Satu

21.5K 240 4
                                    

Mulai part ini friend with benefits resmi ganti judul ya!

Enjoyy

***

Seperti biasa, setiap pagi aku selalu menyempatkan bangun lebih awal untuk sekedar jogging ditaman dekat apartemen barulah bergegas untuk pergi kekantor.

Tidak ada yang berbeda, semua sama seperti yang diperkirakan.

***

"Jenny sudah ku bilang ketuk pintu sebelum masuk!"

"Beginikah seorang Lily Clark pada bawahannya saat dalam kantor?"

"Mom. Sejak kapan kau tiba? Kau berjanji bukan untuk menghubungiku"

"Aku hanya ingin membuat kejutan untuk anakku yang selalu sibuk ini"

"Mom"

"Baiklah-baiklah"

Akupun menyuruhnya untuk duduk dan kamipun larut dalam perbincangan.

"Dad mengadakan acara makan malam hari ini dengan salah satu pemegang saham, kau harus datang, oke?"

"Tapi aku masih memiliki banyak pekerjaan diapartemen"

"Apa kau tidak rindu dengan mom dan dad, hm?"

"Baiklah, hanya dua malam karna kebetulan besok adalah hari libur"

"Oke, bukan masalah. Mom akan menunggumu dua jam sebelum makan malam jangan terlambat"

"Okay"

"Baiklah, aku harus pergi sekarang. Lanjutkan pekerjaanmu"

"Biar kuantar"

"Tidak perlu, mom bersama supir. Sampai jumpa nanti"

Setelah salam perpisahan ia pun segera pergi menuju parkiran.

"Jenny"

"Yes, Ms. Clark?"

"Atur ulang jadwalku, hari ini. Aku harus pergi jam 4 nanti"

"Baik"

***

"Bagaimana dengan yang ini?"

"Lily, itu terlalu ketat"

"Ini?"

"Terlalu rendah dibagian payudara"

"Ini?"

"Oh tuhan Lily, tidak adakah satupun gaunmu yang sopan?"

"Kau tau bukan aku membeli gaun hanya untuk datang ke acara formal"

"Baiklah-baiklah. Pakai ini saja mom baru membelinya tadi siang"

Dan disinilah aku, duduk diantara para orang tua yang berbincang mengenai masa-masa mudanya. Gaun pilihan mom yang kupakai tidak mewah, hanya gaun selutut berwarna pastel tanpa lengan dihiasi sedikit bordir putih dikerah. Baiklah ku akui gaun ini terluhat manis,

"Jadi sudah berapa kau menggantikan posisi dadmu, Lily?"

"Uh? Oh, sejak umurku genap 22 tahun"

"Sangat muda untuk seorang CEO perusahaan ternama, Will"

"Tetapi sudah 2 tahun belakangan perusahaanku baik-baik saja bukan?"

"Ya, tapi apa kau tidak kasihan ia jadi tidak memiliki waktu dengan temannya?"

"Aku tidak akan memberikan tanggung jawab sebesar itu jika ia tidak bisa mengatasinya dengan baik"

Aku hanya menanggapi dengan senyuman seadanya tanpa berminat ikut campur dengan obrolan mereka.

"Maaf saya terlambat"

"Ah ini dia yang ditunggu"

Seorang pria datang dan langsung duduk disebelahku tanpa permisi yang masih mengenakan setelan kantornya.

"Maaf om, tante Jakarta macet dimana-mana"

"Tidak apa, kami baru saja memulai makan malam"

"Lily, kenalkan Alexander Gelle. Anak teman dad"

Aku menengok kearah pria tersebut, ia hanya menatapku dengan alisnya yang terangkat sebelah.

"Lily Clark" sapaku malas dan melanjutkan makan.

"Maaf Alex, Lily memang begitu dengan orang baru"

"Ah, bukan masalah Mrs. Clark"

"Jadi bagaimana studimu di London?"

"Semua berjalan lancar, nilaiku bisa dibilang tinggi jika dilihat dari sisi kesibukanku dalam perusahaan"

"Anakmu memang tidak dapat diragukan Samuel"

Semua orang sibuk dengan obrolan mereka tentang Alex, tapi tidak dengan Lily yang semakin malas mendengarkan ocehan mereka yang membosankan. Ia tau dengan jelas ada maksud lain dalam acara makan malam orang tuanya dengan kerabat dekat mereka ini.

"Maaf mengganggu obrolan kalian, tapi bisakah kita masuk ke inti acara makan malam ini? Aku bosan menunggu kalian"

"Lily, jaga bicaramu"

"Tidak apa Will, ini memang salah kita yang terlalu sibuk bernostalgia tadi" ucap Samuel.

"Acara awal diadakannya makan malam ini kita akan menentukan tanggal pernikahan kita" ucap Alex ringan.

"Apa!?" spontan akupun berdiri

"Lily, dengarkan kami"

"Aku bahkan tidak mengenal dia, dan kalian seenaknya akan menentukan tanggal pernikahan tanpa seizinku?!"

"Ini demi kebaikan perusahaan"

"Jadi perusahaan lebih penting dari aku? Dad lebih peduli dengan perusahaan dibandingkan perasaanku? Oh great"

"Lily, mom dan dad tidak bermaksud seperti itu"

"Omong kosong. Dan kau, pria yang bahkan baru ku tau namanya, dengan mudahnya kau menerima acara pernikahan ini?!" kataku emosi sambil menunjuk dadanya.

"Ini demi kebaikan kita" jawabnya tenang

"Kita? Huh, bullshit. Aku muak dengan semua ini" ucapku sambil meninggalkan meja makan.

Samar-samar aku masih mendengar mom yang mengucapkan kata maaf kepada temannya sampai aku masuk kekamar dan mengunci pintu.

Dan saat itu pula aku memastikan bahwa rencana perkiraan acara kali ini tidak sesuai dengan rencana dalam otakku.

***

Hai!

Gimana menurut kalian untuk part awal??

Jangan lupa meninggalkan jejak ya sayang-sayangku😘

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang