oneshoot

3.5K 400 10
                                    

Kesal sama cemburu itu beda tipis.

Naruto semakin menatap bengis, melihat ekpresi pria Uchiha didepannya tidak menunjukan mimik terintimidasi sedikitpun. Ia menguatkan cengkraman tangannya dikerah baju Sasuke yang masih berwajah datar.

Sasuke tidak bertanya apa masalah lelaki pirang itu hingga begitu marah. Ia hanya tidak mau memancing keributan ditengah kerumunan banyak orang.

Mereka masih dipinggir trotoar jika Naruto mau mengingat itu, dan sekarang sedang menjadi pusat tontonan pejalan kaki.

Bukan maunya mencari sensasi, tapi pria berambut pirang itu memang suka tidak sadar diri.

Ditunggu beberapa menit lamanya, Naruto akhirnya berdecih dengan hela nafas pendek untuk menetralkan emosinya. Sasuke sama sekali tidak menginterupsi, masih menunggu Naruto bicara.

"Kau..." ucapannya mengambang, "aku lelah... ayo kita pulang." Ujarnya lagi, menghembuskan nafas begitu ketara dengan wajah yang sama sekali tidak ingin menatap Sasuke.

Sasuke bingung. Ia kebingungan membaca situasi. Ia terbiasa sangat tanggap dan peka dengan perilaku orang-orang sekitarnya meskipun ditutupi dengan wajah datar dan sikap tidak peduli. Nyatanya Sasuke memang peka terhadap bermacam-macam ekpresi manusia. Hanya saja, kali ini berbeda. Naruto tampak sangat marah bahkan tanpa Sasuke merasa telah berbuat salah. Seharian ini ia tidak melakukan kesalahan jika Sasuke mengingat kembali waktu yang dijalaninya.

*****

Mereka tiba diapartemen dengan Naruto yang langsung masuk kamar tanpa memperdulikannya. Biasanya ia akan kedapur lebih dulu menyiapkan makan malam sambil menyiapkan air hangat untuk Sasuke mandi. Tipe pendamping hidup idaman dan perhatian, lupakan gender dijaman sekarang itu sudah tidak begitu penting.

Naruto jelas sedang sangat marah. Melawan Naruto yang seorang atlit taekwondo dan kick boxing bukan perkara mudah. Mereka hanya akan babak belur dan kehabisan tenaga tanpa dapat solusi dari masalah yang bahkan tidak diketahui oleh Sasuke.

Uchiha bungsu itu memasuki kamar mereka. Onyxnya menatap Naruto yang berbaring miring membelakanginya nampak uring-uringan.

Sasuke memutuskan untuk mandi sambil diam-diam merenungi apa kesalahannya sampai membuat adik dari Kyuubi itu uring-uringan.

*****

"Kau tidak mandi dulu?" Tidak ada sahutan. Sasuke membuka lemari dengan hanya selembar handuk dipinggangnya. "Aku akan memesan makanan diluar. Kau mau makan apa?" Ia masih tidak menyerah bertanya. Memakai baju kaos putih polos dan celana pendek selutut bahan denim.

Ada saat-saat dimana Sasuke berubah banyak bicara jika memang diperlukan seperti sekarang. Ia tau, Naruto tidak tidur, si pirang hanya sedang mengabaikannya.

"Kau mau makan ramen diluar?" Oh... ini tawaran paling tidak bisa ditolak oleh seorang pria berpredikat ramen freak.

Naruto berbalik menatapnya dengan wajah ingin menangis. Sasuke bersorak dalam hati, ia meringis menatap wajah ingin menangis kekasihnya yang terlihat sangat lucu.

"Hari ini aku kekantormu ingin mengajak makan siang." Sasuke bergumam, memberitahu bahwa ia mendengarkan. "Aku sudah membuat bekal. Tapi..." Sasuke selesai mengeringkan rambutnya, ia duduk dipinggiran ranjang menunggu lanjutan cerita Naruto. "Kau sudah makan siang dengan Haruno-san. Aku tidak marah, kok." Gumamnya dengan nada lemah. "Hanya saja orang-orang dikantormu mengatakan jika kalian sangat serasi bahkan ketika aku lewat. Mereka mungkin tidak sadar aku lewat jadi bergosip seenaknya. Aku, kan kesal!"

Sasuke mencatat dalam hati untuk membuat para bawahannya tidak bergosio dijam kerja.

Ia tersenyum, mengacak rambut pirang kekasihnya gemas. "Jika aku suka wanita, aku tidak mau membuang waktu untuk mendapatkan dirimu. Kau harus tau, aku tidak akan mungkin bosan denganmu. Apalagi sampai mencari wanita lain. Itu seperti aku membuang hidupku sendiri untuk sesuatu yang sangat tidak penting. Wanita memang sangat tidak penting."

Naruto mendengus. Menutupi pipinya yang merona mendengar ucapan Sasuke. "Memang kau lahir bukan dari wanita? Tetap saja kau harus menghormati wanita, teme!"

"Ya, bukan berarti semuanya." Naruto meronta ketika Sasuke berguling memeluknya. "Bau..." gumam Sasuke dipepotongan leher Naruto.

Naruto mendesah. Dikatai bau tapi pelukan Sasuke malah semakin erat. "Lepas, teme. Aku mau mandi. Aku mau ramen!" Ia masih ingat dengan tawaran Sasuke sebelumnya.

"Sebentar, dong... Aku lagi senang karna kau cemburu."

"Enak saja, aku hanya kesal!"

"Itu cemburu."

"Tidak!"

"Come on... kesal dan cemburu itu beda tipis..."

"Terserahlah..."

"Ya sudah. Satu ronde dulu setelahnya kita mandi bareng, oke?" Sasuke menyeringai.

"No! Itu sama saja dua kali, Teme?!"

Apalah daya Naruto yang tidak dapat lepas dari pelukan Sasuke. Bukan tidak mampu, sih. Cuma sayang aja kalau dilawan.

Dasar tsundere...

END

.
.
.

/yha /endingnyamaumasukinena-enatakutbelomkuatiman

vote komen diutamakan ya~

Kesal Dan Cemburu Itu Beda TipisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang