarang aku refresing otak dulu sebelum hadir di rapat itu. Tapi kemana ya?

Twet twet!

Handphoneku berbunyi, aku langsung merongoh tasku, memasangkan earphone, dan menanggalkannya di telinga.

Adrian's is Calling.

"Selamat pagi istriku tersayang."

Terdengar suara Adrian di sebrang sana. Nampaknya dia baru bangun tidur. Dapat aku dengar ia menguap kecil.

2. Dear Mantan: Cinta Butuh Kepastian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang